Pakar UI Nilai Hilirisasi Dapat Menghasilkan Nilai Tambah Masyarakat dan Negara
Pemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap
Jokowi berkomitmen melakukan akselerasi hilirisasi SDA.
Pakar UI Nilai Hilirisasi Dapat Menghasilkan Nilai Tambah Masyarakat dan Negara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkomitmen melakukan akselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) Indonesia. Jokowi tak ingin SDA Indonesia tidak memberikan nilai tambah dan justru merugikan negara dan masyarakat akibat menjual dalam bentuk mentah atau bahan baku.
Pakar ekonomi pembangunan Universitas Indonesia (UI), Teguh Dartanto mendukung pemerintah untuk mendorong industri hilirisasi dalam negeri yang dinilai dapat menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat dan negara.
Teguh menjelaskan, hilirisasi atau downstreaming dalam konteks besar industri kebijakan (industrial policy) adalah bagaimana mendorong perekonomian agar tidak hanya didominasi oleh sektor pertanian dan sektor primer saja, tapi juga bergerak ke industri manufaktur.
"Kalau dalam konteks itu hilirisasinya harusnya kita dorong. Artinya kita dorong bagaimana dari raw material ini diproses dalam negeri untuk menjadi nilai tambah. Harusnya, konteks industrial policy, artinya lebih komprehensif. Jadi hilirisasinya enggak sepotong-potong ya," kata Teguh dalam keterangannya, Senin (25/12).
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) ini menegaskan, pemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap atau peta jalan, sehingga hilirisasi ini tidak selalu diasosiasikan pada industri pertambangan seperti nikel saja.
Tetapi juga industri pertanian yang memiliki potensi sangat besar seperti CPO (Crude Palm Oil) hingga UMKM yang perlu diberdayakan.
Selain itu, sambung Teguh, hilirisasi juga harus memberikan dampak dan manfaat bagi warga sekitar industri. Oleh karena itu perlu kebijakan dari pemerintah untuk membangun industri hilirisasi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
"Sehingga jangan sampai kalau barang sudah habis masyarakatnya nanti yang ditinggalkan sengsara sehingga kita harus mendorong yang namanya berkelanjutan, artinya daerah tambangnya ditata dengan baik, lingkungannya juga harus diperhatikan, mendorong keberlanjutan kehidupan masyarakat di sana. Memang pembangunan ini butuh endurance, butuh konsistensi, butuh persistensi," ujarnya.
Dia menjelaskan, jika pemerintah sukses mengembangkan industri hilirisasi maka bukan tidak mungkin Indonesia akan naik kelas menjadi negara maju. Kendati demikian, tidak semua negara sukses menerapkan sistem industri hilirisasi tersebut.
Teguh menambahkan, China merupakan negara yang sukses membangun sistem industri hilirisasi karena menerapkan kebijakan hilirisasi yang berkelanjutan yakni membangun alur produksi dari barang mentah, setengah jadi, hingga menjadi barang jadi.
"Kalau itu enggak didorong industri berkelanjutannya atau tahap ketiganya ya kita hanya menjadi eksportir barang setengah jadi lagi. Itu yang seharusnya didorong sebuah kebijakan yang komprehensif dan konsisten serta persisten. Membangun ekosistem industrinya harus jalan. Misal nikel ekosistemnya harus dibangun kalau enggak dibangun nanti kita ekspor dari raw material pindah menjadi barang setengah jadi. Intinya kalau mau naik kelas ya kita
harus next level ya membangun ekosistem industri dari produk hilirisasi itu," ucap teguh.
Lebih jauh Teguh menambahkan, jika pemerintah telah memiliki roadmap yang jelas terhadap industri hilirisasi tersebut maka bukan tidak mungkin investor asing akan menanamkan modalnya di Indonesia seperti yang pemerintah harapkan selama ini.
"Itu kan akan memberikan sinyal kepada investor akan datang dan invest (investasi). Kalau itu clear, semua orang tahu petanya dan itu bisa dijual dan dikomunikasikan dengan baik oleh investor, menurut saya ini akan menjadi daya tarik," tuturnya.