Mengenal Binatoe, Profesi Paling Legendaris di Batavia pada Abad ke-19
Pekerjaan ini dijalankan di sungai-sungai termasuk di aliran Ciliwung sepanjang Buitenzorg sampai kanal Mollenvliet, Kebon Jeruk.
Pekerjaan ini dijalankan di sungai-sungai termasuk di aliran Ciliwung sepanjang Buitenzorg sampai kanal Mollenvliet, Kebon Jeruk.
Mengenal Binatoe, Profesi Paling Legendaris di Batavia pada Abad ke-19
Pembangunan Kota Batavia berlangsung begitu masif hingga abad ke-19. Kala itu, mulai banyak berdiri restoran hingga bangunan hotel mewah. Sejalan dengan itu, muncul pula sebuah profesi bernama Binatoe yang pernah menghiasi ibu kota.
Para pekerja Binatoe pada masanya adalah mayoritas laki-laki. Mereka dipekerjakan oleh sebuah perusahaan, baik milik Belanda maupun orang Tionghoa. Biasanya, pekerjaan ini dijalankan di sungai-sungai termasuk di aliran Ciliwung sepanjang Buitenzorg sampai kanal Mollenvliet, Kebon Jeruk.
-
Apa yang Albert kerjakan di Batavia? Albert juga sempat bekerja di Batavia bersama Adam Malik yang berkutat di bidang politik dan juga periklanan.
-
Apa isi Bataviasche Nouvelles? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Siapa di balik Bataviasche Nouvelles? Saudagar Jan Erdman yang menjadi sosok di balik beredarnya surat kabar ini sejak tahun 1744.
-
Apa jejak Inggris di Batavia? Jejak yang tersisa dari datangan Inggris di Batavia hanyalah melalui sebuah mercusuar yang terbuat dari besi tinggi. Terlihat di bagian atasanya terdapat lampu menyerupai sirine.
-
Siapa yang dieksekusi di Batavia? Tjoe Boen Tjiang, alias Si Impeh, merupakan pemuda Tionghoa yang membunuh dua orang Perempuan Tionghoa di Batavia. Setelah sempat menjadi buronan, ia pada akhirnya tertangkap. Atas perbuatan kejamnya, ia divonis hukuman gantung di depan publik.
-
Dimana Kapal Batavia kandas? Namun, karena kesalahan navigasi atau sejumlah sumber mengatakan bahwa adanya kesengajaan, kapal ini menabrak karang di dekat pulau-pulau Houtman Abrolhos pada tanggal 4 Juni 1629.
Saat ahli Binatoe tengah menjalankan profesinya, sungai-sungai menjadi ramai. Satu sama lain saling bahu membahu seperti menyikat, merendam, dan menjemur di pinggiran sungai. Kegiatan ini berlangsung sejak pagi hingga siang dan jadi pemandangan yang asyik kala itu.
Apa Itu Ahli Binatoe?
Ahli Binatoe menjadi salah satu pekerjaan yang dapat menyerap tenaga banyak warga Batavia. Diperlukan keahlian khusus untuk mengerjakannya, termasuk tenaga yang besar.
Mengutip kanal Youtube Otografi Vlog yang mengangkat Batavia tempo dulu, Binatoe sendiri menurut bahasa artinya pencuci pakaian. Di era sekarang, profesi ini sama dengan laundry. Binatoe masih dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin.
Pakaian dan kain yang dicuci adalah milik pabrik-pabrik dan hotel-hotel yang beroperasi di Batavia. Sejak pagi hari, kain-kain kotor sudah dibawa oleh ahli Binatoe dan dikumpulkan di pinggir Sungai Ciliwung yang dulu masih cukup bersih.
Alat Khas Ahli Binatoe
Menurut catatan sejarah, para pekerja Binatoe ini biasa memakai alat-alat khusus mulai dari bakul dan panggulan (sejenis kayu mirip pedagang keliling) untuk membawa pakaian kotor, lalu sikat pembersih, papan bergerigi sampai ember berisi sabun.
Menurut catatan sejarah, para pekerja Binatoe ini biasa memakai alat-alat khusus mulai dari bakul dan panggulan (sejenis kayu mirip pedagang keliling) untuk membawa pakaian kotor, lalu sikat pembersih, papan bergerigi sampai ember berisi sabun.
Para pekerja pencucian ini biasanya akan merendam pakaian dan kain, lalu menggilasnya dengan tangan. Selepas itu, kain langsung dibanting-banting di atas papan bergerigi untuk membasmi noda yang sulit dihilangkan.
Dijemur Lalu Disetrika
Setelah pakaian dicuci, lantas para ahli Binatoe membawanya ke pinggir sungai untuk dikeringkan di bawah sinar matahari.
Saat siang, kain yang sudah kering dibawa ke kantor untuk disetrika oleh pekerja lain yang sudah menunggu.
Kabarnya, setrika yang dipakai juga masih berprinsip kerja sederhana, yakni menggunakan bara arang sebagai pemanas. Agar kain licin, digunakan percikan air tajin atau cucian beras sehingga kain bisa halus dan mudah dilipat.
Yang menarik, para ahli Binatoe yang seluruhnya merupakan pria mencuci beriringan bersama ibu-ibu yang juga membersihkan pakaian rumah tangga mereka. Pemandangan ini setidaknya berlangsung sampai tahun 1950-an.
Perusahaan Binatoe yang Populer
Berdasarkan catatan lama, perusahaan Binatoe biasanya berdiri di kawasan yang penuh dengan hotel. Salah satu daerah yang berdiri banyak hotel adalah persimpangan Harmoni (saat ini Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat).
Di sana sudah berdiri sejumlah hotel ternama sejak tahun 1800-an, seperti The Marine Hotel, Des Indes Hotel, dan Hotel Galleries yang beberapa tahun setelahnya berganti nama menjadi Des Galleries Hotel tahun 1930-an.
Perusahaan Binatoe hidup seiring masifnya industri hotel di Batavia abad ke-19.
Salah satu perusahaan Binatoe yang saat itu merajai adalah Tjoengsin. Perusahaan ini milik etnis Tionghoa dan kabarnya memegang banyak klien hotel di Batavia. Lokasinya berada di tepi Kali Besar, Jalan Pintu Kecil, Jakarta Barat.
Setidaknya, perusahaan Binatoe sudah hadir sejak industri hotel tumbuh di Batavia tahun 1800-an, dan dikenal sebagai salah satu profesi formal paling lawas di Indonesia.
Para ahli Binatoe saat menjemur kain di pinggir Sungai Ciliwung