5 Dampak kasus Ahok mulai dari demo hingga tersangka ke ekonomi RI
Ahok tersandung kasus penistaan agama karena menyinggung surat Al Maidah ayat 51. Sejumlah ormas pun turun ke jalan atau aksi damai untuk meminta Presiden Joko Widodo segera memproses hukum Ahok.
Gubernur non aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tersandung kasus penistaan agama yang dilaporkan sejumlah organisasi masyarakat ke Mabes Polri. Para pimpinan ormas pun meminta kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
Ahok tersandung kasus penistaan agama karena menyinggung surat Al Maidah ayat 51. Sejumlah ormas pun turun ke jalan atau aksi damai untuk meminta Presiden Joko Widodo segera memproses hukum Ahok.
-
Bagaimana Ahok memulai karier politiknya? Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
-
Bagaimana Ahok terlihat dalam fotonya saat kuliah? Tampak pada foto, Ahok tengah bergaya bersama teman-temannya saat awal masa kuliah di Trisakti.
-
Apa yang membuat Ahok heran tentang para koruptor? Dia menyoroti hukum dan sanksi para koruptor. Saking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya. Beberapa di antaranya bahkan tak segan pamer kekayaan.
-
Siapa yang membiayai kehidupan Ahok ketika ia tinggal di Jakarta? Keluarga Misribu-lah yang membiayai hidup Ahok selama di Jakarta.
-
Kenapa Ahok menahan Yosafat saat meniup lilin? Ahok lalu menahan Yosafat agar tidak ikut meniup lilin pada ulang tahun adiknya.
-
Kenapa Ahok merasa prihatin dengan nasib generasi muda? Ahok pun merasa prihatin dengan nasib generasi muda di masa mendatang.
Aksi damai ini membuat seluruh perkantoran di pusat kota Jakarta sedikit lumpuh. Bahkan, seluruh perusahaan memberikan dispensasi kepada karyawan untuk pulang lebih awal.
Pusat-pusat perbelanjaan pun ikut terkena imbas. Penurunan penjualan juga dihadapi seluruh pusat perbelanjaan akibat aksi tersebut.
Sejumlah pedagang pun ikut meramaikan aksi tersebut. Mereka memanfaatkan kerumunan tersebut untuk menjajakan dagangan mereka dengan harapan dapat untung besar.
Salah satu pedagang, Anto (37), mengaku jualannya pada demo kali ini belum memberikan keuntungan besar. Padahal, dari beberapa kali demo yang diikuti, jualannya tidak pernah sesepi ini.
"Saya sering ikut demo. Tapi masih sepi nih. Baru 5 gelas dari tadi jualan," ujarnya.
Aksi damai yang dilakukan pada 4 November 2016 ini pun berbuah manis. Akhirnya, Bareskrim Mabes Polri telah menetapkan Ahok sebagai tersangka penistaan agama.
Ada dampak ekonomi dari perjalanan kasus Ahok ini. Merdeka.com mencoba merangkumnya. Berikut ulasannya:
Baca juga:
Rupiah ditutup melemah di level Rp 13.345 per USD
Meski banyak aksi demo, Indonesia tetap jadi primadona investor
Bos Kadin: Ahok jadi tersangka tak pengaruh ke dunia usaha
Kemenkeu ungkap alasan tarif pajak RI tak bisa seperti Singapura
Demo Ahok 4 November buat negara rugi Rp 2,9 triliun
Di daerah ini, Pertamina naikkan harga Pertamax & Pertamax Plus
Ini langkah pemerintah dorong keberlanjutan perikanan di Indonesia
Demo Ahok gerakkan ekonomi kerakyatan
Demo besar-besar yang dihadiri ribuan massa perihal dugaan kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahja Purnama atau akrab ahok berakhir damai.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartarti mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait demo tersebut, terlebih kepada perekonomian Indonesia. Menurut Enny, demo tersebut malah menggerakkan ekonomi kerakyatan.
"Tidak ada dampaknya ini malah menggerakkan ekonomi kerakyatan, contohnya banyak yang demo pakai baju putih-putih itu mereka beli baru, yang pakai sorban juga pada beli baru. Kemudian banyak para pendemo yang dari luar kota, jadi transaksi beli tiket meningkat," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (4/11).
Menurut Enny, demo yang berlangsung damai ini akan menjadi sejarah karena dilihat dunia internasional. Ini menunjukkan politik kita sudah sangat baik.
"Demo ini kan dilihat dunia, mereka menilai demokrasi kita sangat baik, sehingga akan membuat investor berdatangan karena politik yang terjaga, keamanan juga terjaga" ujarnya.
Mengenai banyaknya pusat-pusat pertokoan yang tutup atau tidak beroperasi bukan karena mereka takut akan demo tersebut karena alasan lain.
"Jangan dihubungkan, bukan karena mereka takut tapi karena alasan transportasi, jadi lebih baik diliburkan atau tutup jadi jangan dihubungkan terlihatkan semua baik-baiknya," jelasnya.
WNA tak kabur
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai demo besar-besaran yang dilakukan sejumlah ormas Islam kemarin perihal dugaan kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau akrab Ahok tak membuat warga negara asing (WNA) yang tinggal menjadi takut.
Meski sempat berjalan damai namun diakhiri dengan kericuhan di depan Istana Negara, namun hal tersebut tak lantas membuat para WNA yang menetap di Jakarta untuk meninggalkan Indonesia.
