5 Fakta mengejutkan dari kebocoran data pengguna Facebook, termasuk rugi triliunan
Facebook tengah dirundung awan kelabu. Penyebabnya ialah kebocoran data 50 juta pengguna Facebook yang diduga dilakukan oleh Cambridge Analytica, sebuah konsultan politik asal Inggris. Kebocoran data pengguna Facebook disinyalir lewat kuis-kuis yang bertebaran di situs jejaring sosial tersebut.
Facebook tengah dirundung awan kelabu. Penyebabnya ialah kebocoran data 50 juta pengguna Facebook yang diduga dilakukan oleh Cambridge Analytica, sebuah konsultan politik asal Inggris.
Kebocoran data pengguna Facebook disinyalir lewat kuis-kuis yang bertebaran di situs jejaring sosial tersebut. Ilmuwan data Cambridge Analytica, Aleksandr Kogan, dituduh menjadi aktor 'pencurian' tersebut.
-
Siapa yang menciptakan Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat. Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
-
Kapan Facebook pertama kali diluncurkan? Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia. Facebook merupakan salah satu jenis media sosial yang sangat populer dan banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Sejak diluncurkan pada tahun 2004, platform ini telah menjadi pusat interaksi online bagi jutaan orang.
-
Kenapa Facebook bisa jadi platform sosial media yang populer? Berikut ini adalah beberapa fitur yang membuat Facebook menjadi platform sosial media yang begitu populer: 1. Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda. 2. Facebook memungkinkan Anda mengunggah foto dan menyimpan album foto yang dapat dibagikan dengan teman-teman Anda. 3. Facebook mendukung obrolan online interaktif dan kemampuan mengomentari halaman profil teman untuk tetap berhubungan, berbagi informasi, atau saling sapa. 4. Facebook mendukung halaman grup, halaman penggemar, dan halaman bisnis yang memungkinkan bisnis menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran media sosial. 5. Jaringan pengembang Facebook menghadirkan fungsionalitas tingkat lanjut dan opsi monetisasi. 6. Anda dapat melakukan streaming video langsung menggunakan Facebook Live. 7. Anda bisa mengobrol dengan teman dan anggota keluarga Facebook, atau menampilkan gambar Facebook secara otomatis dengan perangkat Portal Facebook.
-
Siapa saja yang membuat Facebook? Facebook adalah platform media sosial online asal Amerika dan layanan jejaring sosial yang merupakan bagian dari perusahaan Meta Platforms. Facebook didirikan pada tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Keempatnya adalah mahasiswa di Harvard University.
-
Kapan status Facebook menjadi tren? Merangkum dari beragam sumber, Kamis (6/7) berikut adalah kumpulan status FB kekinian dan menarik yang bisa dijadikan referensi.
-
Apa saja yang dicakup dalam "kompensasi lain" Mark Zuckerberg? Tahun lalu, Meta mengatakan bahwa dana keamanan tersebut bisa digunakan Zuckerberg untuk membayar “personel tambahan, peralatan, layanan, perbaikan tempat tinggal,” dan kebutuhan keamanan lainnya. Di luar dana keamanan, Zuckerberg bisa menggunakan “kompensasi lain” yang ia punya untuk “biaya yang berkaitan dengan penggunaan pesawat pribadi.”
Aksi Cambridge Analytica dianggap kontroversial karena data-data yang mereka ambil dicurigai dipakai untuk kepentingan politik, mulai dari kampanye referendum Uni Eropa di Britania Raya hingga kampanye Donald Trump.
Skandal Cambridge Analytica, yang melibatkan pencurian data pribadi penggunaan Facebook, memicu naiknya popularitas tanda pagar (tagar) #DeleteFacebook di Twitter sejak Selasa, 20 Maret 2018. Tagar tersebut pertama kali ditwit oleh salah seorang pendiri WhatsApp, Brian Acton, dari akun Twitter atas namanya yang belum terverifikasi.
Tagar #DeleteFacebook telah hampir menyentuh angka 1.000 kali unggah pasca-twit pertamanya pada Selasa malam waktu Amerika Serikat (AS), atau pagi hari waktu Indonesia bagian barat.
Atas kejadian Facebook ini, terdapat sejumlah fakta mengejutkan di baliknya. Apa saja? Berikut rangkumannya.
Kekayaan Mark Zuckerberg hilang Rp 123 triliun
Diterpa kabar mengenai data pribadi pengguna Facebook yang bocor, Mark Zuckerberg ternyata harus mengalami nasib yang menyedihkan. Suami dari Priscilla Chan ini harus rela hartanya hilang sebanyak USD 5 miliar atau setara dengan Rp 68,7 triliun pada hari Senin.
