Agar bisa bersaing, UMKM diingatkan tak patok harga mahal di pasar dalam negeri
"Ternyata gak semuanya produk Indonesia itu harganya murah yak. Kalau tadi kita lihat tempat kerupuk saja sudah jutaan," kata Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan mengingatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk tidak mematok harga terlalu tinggi dalam memasarkan produknya. Sebab, sejauh ini ada produk impor yang ternyata lebih murah dibanding produk UMKM dalam negeri.
"Ternyata gak semuanya produk Indonesia itu harganya murah yak. Kalau tadi kita lihat tempat kerupuk saja sudah jutaan," kata Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan saat mengunjungi pameran Mall to Mall Indonesia Kreatif 2018, di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (17/5)
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Kapan Disperindagkop UKM Paser meninjau pengerjaan pasar? Seperti yang dilakukan pada Selasa (14/11/2023).
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Apa yang dibahas dalam acara MA Goes To Campus di UIN Jakarta? Mengusung tema 'Hukum, Profesi Jurnalistik & Etika Sosial Media', MA Goes To Campus hadir dengan tujuan untuk mengedukasi para mahasiswa baru agar lebih tertarik dalam berkarier di bidang hukum. Khususnya menjadi hakim di Mahkamah Agung.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Di mana saja Disperindagkop UKM Paser meninjau pengerjaan pasar? Peninjauan dimulai di Pasar Kapitan Wasel Desa Tepian Batang, Kecamatan Tanah Grogot; kemudian pasar Keresik Bura dan terakhir pasar rakyat Desa Petangis, Kecamatan Batu Engau.
Stefanus mengatakan, pasar dalam negeri sendiri sebetulnya memerlukan harga jual yang jauh lebih rendah. Menurut dia, harga produk UMKM yang lebih mahal lebih cocok untuk di ekspor ketimbang di jual di dalam negeri.
"Untuk konsumen Indonesia perlu ada harga lebih reasonable. Kalau saya lihat masih beberapa orang sangat eksklusif mungkin makanannya (sasaran) untuk ekspor oke. Tapi di dalam negeri saya kira harus ada konsider tentang harga ya," ungkap dia.
Terlebih dia mengatakan, pola perilaku konsumen di Indonesia sendiri kebanyakan menginginkan kualitas bagus namun harga jual standar. Untuk itu, dia meminta kepada para pelaku UMKM agar lebih mempertimbangkan harga jual kembali.
"Ada keunikan, nah ini handmade. Tapi orang Indonesia kan memakai kadang-kadang gak peduli handmade yang penting kelihatannya bagus unik dia beli, tapi begitu harganya jutaan mungkin dia mikirnya 10 kali. Tapi menurut saya musti ada pertimbangan untuk pasar dalam negeri juga, kualitasnya tetap bagus menarik tapi harganya lebih pantas lah yah kan," ujarnya.
"Kalau kita mau membuat prodak itu misalkan harganya 50 persennya saya kira itu akan banyak orang yang beli," tukasnya.
Baca juga:
IKM syariah didorong manfaatkan teknologi guna tingkatkan daya saing
Permudah akses IKM, perusahaan asal AS ini beri kredit perkakas canggih
Aturan baru segera meluncur, pajak UMKM diturunkan jadi 0,5 persen
Menteri Sri Mulyani harap pameran Dhawa Fest Pesona bawa UMKM Indonesia mendunia
Kolaborasi dengan KSP Sahabat Mitra Sejati Bank Sampoerna Gelar Grebek Pasar