"Tidak, Tidak ada (WNA meninggalkan Indonesia). Tidak ada sama sekali," kata Mantan Dirut AP II, di Parkir Timur Istora Senayan, Jakarta, Minggu (6/1I).
Sebagai informasi, dari sisi ekonomi aksi demontrasi besar-besaran tersebut memberi pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang relatif kecil di Bursa Efek Indonesia.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan pada penutupan perdagangan sesi pertama pada Jumat pagi sebelum aksi demo, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat turun 21 poin atau 0,41 persen ke level 5.307 dengan dana investasi asing yang keluar dari pasar saham Indonesia sebesar Rp 200 miliar.
Namun demikian, karena aksi unjuk rasa terpantau berjalan aman dan damai, investor asing kembali menanamkan sahamnya secara berangsur sehingga pada penutupan perdagangan sesi kedua, IHSG justru naik 33 poin di level 5.362.
"Karena demo di Jakarta berjalan damai, investor asing yang sebelumnya sempat hengkang dari bursa saham Indonesia akhirnya memutuskan kembali lagi," kata Irfan seperti dikutip dari Antara, Jumat (4/11).
IHSG dan Rupiah malah menguat
Kalangan pengamat pasar modal menilai, aksi demontrasi besar-besaran pada hari ini, Jumat (4/11) memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
"Pelaku pasar masih cukup aktif melakukan transaksi di pasar saham domestik meski ada demonstrasi secara besar-besaran," ujar Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (4/11).
Tercatat, penutupan IHSG di akhir pekan ini menguat 0,62 persen atau 33 poin ke level 5.362. Sementara LQ 45 juga menguat 0,67 persen atau 6 poin ke level 913.
IHSG mengakhiri perdagangan dengan transaksi sebesar Rp 5,17 triliun dari 6,29 miliar lembar saham diperdagangkan.
Adapun sektor penggerak IHSG berasal dari pertambangan naik 2 persen dan infrastruktur dan aneka industri sebesar 0,1 persen.
Di sisi nilai tukar Rupiah ditutup menguat 7 persen atau 0,05 poin ke level 13.068 per USD. Di mana, pada awal pembukaan cukup terkoreksi Rp 13.088 per USD.
Analis Pasar Modal Reza Priyambada menilai bahwa sentimen eksternal terutama dari Amerika Serikat masih tetap menjadi fokus pasar.
"Demontrasi ini berjalan damai karena mayoritas masyarakat Indonesia sudah cukup paham dampak negatif yang ditimbulkan jika terjadi aksi kekerasan," ucap Reza.
Tak pengaruhi dunia usaha
Basuki Tjahja Purnama atau akrab disapa Ahok resmi ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan P. Roeslani mengungkapkan, pasca ditetapkannya mantan Bupati Belitung itu sebagai tersangka, tidak memberi pengaruh apapun pada dunia usaha. Dia-pun mengapresiasi kinerja pihak Kepolisian yang dianggap telah bekerja secara profesional.
"Kalau kita lihatnya kan ini sudah ada di jalur hukum yang benar. Jadi efeknya dunia usaha berjalan terus secara baik. Secara kita mempercayakan kepada kepolisian, karena mereka akan bertindak profesional. Kita lihat dunia usaha berjalan baik," ujarnya kepada merdeka.com saat dihubungi di Jakarta, Rabu (16/11).
Menurut dia, ditetapkan atau tidak Ahok sebagai tersangka, sejatinya tidak terlalu dipermasalahkan. Bagi dunia usaha, kata Rosan, yang terpenting adalah tidak ada lagi demo besar yang anarkis.
"Maksud kita lebih ke Ahok bukan sebagai tersangka. Tapi kalau lebih menyebabkan kerusuhan itu akan mengganggu dunia usaha. Jadi bukan Ahoknya melainkan demonya. Mau Ahok jadi tersangka atau tidak bagi dunia usaha tidak ada bedanya. Tapi itu terjadi demo akibat ketidakpuasan masyarakat secara baik juga ya tidak masalah. Yang dikhawatirkan itu kalau terjadi kerusuhan," pungkasnya.
Negara rugi Rp 2,9 triliun
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaya mengatakan negara mengalami kerugian sebesar Rp 2,9 triliun akibat aksi damai 4 November 2016 lalu. Sebab, banyak kegiatan bisnis dan ekonomi yang terhenti akibat aksi tersebut.
"Katanya menimbulkan kerugian hingga Rp 2,9 triliun. Kemudian penurunan konsumsi masyarakat sebesar 60 persen, penurunan aktivitas 30 persen. Juga kerugian dari omset sebesar 500 miliar karena ada toko yang tutup sebanyak 20ribu. Ini masif," ujarnya di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (16/10).
Menurutnya, aksi damai tersebut cukup memberikan dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia. Apalagi, isu beredar akan ada aksi susulan sehingga dikhawatirkan juga berdampak bagi para investor yang akan menanamkan modalnya di dalam negeri.
"Katanya ada demo lagi tanggal 25 November nanti, ini investor asing melihat faktor keamanan. Hal kecil tapi berdampak panjang kalau tidak segera diselesaikan," jelasnya.
Shinta memperkirakan, aksi susulan ini juga akan dibarengi dengan aksi unjuk rasa serta mogok nasional oleh para buruh. "Infonya di 25 nanti akan ditambah dengan demo buruh, ini akan bertambah dampaknya. Sayang pemerintah sudah berusaha mempercantik Indonesia tapi terjadi hal seperti ini," pungkasnya.