Dirut BRI: Human Capital Jadi Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil analisa BRI, Indonesia dapat keluar dari middle income trap (pendapatan negara kelas menengah) bila pertumbuhan ekonomi minimal mencapai 6 %.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso mengatakan human capital (modal manusia) menjadi faktor penentu untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.
"Supaya bisa tumbuh di atas 6 persen, faktor apa yang dominan menjadi penentu? Ternyata ketemu faktor yang dominan menjadi penentu adalah human capital," katanya dalam Konferensi Pers Kinerja Keuangan BRI Triwulan III-2024 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan hasil analisa BRI, Indonesia dapat keluar dari middle income trap (pendapatan negara kelas menengah) apabila pertumbuhan ekonomi minimal mencapai 6 persen. Adapun faktor penting untuk mencapai angka tersebut adalah pengembangan human capital.
Dalam rangka meningkatkan kualitas human capital, lanjutnya, faktor ketersediaan dan kualitas pangan menjadi kunci.
"Jadi klop dengan apa yang dicita-citakan program pemerintah, maka fokuslah kepada swasembada pangan," ucap dia.
Adanya swasembada pangan dinilai akan memberikan kecukupan pangan dan nutrisi, sehingga mendorong masyarakat semakin sehat yang kemudian dapat diberikan pendidikan berkualitas seperti sains dan teknologi. Begitu pula dengan swasembada energi yang akan menjadi bagian pendorong perputaran ekonomi.
"Menurut kami di BRI, baik kajian yang secara internal BRI maupun yang mungkin dibuat oleh pemerintah, sebenarnya tidak ada perbedaan sama sekali, sudah klop dalam rangka tujuan ekonomi nasional," ujar Sunarso.
Hilirisasi sebagai program utama lainnya dari Presiden RI Prabowo Subianto turut dianggap penting untuk menumbuhkan ekonomi.
Melalui proses penciptaan nilai tambah produk-produk tambang maupun produk-produk agrikultur di dalam negeri dengan memanfaatkan teknologi dan tenaga kerja, hilirisasi disebut akan meningkatkan produktivitas sekaligus penyerapan tenaga kerja, sehingga distribusi pendapatan lebih baik dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini, industri perbankan pasti akan menikmati bisnis dari peningkatan distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari aktivitas hilirisasi produk-produk tambang maupun agrikultur.
Sebagai contoh, produk kelapa sawit yang dipanen dan kemudian ditingkatkan menjadi minyak goreng, oleokimia, hingga kosmetik, maka bakal menciptakan nilai tambah di dalam negeri apabila keseluruhan proses tersebut dilakukan secara mandiri. Setelah itu, berbagai produk tersebut yang diekspor maupun diperjualbelikan di dalam negeri bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Begitu pula dengan hilirisasi produk pangan yang menjadi penyediaan makanan bergizi untuk masyarakat dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas ekonomi, distribusi pendapatan, serta pertumbuhan bisnis
"Singkat cerita, dari kerangka tujuan pembangunan nasional, analisanya memang akan berfokus kepada peningkatan kualitas human capital yang kemudian itu antara lain dibutuhkan swasembada pangan dan energi. Dalam kerangka bisnis, proses penghiliran, baik produk tambang maupun produk agrikultur, itu akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan pendapatan. Itu adalah peluang bisnis bagi perbankan," ungkap Sunarso.