6 Ide Dahlan Iskan lebur dan caplok BUMN berakhir sebatas wacana
Dahlan: langkah ini cukup strategis untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan asing dan di dunia internasional.
Sejak dipercaya menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan beberapa kali menelurkan ide-ide mengenai pembentukan holding (induk) usaha perusahaan BUMN yang bergerak di sektor yang sama. Tidak itu saja, Dahlan juga punya rencana untuk mengakuisisi, melebur, sejumlah perusahaan BUMN.
Beberapa di antaranya sukses, ada yang berakhir gagal, dan ada pula yang kelanjutannya tidak jelas alias hanya jadi wacana. Salah satu contoh sukses pembentukan holding perusahaan BUMN adalah holding perusahaan semen.
-
Kapan Masjid Istiqlal diresmikan? Pembangunan Masjid Istiqlal berlangsung selama 17 tahun sebelum akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam.
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Siapa Iman Usman? Iman dikenal publik sebagai Co-Founder & Chief Operating Officer (COO) Ruangguru. Sebelum menjabat di posisinya sekarang, Iman pernah mendirikan Indonesian Future Leaders pada tahun 2009.
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Sultan Iskandar Muda berkuasa? Ia berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
Dahlan melebur 3 perusahaan semen milik BUMN yakni Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa di bawah satu payung yakni Semen Indonesia. Contoh lain, Dahlan cukup berhasil melebur dua perusahaan BUMN yang bergerak di sektor konstruksi yakni PT Sucofindo (persero) dan PT Surveyor Indonesia (persero).
Beberapa waktu lalu Dahlan mengungkapkan alasannya ngotot membangun holding BUMN yang punya lini bisnis sama. Menurutnya, langkah ini cukup strategis untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan asing dan daya saing di dunia internasional. Dengan menggabungkan beberapa perusahaan, kapasitas perusahaan akan menjadi lebih besar dan siap untuk bersaing.
"Holding BUMN adalah peluang kita untuk meningkatkan daya saing di dunia internasional. Makanya saya mengambil langkah-langkah itu, kalau daya saing indonesia lambat ya sudah jangan salahkan saya," ujar Dahlan saat ditemui akhir pekan lalu.
"Yang sudah berhasil baru pupuk dan semen, dan buktinya memberikan kinerja yang luar biasa," klaimnya.
Dahlan tidak selalu berhasil. Ada pula idenya membentuk holding perusahaan BUMN yang berakhir gagal. Sebut saja soal kegagalan melebur BUMN sektor infrastruktur. Yang masih hangat, tentu saja soal kegagalan Dahlan mengakuisisi Bank Tabungan Negara (BTN) dan menjadikannya anak usaha Bank Mandiri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan agar rencana ini ditunda dan bisa dibicarakan lagi setelah pemilihan presiden atau oleh pemerintahan yang baru.
Dahlan punya segudang ide membentuk holding perusahaan BUMN. Banyak di antaranya yang hanya berakhir sebagai wacana lantaran tidak ada kejelasan hingga saat ini.
Merdeka.com mencoba merangkum kembali ide-ide Dahlan soal pembentukan perusahaan BUMN yang hanya berakhir tanpa kejelasan. Berikut paparannya.
Holding Pelinco
Dahlan berencana membangun holding BUMN Pelabuhan yakni Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV. Namun Dahlan mengaku pesimis rencana ini bisa direalisasikan.
Belajar dari pengalaman akuisisi BTN oleh Bank Mandiri, Dahlan tak banyak berharap. "Sebetulnya seperti Pelindo pun harusnya digitukan. Tetapi melihat perkebunannya saja belum jalan, Mandiri dan BTN juga masih seret, jadinya ini banyak terhambat," ungkapnya.
BRI caplok Pegadaian
Dahlan mencetuskan ide adanya kemungkinan BRI mencaplok Pegadaian. Apalagi bank BUMN itu memiliki modal yang semakin besar.
Itu pernah ada pemikiran, jadi beda dong (dari akan ada akuisisi)," ujarnya selepas rapat koordinasi di Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Wacana akuisisi Pegadaian oleh BRI itu kajian lama, dan tidak ada rencana mewujudkannya dalam waktu dekat. "Ya tidak jadi apa-apa. Itu sudah ada sejak dulu, bukan dari saya. (Potensinya) ya enggak tahu," cetusnya.
Dahlan mengaku tak ingin ngotot segera merealisasikan proses akuisisi PT Pegadaian oleh BRI. Pasalnya, saat ini kondisi manajemen dari perusahaan pelat merah tersebut bagus tengah bagus.
Maka dari itu, percepatan realisasi akuisisi dinilai mantan bos PLN ini tidak realistis. "Kalau saat ini enggak realistis. Banyak hal lah, karena manajemen Pegadaian sedang bergairah-gairahnya untuk membesarkan Pegadaian," ucap Dahlan.
