Cerita Pabrik Kina Satu-satunya yang Masih Beroperasi di Bandung, Penuhi 90 Persen Kebutuhan Dunia
Bentuk bangnan dan mesin-mesin di sana merupakan peninggalan zaman Belanda.
Bentuk bangunan dan mesin-mesin di sana merupakan peninggalan zaman Belanda.
Cerita Pabrik Kina Satu-satunya yang Masih Beroperasi di Bandung, Penuhi 90 Persen Kebutuhan Dunia
Dataran tinggi Bandung, Jawa Barat, pernah jadi salah satu daerah penghasil kina terbesar di dunia.
Di masa kolonial Belanda, budidaya kina memang jadi andalan karena permintaannya tinggi. Ini yang membuat pabrik kina banyak didirikan di wilayah parahyangan itu.
-
Apa yang masih utuh di Pabrik Gula Tasikmadu? Salah satu lokomotif yang tersimpan di sana adalah Lokomotif TM 6. Lokomotif ini menjadi yang terbesar di Pabrik Gula Tasikmadu. Sementara di samping kanannya ada Lokomotif TM 5 dan sebuah lokomotif diesel. Sementara di sebelah kirinya ada satu unit gerbong penumpang yang terbuat dari kayu.
-
Dimana Pabrik Gula Karangsuwung berada? Ini adalah penampakkan Pabrik Gula Karangsuwung yang melegenda di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
-
Apa yang membuat Pabrik Gula Karangsuwung penting? Pabrik Gula Karangsuwung jadi salah satu pabrik tertua di Indonesia.
-
Kapuk apa yang memenuhi 85% kebutuhan dunia? Di masa lalu, kapuk Jawa menjadi komoditas andalan dan pemasok kapuk penting karena memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Dimana lokasi Hutanika Bandung? Padahal, resto ini berada di tengah-tengah Kota Bandung, kawasan Jalan Asia-Afrika yang merupakan daerah padat.
Iklim Indonesia yang termasuk tropis juga menunjang pertumbuhan tanaman perdu besar itu untuk tumbuh dengan kualitas yang paling baik.
Sayangnya akibat pergeseran zaman, pabrik-pabrik kina di sana mulai tumbang. Dan saat ini hanya menyisakan satu-satunya pabrik yang masih beroperasi bernama pabrik kina Bukit Unggul di Desa Cipanjalu, Cilengkrang.
Berikut kisah selengkapnya.
Dibangun 1912
Berdasarkan arsip sejarah, pabrik kina Bukit Unggul diketahui mulai beroperasi setelah masa penanaman kina massal diberlakukan di Jawa Barat, abad ke 19.
Saat itu, Pemerintah Hindia Belanda gencar menanam dan memproduksi olahan kina guna mengantisipasi serangan nyamuk Malaria yang sempat memakan korban ribuan warga Eropa di Batavia tahun 1800-an.
Sejumlah ahli botanik dan naturalis dipanggil ke Hindia Belanda untuk mencari obat pembunuh virus Malaria.
Setelah diteliti, virus yang menyebabkan penderitanya berhalusinasi untuk bunuh diri itu bisa dibasmi lewat kulit kina yang dijadikan obat.
Pernah membantu 90 persen kebutuhan kina dunia
Mengutip kanal YouTube Jejak Siborik, Selasa (3/10), pabrik kina Bukit Unggul disebut jadi salah satu pabrik yang berjasa memenuhi hampir 90 persen kebutuhan kina dunia.
Gambar: YouTube Jejak Siborik
Ini karena pada abad ke-19 sampai awal abad 20, sebanyak 700-an hektare lahan di Bandung dijadikan hutan kina.
Dari sana, total 4 juta pohon terbudidaya dengan baik melalui sistem tanam paksa atau cultuurstelsel.
Hutan kina sendiri terbentang dari wilayah Bandung selatan sampai Bandung utara, berbarengan dengan perkebunan kopi dan teh.
Masih gunakan mesin peninggalan Belanda
Menariknya, pabrik kina Bukit Unggul masih mempertahankan bentuk bangunan sampai sistem produksinya sejak masa kolonial Belanda.
Pengelola juga tetap mengoprasikan mesin-mesin blower buatan tahun 1925 yang berbahan baja tebal.
“Mesin pengering kina di sini namanya Sirocco Davidson. Dan ini bagian dari sejarah juga yang masih kami pakai sampai sekarang untuk produksi,” kata pengelola perkebunan kina Bukit Unggul, Andri di kanal tersebut.
Pola produksi kina di pabrik Bukit Unggul
Untuk produksi kina dimulai dengan menguliti pohon yang sudah cukup secara usia. Setelah kulit dengan batangnya terpisah, lanjut dibawa ke pabrik untuk dikeringkan melalui dua metode, yakni menggunakan matahari dan memakan mesin blower.
Untuk menghasilkan kulit kina yang baik, kadar airnya harus kurang dari 50 persen.
“kulit kina dimasukkan ke bagian atas laci mesin Sirocco yang masih asli dari zaman Belanda ini, sampai kadar airnya berada di 14 persen,” katanya lagi.
Setelah kina kering, langkah selanjutnya dibawa ke mesin pencacah hingga menjadi serbuk halus atau tepung kina dan siap dipacking.
Tidak produksi setiap hari
Karena berbagai hal teknis serta kebutuhan yang tidak semasif dulu, pabrik ini hanya beroperasi dua hingga tiga bulan sekali.
Saat ini pabrik menjadi salah satu destinasi agro industri yang menarik untuk dikunjungi sebagai rekam jejak kejayaan kina di Bandung masa silam.
Kina sendiri mulanya dibawa dan ditanam di Hindia Belanda atas gagasan Franz Wilhelm Junghuhn.
Ia mendapatkan bibitnya dari Amerika Selatan seperti Bolivia dan sekitarnya.
Mengutip balarjabar.kemdikbud.go.id, sebelumnya wilayah Bandung memiliki beberapa pabrik kina seperti di Cinyiruan dan Kertamanah yang sudah tutup.
Gambar: mesin blower pengering kina peninggalan Belanda di pabrik kina Bukit Unggul. (YouTube Jejak Siborik)