Alasan Alfamart dan Indomaret Menjamur di Jakarta: Pendapatan per Kapita Penduduk Mencapai Rp300 Juta per Tahun
Sektor ritel di Jakarta kuat lantaran pendapatan per kapitanya sudah melewati jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan jumlah ritel yang terdapat di suatu negara dapat menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional.
Airlangga menyebut, berdasarkan laporan World Bank pertumbuhan sektor konsumsi atau ritel di Indonesia terus tumbuh sejak 2022. Mal di Indonesia termasuk dalam jajaran pusat perbelanjaan yang terbaik dan modern khususnya pada wilayah Jakarta.
- Dirut BRI: Pendapatan per Kapita Indonesia Harus di Atas USD4.465
- Dirut BRI Sunarso Ungkap Ketahanan Pangan jadi Kunci Indonesia Keluar dari Middle Income Trap
- Ternyata Ini Pengeluaran Paling Besar yang Buat Biaya Hidup di Jakarta dan Bekasi Jadi Paling Mahal
- Ternyata, Ini Penyebab Beras Langka di Alfamart dan Indomaret
"Berapa jumlah Alfamarat, Indomaret, Ace Hardware, itu menjadi indikator ekonomi nasional. Berapa outlet daripada iBox, itu juga jadi indikator daya beli ritel kita," ujar Airlangga dalam pembukaan Indonesia Retail Summit 2024 di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan, sektor ritel di Jakarta kuat lantaran pendapatan per kapitanya sudah melewati jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Rata-rata pendapatan di Jakarta telah mencapai USD 20.000 atau Rp300 juta per tahun. Hal ini yang mendorong berdirinya sejumlah pusat-pusat perbelanjaan.
"Sebetulnya kalau kita monitor pertumbuhan ekonomi itu bisa monitor, jenis ritel di kota itu bisa mencerminkan berapa level income per kapita," katanya.
Lebih lanjut, Pemerintah akan terus menjaga daya beli masyarakat kelas menengah dengan memberikan berbagai program dukungan seperti bantuan iuran untuk BPJS Kesehatan, kartu prakerja hingga subsidi energi.
"Jadi inilah program bantalan yang dilakukan oleh pemerintah agar setiap masyarakat punya akses saving untuk daya beli dan juga untuk ke depan. Middle class kita kan cirinya adalah yang dibeli atau yang dibelanjakan itu beyond food and beverage, jadi selain makanan dan minuman," ucap Airlangga.
Mal di Indonesia Diklaim Lebih Baik dari San Francisco
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengklaim bahwa pusat perbelanjaan atau mal di Indonesia lebih baik dibandingkan luar negeri. Bahkan, jika dibandingkan dengan mal di pusat kota mode dunia San Francisco, Amerika Serikat (AS).
"Kita tahu kalau mal di Indonesia lebih baik dari berbagai mal di global, termasuk di San Fransisco," kata Airlangga dalam acara Indonesia Retail Summit di Swissotel Jakarta PIK Avenue, Rabu (28/8).
Dalam pengamatannya, tidak ada pusat perbelanjaan di negara manapun semodis di Indonesia. Terutama wilayah DKI Jakarta.
"Di berbagai negara lain, tidak semodern yang ada di Indonesia, khusus ada di Jakarta," ucap dia.
Lanjutnya, keberadaan pusat perbelanjaan modern tersebut mengindikasikan ada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Tercatat, pendapatan per kapita masyarakat di DKI Jakarta mencapai USD 20.000 per tahun.
"Kenapa di Jakarta kuat, karena income per kapita di Jakarta sudah lewat dari middle income trap, rata-rata pendapatan di Jakarta itu USD 20.000 per tahun," ucap dia.