Holding BUMN Perkebunan
Dahlan pernah menyatakan mimpinya membangun induk usaha BUMN perkebunan. Ini perlu dilakukan mengingat dua perusahaan BUMN perkebunan yakni PTPN V dan PTPN VII rencananya segera melantai di bursa saham.
"Menteri BUMN ajukan untuk segera dibahas. Nanti di rapat kabinet. Kan harus dilaporkan ke rapat kabinet. Sudah diatur schedule," ujar Menko Perekonomian, Hatta Rajasa beberapa waktu lalu.
Mantan Menteri Perhubungan ini tidak bisa menjamin pembentukan holding perkebunan akan terealisasi tahun ini. Salah satu tugas Kementerian BUMN adalah resizing holding strategy.
"Saya sendiri belum tahu. Apakah disetujui atau enggak. Saya tidak izinkan segala sesuatu yang belum mantap desain itu langsung IPO, nanti malah tidak dapat yang baik," jelasnya.
Pertagas akuisisi PGN
Dahlan Iskan pernah mengungkapkan dua skema penyatuan bisnis kedua perusahaan energi ini. Tahap pertama, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) membeli anak perusahaan Pertamina, Pertagas. Tahap kedua, Pertamina mengambil alih seluruh saham pemerintah yang terdapat di PGN.
"Kalau satu tahap, langsung saja Pertamina membeli PGN. Tidak perlu dua tahap dan lebih maksimal serta efisien," tutur Dahlan beberapa waktu lalu.
Dahlan menggarisbawahi bahwa apabila Pertamina membeli PGN bukan berarti sebagai entitas PGN akan hilang dan bubar. Apabila aksi korporasi dapat dilaksanakan, maka Indonesia akan memiliki perusahaan energi raksasa.
Setelah cukup lama tenggelam, rencana akuisi PGN dengan PT. Pertamina Gas (Pertagas) kembali muncul ke permukaan. Kementerian BUMN menegaskan bahwa peleburan itu bukan isapan jempol atau sekadar wacana.
Kajian untuk akuisisi kedua perusahaan pelat merah tersebut masih dalam tahap penyelesaian di PT. Bahana dan PT. Danareksa. BUMN menampik jika rencana ini dianggap sebagai wacana.
"Jadi kok, masih jalan. Itu bukan wacana. Cuma kajiannya masih finishing, berjalan," ujar Deputi Kementerian BUMN bidang usaha energi, logistik dan perhubungan Dwijayanti Cahyaningsih di Kementerian BUMN.
Merger BUMN Farmasi
Rencana penggabungan dua emiten pelat merah sektor farmasi yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk. Arah pemikirannya ke situ," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN, Wahyu Hidayat beberapa waktu lalu.
Proses penggabungan ini disebut tidak akan memakan waktu lama. Jika proses penggabungan berjalan mulus, kedua perusahaan pelat merah segera menjadi satu. "Seharusnya tidak panjang prosesnya," tegasnya.
Namun kenyataannya realisasinya tak jelas. Dahlan pun mengakuinya. Dahlan menyatakan alasannya belum direalisasikan induk usaha (holding) BUMN farmasi. Menurut dia, PT Indofarma dan PT Kimia Farma harus seimbang terlebih dahulu dalam hal kinerja keuangan.
Saat ini kondisi Indofarma yang tertinggal dari Kimia Farma menyulitkan bila nanti disinergikan menjadi anak usaha. "Sekarang kajiannya ada ukuran kedua perusahaan biar sama-sama seimbang. Indofarma sekarang sulit tidak, maju pesat juga tidak," katanya beberapa waktu lalu.
Antara, Balai Pustaka dan Percetakan Negara
Awal Fabruari 2014 Dahlan menyatakan keinginannya menyatukan tiga perusahaan di bidang media, penerbitan dan percetakan. Dahlan memilih menggabungkan LKBN Antara, Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) dan PT Balai Pustaka menjadi satu perusahaan.
Menurut Dahlan, dengan digabungnya tiga perusahaan tersebut akan saling membantu dan mengembangkan bisnis strategis ketiganya. Langkah awal penyatuan ini, Dahlan menunjuk Hempi Prajudi sebagai Direktur Utama PNRI. Sebelumnya Hempi menjabat sebagai Direktur Komersial dan Teknologi Perum LKBN Antara.
"Saya maunya semakin cepat semakin baik, tahun ini. Negara itu, ketika swasta sudah maju itu tidak terlalu menganggap percetakan itu strategis. Tapi percetakan negara itu bagus dan Antara bisa bantu," jelas Dahlan di Wisma Antara, Jakarta, Selasa (19/2).
Baca juga:
Dahlan: Dulu jual, sekarang beli satelit
Dahlan Iskan sedih mobil listrik sulit terwujud
Dahlan mandi di toilet dan punguti sampah Bandara Cengkareng
Dahlan sebut ide Jokowi hapus subsidi BBM rasional
Dahlan keluhkan manajemen antrean Bandara Soekarno-Hatta