95 Juta Orang Indonesia Belum Punya Akses Keuangan, Nomor Empat Terbesar di Dunia
Kondisi ini menempatkan Indonesia di peringkat keempat dunia dalam jumlah populasi terbanyak yang tidak memiliki akses keuangan, di bawah India, China.
Fintech lending merupakan layanan keuangan berbasis teknologi yang memberikan pinjaman kepada individu atau usaha kecil yang sulit mendapatkan akses ke pendanaan dari lembaga keuangan tradisional.
Di Indonesia sendiri, sektor ini menjadi harapan baru untuk mengatasi masalah besar. Pasalnya, sekitar 95 juta orang atau sekitar 30 persen populasi belum memiliki akses keuangan dan akses pendanaan terhadap layanan keuangan tradisional.
- Indonesia Masuk Urutan Ketiga Negara dengan Tingkat Kelaparan Tertinggi di Asia Tenggara
- Indonesia Masuk Dalam Daftar Negara dengan Ketimpangan Ekonomi Terbesar di Dunia: Jurang Si Kaya dan Si Miskin Makin Dalam
- Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
- Ada Indonesia, Ini Daftar Negara yang Rakyatnya Paling Banyak Tak Dapat Akses Internet
Kondisi ini menempatkan Indonesia di peringkat keempat dunia dalam jumlah populasi terbanyak yang tidak memiliki akses keuangan, di bawah India, China, dan Pakistan .
"Jadi memang posisinya itu agak mengkhawatirkan nih. Dari 282 juta orang ya kira-kira, di Indonesia itu 95 juta orang belum memiliki akses ke pendanaan layanan keuangan tradisional," ujar Chief of Public Affairs AdaKami, Karissa Sjawaldy, dalam acara Media Gathering Akhir Tahun AdaKami di Penang Bistro Gatot Subroto, Kamis (12/12).
Selain itu, terdapat kesenjangan kredit atau credit gap sebesar Rp1.650 triliun yang belum terpenuhi oleh sistem keuangan konvensional. Kesenjangan ini sangat mengkhawatirkan, terutama di tengah target Presiden Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Situasi ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mengembangkan solusi keuangan yang dapat menjangkau segmen masyarakat yang belum terlayani.
Peran Fintech Lending
Dalam konteks ini, fintech lending hadir sebagai solusi untuk menutup kesenjangan akses keuangan yang ada. Pelaku industri ini memanfaatkan teknologi untuk menyediakan layanan pendanaan yang lebih inklusif dan berkualitas, khususnya bagi UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
UMKM sendiri berkontribusi sekitar 60-65 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Dengan memberikan akses keuangan kepada UMKM, dampak positif terhadap perekonomian bisa menjadi sangat signifikan .
"Pelaku fintech lending juga berfokus pada segmen underserved dan underbank, yaitu masyarakat yang belum memiliki rekening bank atau akses kredit," katanya.
Mereka menggunakan inovasi seperti profiling berbasis teknologi untuk menilai kelayakan kredit calon nasabah, termasuk mereka yang sebelumnya tidak tersentuh layanan keuangan tradisional.
Melihat prospek ke depan, industri fintech lending memiliki potensi besar untuk terus tumbuh. Terlebih dengan jumlah populasi yang belum terjangkau mencapai 95 juta orang dan kesenjangan kredit yang besar.
Optimisme juga didukung oleh kemampuan teknologi untuk memperluas jangkauan layanan keuangan ke segmen-segmen yang sebelumnya sulit dijangkau .
Dalam lima tahun ke depan, peran fintech lending diproyeksikan semakin penting dalam ekosistem keuangan Indonesia. Selain membantu menutup kesenjangan akses keuangan, fintech lending juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Reporter Magang: Thalita Dewanty