Intip Kebijakan Kredit Rumah di Jakarta pada Zaman Belanda, Warga Harus Menunggu 10 sampai 15 Tahun
Sitem kredit rumah rupanya sudah ada sejak zaman Belanda. Begini skemanya.
Sitem kredit rumah rupanya sudah ada sejak zaman Belanda. Begini skemanya.
Intip Kebijakan Kredit Rumah di Jakarta pada Zaman Belanda, Warga Harus Menunggu 10 sampai 15 Tahun
Pada zaman penjajahan Belanda, sistem pembayaran ringan sudah dikenalkan di Indonesia. Kala itu pemerintah kolonial sempat membuka kebijakan tersebut, salah satunya untuk mendapatkan rumah tinggal.
Salah satu momen penerapan kredit rumah terjadi pada 1917, setelah terjadi bencana kebakaran hebat di wilayah Kramat Kwintang. Ketika itu warga diminta untuk ikut kebijakan pinjaman lunak agar rumah mereka kembali dibangun oleh pemerintah.
-
Kapan rumah itu dibangun? Rumah prasejarah yang berasal dari 8.000 tahun lalu.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Kapan banjir terjadi di Jakarta pada masa VOC? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya. Salah satunya adalah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang menjabat pada 1619-1623 dan 1627-1629. Jan Pieterszoon membangun sejumlah kanal untuk mengendalikan air dari sungai-sungai yang membelah Jakarta, salah satunya adalah Sungai Ciliwung.
-
Kapan rumah kuno dibangun? Para ahli arkeologi memperkirakan bangunan ini dibangun sekitar tahun 250 M hingga 500 M.
-
Kapan perusahaan kayu jati Belanda dibangun? Mengutip YouTube Tri Anaera Vloger, bangunan itu dibangun pada tahun 1911 oleh perusahaan penimbun kayu jati Belanda, de Javasche Bosch Exploitatie Maatschappij.
-
Dimana bisa lihat rumah Belanda asli di Indonesia? Selain desain interior dan sisi ruangan yang menawarkan kesan unik, di Indonesia sendiri, banyak sekali ditemukan rumah peninggalan kolonialisme yang masih terjaga keasliannya. Walaupun sudah berkali-kali mengalami renovasi, rumah tersebut bahkan tidak bisa lepas dari arsitektur awalnya.
Namun saat itu, kebijakan ini sempat menjadi permasalahan karena rumah yang dijanjikan bersamaan dengan program tersebut tidak bisa didapat dalam waktu singkat. Perlu sekitar 10 sampai 15 tahun sampai peserta pajak mendapatkan kembali tempat tinggal di lokasi tersebut.
Berdasarkan catatan sejarah, lama waktu mendapatkan rumah tergantung tipe jenis yang didaftarkan warga ketika itu.
Bermula dari Kebakaran Hebat di Kramat Kwintang
Skema pembayaran kredit ini dihadirkan bukan tanpa sebab.
Pada 1917, terjadi sebuah bencana kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh bangunan di daerah tersebut. Akibatnya, penduduk kehilangan tempat tinggal dan membutuhkan rumah baru di lokasi yang sama.
Mengutip kanal Youtube seputar sejarah masa silam, Candrian Attahiyyat, Pemerintah Kotapraja menjanjikan pembangunan kembali rumah di titik tersebut. Salah satu skemanya adalah pinjaman lunak, di bawah biaya pembangunan.
“Tetapi korban kebakaran harus menunggu selama 10 sampai 15 tahun,” tulis Candrian di videonya
Setelah mengikuti program ini, warga yang mendaftar kemudian akan diarahkan untuk memilih jenis rumah yang akan ditempati.
Dari surat kabar yang beredar di masa itu yakni Locale Techniek, ada beberapa jenis rumah yang ditawarkan. Jenis rumah itu nantinya akan disesuaikan dengan ketentuan kredit yang dipilih para korban kebakaran.
Beberapa rumah tersebut di antaranya rumah “Gedekt” atau rumah bambu, rumah “Gedekt II”, rumah “Gedekt III”, rumah Gedekt “IV”, rumah Gedekt “V” dan terakhir rumah tembok yang cukup mewah.
Jenis Kredit Rumah Gedekt I
Untuk jenis ini, adalah tipe dengan spesifikasi dinding bambu dan lantai ubin. Biaya pembangunan rumah ini sebesar 1.200 Gulden.
Waktu kredit rumah ini memakan waktu selama lima tahun, dengan pinjaman 1.000 Gulden yang boleh dicicil sebesar 25 Gulden per bulan.
Untuk kredit di rumah Gedekt pertama ini, memakan bunga sebesar 10 persen per tahun.
Dari masa kredit awal, rumah baru akan dibangun 10 tahun kemudian setelah pengajuan yakni pada 1937.
Kredit Rumah Gedekt II
Untuk tipe Gedekt yang kedua, bahannya terdapat tambahan kayu dibanding dengan yang pertama. Biaya pembangungan sekitar 1.500 Gulden, dengan pinjaman sebesar 700 Gulden.
Cicilan rumah ini sebesar 15 Gulden per bulan, selama lima tahun dengan biaya bunga sebesar 10 persen per tahun.
Pembangunan tipe kedua ini lebih lama lagi, yakni 13 tahun kemudian atau pada 1930, terhitung setelah menjadi anggota kredit.
Rumah Gedekt III
Untuk tipe Gedekt III agaknya yang paling murah dari dua sebelumnya karena memakan biaya pembangunan hanya 600 Gulden.
Bagi peserta rumah ketiga ini, bisa mendapatkan pinjaman hingga 100 persen biaya, dengan cicilan sebanyak 15 Gulden per bulan selama lima tahun.
Untuk pembangunannya dilaksanakan pada 1931, dengan biaya bunga 10 persen.
Rumah Gedekt 4 Sudah Memakai Lantai Semen
Tipe Gedekt 4 ini sedikit berbeda dari sebelumnya, karena biaya pembangunannya sebesar 700 Gulden.
Bahan bangunan memakai semen pada lantai, dan dinding rumah menggunakan batang bambu.
Peminjam bisa melakukan kredit sebesar 100 persen untuk rumah ini, dengan cicilan 15 Gulden per bulan, selama 5 tahun.
Pembangunan rumah ini juga akan dilakukan pada 1931, dengan biaya bunga sebesar 10 persen per tahun.
Rumah Gedekt 5 Gunakan Kayu, Bambu dan Ubin
Untuk rumah Gedekt 5, biaya pembangunannya sekitar 1.600 Gulden, dengan kombinasi bangunan kayu, batang bambu dan lantai ubin.
Di sini, pengguna bisa melakukan pinjaman hingga 100 persen, dengan cicilan 35 Gulden per bulannya. Bunga dari rumah tipe ini sebesar 10 persen, selama 5 tahun.
Pembangunan akan dilakukan sama, yakni pada 1931.
Rumah Tembok jadi yang Paling Mahal
Jenis rumah terakhir adalah yang paling mahal dengan biaya pembangunan mencapai 2.500 Gulden.
Di sini, pengguna hanya boleh meminjam sebesar 1.500 Gulden, dengan cicilan 40 Gulden rutin selama 8 tahun dengan bunga 9 persen per tahun.
Rumah ini diketahui baru bisa dibangun 15 tahun setelah kejadian kebakaran, yakni pada 1932.