5 Fakta impor jeroan dari Australia hingga lecehkan martabat bangsa
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menilai impor jeroan dapat menekan harga daging sapi.
Kebijakan pemerintahan Jokowi-JK mengimpor jeroan sapi menuai pro dan kontra. Ada pihak yang setuju dengan kebijakan ini, namun ada juga yang menentangnya.
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menilai impor jeroan dapat menekan harga daging sapi di pasaran dengan signifikan. Menurutnya, banyak masyarakat bawah yang masih menikmati impor jeroan ini.
-
Apa perbedaan utama antara daging sapi dan daging kambing? Kedua jenis daging ini menawarkan berbagai keunggulan nutrisi yang unik, serta perbedaan dalam hal kandungan lemak, tekstur, dan aroma.
-
Apa perbedaan utama antara lemak daging sapi dan daging kambing? Serat pada daging sapi halus dan memperlihatkan garis-garis lemak yang mencolok. Lemaknya cenderung berwarna putih kekuningan. Sebaliknya, lemak pada daging kambing lebih berstruktur halus dengan warna putih.
-
Apa yang menjadi ciri khas bumbu krengsengan daging sapi? Seperti disebutkan di atas, bumbu krengsengan daging yang menjadi ciri khas pada hidangan ini adalah penggunaan petis udang.
-
Resep masakan apa saja yang cocok dibuat dari daging sapi? Resep masak daging sapi khas Nusantara bisa jadi referensi untuk mengolah daging kurban. Di momen Idul Adha, stok daging sapi biasanya akan melimpah. Anda bisa mencontoh resep-resep di bawah ini untuk membuat variasi hidangan dari daging.
-
Apa yang istimewa dari resep soto daging sapi? Resep soto daging sapi adalah salah satu makanan khas Indonesia yang mempunyai banyak penggemar.
-
Bagaimana cara memasak krengsengan daging sapi? Rebus daging dua kali dan ambil kaldunya pada rebusan kedua.Tumis bumbu halus, lengkuas, serta daun salam hingga harum.Campurkan potongan daging sapi bersama dengan kaldunya (air rebusan kedua), petis udang, kecap manis, dan bumbu seasoning sesuai selera.Aduk masakan hingga daging benar-benar empuk dan periksa rasanya.Siapkan krengsengan daging sapi untuk disajikan. Tambahkan bawang goreng untuk menambah cita rasa.
"Menurut saya lumayan signifikan, dan juga bukan makro buat negara tapi jeroan dan secondary cut itu kan juga untuk penting masyarakat bawah," ujar Lembong di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (18/7).
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Karyanto Supri menyebut bahwa pemerintah sudah satu suara untuk segera dilakukan importasi jeroan sapi.
Menurutnya, peraturan untuk membuka ataupun menutup keran importasi jeroan sapi hanya bersifat sementara dan hanya situasional. Jika pemerintah merasa harus dibuka, maka keran impor akan dibuka. Begitu pun sebaliknya.
"Itu kan semua peraturan sementara, bisa berubah. Jadi bisa saja peraturan untuk sekarang boleh. Lihat situasinya, sekarang pemerintah menilai perlu dibuka, begitu," kata Karyanto saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (14/7).
Meski demikian, ada pihak yang setuju dan mendukung kebijakan ini. Berikut fakta soal impor jeroan sapi seperti dirangkum merdeka.com di Jakarta, Rabu (19/7).
Jeroan di Eropa jadi sampah
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyebut kebijakan impor jeroan merendahkan martabat bangsa Indonesia.
"Jeroan di negara-negara Eropa dipakai untuk makanan anjing dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia," kata Tulus seperti ditulis Antara, Rabu (13/7).
Tulus mengatakan, beberapa negara memperlakukan jeroan sapi sebagai sampah dan hanya memperbolehkan ekspor untuk keperluan konsumsi nonmanusia.
Karena itu, mengimpor bahan makanan yang dianggap sampah di negara asalnya, apalagi untuk dikonsumsi masyarakat, merupakan perendahan terhadap martabat bangsa.
"Silakan saja pemerintah mengimpor jeroan sapi. Namun, jangan untuk konsumsi manusia. Jangan mengimpor dan menjual sampah untuk dikonsumsi masyarakat," tuturnya.
