5 Hal ini bikin generasi milenial sulit punya rumah
Masih banyak kaum muda atau milenial belum berani investasi properti. Selain bergaya hidup boros, mereka masih menunda memiliki properti, sebut saja rumah.
Investasi properti dapat memberikan keuntungan yang menggiurkan dari peningkatan harganya yang terjadi setiap tahun. Tak heran bila banyak yang menjadikan investasi jenis ini sebagai modal pensiun di hari tua.
Apalagi, kebutuhan tempat tinggal, terutama di lokasi strategis, kian hari semakin tinggi sehingga investasi properti ini dianggap tetap menjanjikan.
-
Kapan tips ini dibagikan? Ingin tahu caranya? Simak penjelasan lengkapnya yang disajikan pada Jumat (7/6/2024) berikut ini.
-
Bagaimana cara menghindari utang dalam tips keuangan? Hindari utang dalam tips keuangan dengan menjalani gaya hidup yang tidak bergantung pada pinjaman atau utang berlebihan. Selain itu, Anda bisa bijak dalam mengelola uang Anda. Hal ini dapat membantu kalian membuat keputusan keuangan yang lebih bijak di masa depan.
-
Apa saja tips menabung yang bisa diterapkan untuk membeli rumah? Berikut adalah 7 tips ampun menabung untuk bisa membeli rumah: 1. Buat Rencana dan Target Dengan Jelas: Pertama-tama, buatlah rencana yang jelas tentang kapan Anda ingin membeli rumah dan berapa jumlah uang yang harus ditabung. Tentukan target yang realistis dan buatlah rencana langkah demi langkah untuk mencapainya. 2. Tentukan Jumlah Uang yang Harus Ditabung: Hitung berapa jumlah uang yang harus ditabung setiap bulannya untuk mencapai target beli rumah Anda. Pertimbangkan penghasilan, pengeluaran rutin, dan juga tabungan yang sudah ada. Lakukan perhitungan secara teliti agar Anda bisa menentukan jumlah tabungan yang wajar. 3. Pisahkan Rekening: Buatlah rekening khusus untuk menabung dan jangan menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain selain membeli rumah. Dengan memisahkan rekening, Anda dapat mengontrol pengeluaran dan dengan mudah melacak kemajuan tabungan Anda. 4. Menyisihkan Tabungan Di Awal Bulan: Prioritaskan menabung sejak awal bulan sebelum mengeluarkan uang untuk keperluan lain. Dengan cara ini, Anda akan memiliki disiplin dalam menabung dan membatasi pengeluaran. 5. Mengurangi Pengeluaran Tidak Perlu: Evaluasi pengeluaran rutin Anda dan cari cara untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Misalnya, mengurangi makan di luar, membatasi belanja barang-barang yang tidak diperlukan, atau mencari alternatif yang lebih murah untuk kebutuhan sehari-hari. 6. Menabung Dengan Nominal Tertentu: Selain menabung secara rutin, buatlah kebiasaan menabung dengan nominal tertentu setiap kali menerima penghasilan tambahan, seperti bonus atau tunjangan. Hal ini akan membantu meningkatkan jumlah tabungan secara signifikan. 7. Tentukan Besar Cicilan Sesuai Kemampuan: Jika memilih untuk membeli rumah dengan menggunakan fasilitas kredit, pastikan untuk menghitung dengan cermat berapa besar cicilan yang bisa Anda bayar setiap bulannya. Jangan melebihi kemampuan keuangan Anda agar cicilan tetap terjangkau dan tidak memberatkan.
-
Apa saja keuntungan yang didapat dari membeli rumah bekas di Jakarta? Tidak ada salahnya untuk membeli rumah bekas dibandingkan membeli rumah baru. Sebab keduanya juga memiliki untung rugi. Berikut penjelasannya; Keuntungan rumah bekas; LokasiRumah-rumah bekas biasanya terletak lebih dekat ke pusat kota, dan di area yang lebih mudah dilalui pejalan kaki dan dekat dengan lebih banyak fasilitas.Jika Anda menginginkan lokasi yang benar-benar sentral, Anda mungkin perlu membeli rumah bekas. AksesibilitasJika ingin membeli rumah baru, terutama yang sedang dibangun, Anda mungkin menghadapi penundaan konstruksi atau masalah rantai pasokan yang memperlambat prosesnya. Dengan rumah bekas, itu bukan masalah. NilaiRumah dengan sejarah yang kuat, atau rumah dengan gaya arsitektur yang diinginkan di lingkungan bersejarah, mungkin lebih berharga daripada rumah baru dengan ukuran yang sama.