Penurunan nilai kekayaannya tidak lantas berhenti di angka tersebut. Pada Selasa, kekayaan Mark kembali turun setidaknya USD 4 miliar atau sekitar Rp 55 triliun. Padahal, itu hanya berselang sehari dari kabar terungkapnya kebocoran data Facebook.
Untuk sementara, posisi taipan teknologi satu ini pun harus tergelincir di daftar orang terkaya dunia. Jika sebelumnya Mark Zuckerberg bertengger di posisi 4, kini dia harus rela turun menduduki peringkat 6.
Bikin rugi, Facebook dituntut pemegang sahamnya
Para penanam modal menuntut Facebook sebagai buntut skandal kebocoran data oleh Cambridge Analytica. Akibat kasus ini, nilai Facebook terjun hampir mencapai USD 50 miliar pekan ini.
Fan Yuan, salah satu investor Facebook, mendaftarkan tuntutan di pengadilan San Francisco kemarin. Tuntutan ini diikuti oleh sejumlah investor lain yang dirahasiakan jumlahnya yang telah membeli saham Facebook sejak 3 Februari 2017 hingga 19 Maret 2018.
Tuntutan itu mengatakan bahwa Facebook telah melakukan pernyataan dan tindakan keliru. Facebook juga diklaim tidak mengumumkan pada pemegang saham mengenai kebijakan pengaksesan data miliaran penggunanya pada pihak ketiga.
"Sebagai akibat dari tindakan dan kelalaian terdakwa, serta penurunan nilai saham perusahaan, maka penggugat dan anggota lainnya telah mengalami kerugian yang signifikan," tulis tuntutan tersebut.
Penurunan saham Facebook seret milik Twitter Cs
Saham dari perusahaan media sosial Facebook kembali merosot hampir tiga persen saat penutupan perdagangan Selasa waktu setempat. Penurunan nilai saham Facebook sejauh ini telah membuat perusahaan tersebut kehilangan valuasi USD 49,4 miliar atau Rp 679,92 triliun (Rp 13.763 per USD).
Citra Facebook di mata investor menurun setelah Cambridge Analytica mengaku mendapat akses ke 50 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi suara dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016.
Menurunnya nilai saham Facebook juga turut berpengaruh pada saham perusahaan teknologi dan media sosial lain. Saham twitter dilaporkan merosot 10 persen sementara perusahaan induk Snapchat, Snap Inc. kehilangan tiga persen.
Kuis Facebook diduga menjadi alat pembocor
Facebook diduga mencuri data privasi pengguna demi kepentingan pihak ketiga. Pencurian data tersebut dilakukan melalui kuis-kuis yang seringkali muncul di aplikasi Facebook, seperti cara mengetahui kepribadian seseorang, rezeki, sampai kapan jodoh datang.
Rupanya, kuis-kuis semacam itu memiliki masalah keamanan data. Sebabnya, kuis tersebut melibatkan pihak ketiga yang akan diberi akses kepada data pengguna. Salah satunya diberikan kepada Cambridge Analytica, sebuah perusahaan konsultan politik Inggris yang dituding mengeksploitasi data 50 juta pengguna Facebook.
Polemik mengenai kuis yang beredar di Facebook memang sudah sejak lama disebut bermasalah. Alasannya, sejumlah kuis Facebook dipakai mengecoh orang-orang untuk mendapatkan informasi pribadi mereka dan menghasilkan uang dari hal itu.
Informasi itu diungkapkan oleh Managing Director Keamanan Siber di Florida Center, Sri Sridharan. Menurutnya, kuis semacam ini kelihatannya memang tak berbahaya, tapi tak pernah diketahui siapa yang sebenarnya meminta informasi tersebut.
Cambridge Analytica pernah terlibat di pemilu Indonesia
Konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica, tengah berada di pusaran kontroversi di banyak negara, akibat tudingan skandal pencurian data pribadi pengguna Facebook.
Merujuk pada catatan kinerja yang ditampilkan di situs resminya, Cambridge Analytica menyebut pernah berkiprah di Indonesia pada Pemilu 1999 silam.
Meski begitu, tidak ditulis siapa klien yang menggunakan jasanya, kecuali penyebutan bahwa mereka pernah bekerja untuk sebuah partai besar di pemilu yang dilakukan pasca-geger reformasi itu.
Namun, Cambridge Analytica menulis beberapa indikator yang mempersulit proses kerjanya di Indonesia, seperti jumlah penduduk yang besar, beragamnya bahasa daerah yang digunakan, dan kondisi krisis ekonomi yang kala itu masih menyisakan cukup banyak masalah.
Â
(mdk/bim)