Jeroan impor asal Australia masuk pasar tradisional
Pemerintah Jokowi-JK membuka izin impor daging sapi jeroan yang sebelumnya sempat dilarang. Pantauan merdeka.com di Pasar Senen, Jakarta Pusat, jeroan impor sudah membanjiri lapak-lapak pedagang.
Salah satu pedagang jeroan di Pasar Senen, Pais mengatakan, jeroan impor yang sudah masuk pasar adalah bagian pipi dan bibir sapi, berasal dari Australia.
"Baru ada bagian Kepala sapi yang terdiri dari bagian pipi dan bibir sapi, Paru juga sudah masuk. Ini sudah masuk dari sebelum Lebaran. Asalnya dari Australia," jelas pria asal Jawa Barat tersebut.
Untuk bagian pipi dan bibir sapi impor dijual dengan harga Rp 60.000 per kg dan untuk paru dijual Rp 70.000 per kg. Menurutnya, jeroan bagian ini biasanya diminati para pembeli sebagai bahan baku hidangan soto dan gulai di rumah makan maupun restoran besar.
"Yang beli mah ada saja, harganya juga hampir sama seperti lokal, engga beda jauh, yang lokal paru kita jual Rp 65.000 sampai Rp 70.000 tapi kalau beli banyak bisa kita turunin harganya. Biasanya yang beli untuk dagang kalau buat konsumsi sendiri mah jarang," ucapnya.
Bulog impor 2.000 ton jeroan
Perusahaan pelat merah, Perum Bulog mengaku telah melakukan impor jeroan sapi sebanyak 2.000 ton yang langsung dipasok ke pasar sebelum Lebaran 2016.
"Kita sudah mendapat izin impor. Beberapa pekan sebelum Lebaran sudah kita pasok bersamaan dengan daging beku impor," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu, di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (14/7).
Menurut Wahyu, jeroan sapi yang di impor tersebut sudah termasuk di dalamnya yaitu hati dan jantung sapi. Bulog menurutnya telah mendapat instruksi melakukan impor daging sapi beku sebanyak 10.000 ton.
"Impor jeroan bagian dari impor 10.000 daging sapi. Di dalamnya ada sebanyak 1.000 ton hati dan 1.000 ton jantung sapi," ujarnya.
Kementan sebut masyarakat Eropa makan Jeroan
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, menilai daging jeroan bukan untuk makanan hewan. Sebab, jeroan juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat Eropa.
"Dan yang makan jeroan sebenarnya bukan hanya kita di Indonesia . Di Eropa, seperti Italia, Spanyol, Turki, Korea, Jepang masih makan jeroan," ujarnya di kantor Kementan, Ragunan, Selasa (19/7).
Secara kultur, kata Ketut, masyarakat Indonesia sudah menjadi budaya dalam mengonsumsi jeroan. Bahkan, sejak dulu, jeroan hanya dimakan oleh para pejabat dan masyarakat kaya.
"Artinya, sebenarnya dari dulu tidak jadi masalah. Bahkan, jeroan makanan kelas tinggi," katanya.
Dia menjelaskan, impor jeroan tak bisa dicegah. Alasannya, kebutuhan daging khususnya di Jabodetabek. Di sisi lain, tugas dari Kementan menjaga harga daging sapi Rp 80.000 per kg. Dengan banyaknya permintaan harga jadi fluktuatif, sehingga impor jeroan sangat dibutuhkan.
Kementan sebut jeroan bergizi
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan jeroan sapi layak dikonsumsi masyarakat. Ini untuk menyapu ucapan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada tahun lalu bahwa jeroan sapi adalah makanan untuk anjing.
"Jeroan itu nggak haram, yang haram itu hewannya, masyarakat kita masih banyak kok yang makan jeroan ada yang di buat soto, bahkan sate," katanya di kantor, Jakarta, Selasa (19/7).
Dia menambahkan, jeroan juga memiliki nilai gizi. Di sisi lain, pemerintah akan mengimpor jeroan yang paling disenangi masyarakat.
"Antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin B12, Zat besi dan lain sebagainya," katanya.
"Yang kami impor cuma jantung, hati dan paru itu soalnya yang paling banyak minatnya di masyarakat kita untuk aneka kuliner tradisional seperti soto, sate, bakso."
(mdk/idr)