-
Di mana kebakaran besar yang memicu diterapkannya kredit rumah di Jakarta? Salah satu momen penerapan kredit rumah terjadi pada 1917, setelah terjadi bencana kebakaran hebat di wilayah Kramat Kwintang.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
Sayangnya, masih banyak kaum muda atau milenial belum berani investasi properti. Banyak alasan mengapa milenial tidak memiliki rumah dan tidak mau berinvestasi properti.
Selain bergaya hidup boros, mereka masih menunda memiliki properti, sebut saja rumah. Semakin ditunda akhirnya mereka benar-benar tidak bisa memiliki rumah karena harga rumah setiap tahun terus naik.
Berikut 5 hal yang menghambat generasi muda untuk memiliki rumah, seperti dikutip Halomoney.
Terlalu menganalisa harga
Generasi milenial kerap khawatir dalam mengambil keputusan untuk membeli properti, sehingga mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk meneliti dan melakukan analisis harga, dan terlalu lama membandingkan harga dengan fasilitas properti.
Sayangnya, hal tersebut tidak diiringi dengan keputusan untuk membeli rumah karena merasa belum memiliki pilihan yang tepat. Padahal properti memiliki banyak pilihan.
Jika saat ini Anda mencari rumah tapak atau residensial, cukup pastikan Anda membeli rumah di daerah yang memiliki akses mudah ke transportasi publik seperti busyway dan commuter line, jika Anda bekerja di Jakarta. Dari sisi jenis properti, Anda tidak harus membeli properti baru. Jika Anda takut kemahalan, coba saja membeli properti dengan cara lelang.
Anda juga perlu rajin melakukan riset pasar properti di daerah yang menjadi incaran. Selain itu, Anda sering mencari informasi dari para ahli atau agen properti yang cukup berpengalaman.
Bingung memilih jenis properti
Sebagian orang masih bingung untuk memutuskan memilih jenis properti yang cocok dengan kebutuhannya. Apakah membeli rumah atau apartemen yang masih di kawasan perkotaan.
Dengan membeli apartemen yang lokasinya masih di kawasan perkotaan, Anda akan mendapatkan unit hunian yang kecil, tapi lokasinya dekat dengan tempat Anda bekerja. Sedangkan jika Anda membeli hunian yang lokasinya jauh, Anda bisa mendapatkan tanah atau bangunan yang lebih luas.
Jangan lupa melihat biaya unit apartemen. Jangan sampai Anda terbebani biaya apartemen yang cukup banyak sehingga Anda mengalami masalah keuangan di kemudian hari.
Belum memiliki uang muka
Hambatan lainnya ialah milenial sulit mengumpulkan uang muka untuk membeli properti. Padahal mengumpulkan uang muka bisa dilakukan oleh siapa saja, asal ada kemauan untuk mengumpulkan secara perlahan. Apalagi jika Anda telah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan.
Jika penghasilan bulanan Anda sebesar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per bulan, Anda bisa menyisihkan 30 persen dari penghasilan bulanan secara rutin. Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan uang muka sebesar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta dalam dua tahun.
Khawatir ditipu pengembang
Sebagian pembeli properti khawatir tertipu oleh agen atau pengembang. Mereka takut dana yang telah disetor ke agen dan pengembang raib. Selain itu, dana yang diberikan tidak digunakan untuk membangun unit properti sehingga unit yang telah dibeli tidak kunjung selesai dikerjakan.
Untuk mengantisipasi hal ini, Anda harus memastikan dana yang Anda setorkan selalu memiliki bukti penerimaan dana yang jelas. Jangan pernah mengirim dana ke rekening pribadi agen pribadi, hanya ke rekening perusahaan.
Selain itu, Anda bisa melihat rekam jejak pengembang. Apakah telah memiliki pengalaman cukup panjang dalam bisnis properti? Proyek apa yang telah selesai dan berjalan dengan baik atau sebaliknya? Jika memang banyak konsumen yang kecewa dengan pengembang, sebaiknya Anda menjauh dari pengembang tersebut dan membatalkan membeli properti milik pengembang tersebut.
Suku bunga kredit melonjak
Bagi Anda yang membeli properti dengan kredit, tentu khawatir suku bunga KPR akan melesat jika terjadi krisis ekonomi. Sebaiknya Anda selalu memantau perkembangan ekonomi. Sejak dua atau tiga tahun belakangan, inflasi tahunan masih rendah sehingga suku bunga bank masih stabil. Di tahun-tahun mendatang pun, belum ada proyeksi yang menyebutkan ekonomi Indonesia akan mengalami krisis.
(mdk/azz)