Pizza Hut Tutup 20 Gerai, 371 Karyawan Terkena PHK
Penutupan gerai-gerai ini berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 371 karyawan.
PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA), emiten peritel pemegang merek dagang Pizza Hut di Indonesia tercatat telah menutup 20 gerainya sepanjang tahun 2024.
Penutupan gerai-gerai ini berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 371 karyawan, seperti terungkap dalam laporan keuangan kuartal III-2024 yang belum diaudit.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2024, per 30 September 2024, jumlah gerai Pizza Hut yang beroperasi tercatat sebanyak 595, lebih sedikit dibandingkan 615 gerai yang tercatat pada 31 Desember 2023. Dengan demikian, terjadi pengurangan sebanyak 20 gerai dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.
"Sampai dengan tanggal 30 September 2024 dan 31 Desember 2023, Perusahaan mengoperasikan masing-masing 595 dan 615 gerai Pizza Hut di Jakarta dan kota lain di Indonesia," bunyi laporan keuangan tersebut dikutip Selasa (19/11).
Selain penurunan jumlah gerai, laporan keuangan juga mencatat adanya penurunan jumlah karyawan tetap. Pada 30 September 2024, total karyawan tetap yang dimiliki perusahaan sebanyak 4.651 orang. Angka ini lebih kecil dibandingkan 31 Desember 2023, yang mencatatkan jumlah karyawan tetap sebanyak 5.022 orang.
Dari sisi kinerja keuangan, perusahaan juga menghadapi tekanan berat. Penjualan bersih Pizza Hut pada kuartal III-2024 tercatat sebesar Rp2,03 triliun, lebih rendah dibandingkan Rp2,75 triliun yang diraih pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan Angka Penjualan
Penurunan penjualan ini berkontribusi pada peningkatan kerugian bersih perusahaan, yang mencapai Rp96,71 miliar pada kuartal III-2024. Angka ini naik signifikan dibandingkan kerugian bersih sebesar Rp 38,95 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Operasional PT Sarimelati Kencana, Boy Ardhitya Lukito, mengungkapkan bahwa perusahaan menghadapi dua tekanan utama yang memengaruhi operasionalnya.
Penurunan daya beli masyarakat di Indonesia menjadi salah satu faktor utama. Selain itu, tekanan ekonomi global yang dipicu oleh tensi geopolitik di Timur Tengah turut memperburuk situasi.
"Pertama dari kondisi ekonomi yang terjadi di Indonesia sendiri yang di mana sama-sama melihat tidak hanya mempengaruhi Pizza Hut tapi juga industri bisnis lainnya itu dari ekonomi menengah yang turun kelas, dan itu juga berbeda dengan geopolitik," kata Boy dalam keterangan tertulisnya.