Alasan BI turunkan suku bunga 25 basis poin
Bank Indonesia menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen. Penurunan suku bunga tersebut diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya.
Bank Indonesia menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen. Penurunan suku bunga tersebut diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kebijakan penurunan suku bunga tersebut konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan moneter. Salah satunya rendahnya realisasi dan perkiraan inflasi tahun 2017 dan 2018 di dalam kisaran yang ditetapkan.
"Kita yakini inflasi terjaga dan kita mendengar dan berkoordinasi dengan pemerintah. Pemerintah sudah confirm bahwa penyesuaian BBM, listrik atau LPG itu tidak ada karena sudah dianggarkan," ujar Agus di Kantornya, Selasa (22/8).
"Kita juga meyakini bahwa tim pengendali daerah sudah memberi masukan roadmap inflasi kita juga berkoordinasi dengan satgas pangan. Kita confiden inflasi terjaga di tahun 2017 ada dikisaran 4 persen," tambahnya.
Selain inflasi penurunan suku bunga acuan BI juga dipengaruhi oleh rencana kenaikan Fed Funds Rate (FFR) yang diprediksi hanya terjadi satu kali sampai akhir tahun. Selain itu, normalisasi neraca bamk sentral AS diperkirakan akan diumumkan September 2017.
"Kenaikan FFR diperkirakan akan terjadi satu kali pada akhir tahun 2017 dan normalisasi neraca bank sentral AS diperkirakan akan diumumkan pada September 2017," jelasnya.
Penurunan suku bunga kebijakan diharapkan dapat memperkuat intermediasi perbankan sehingga memperkokoh stabilitas sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Kita juga masih akan memperkuatkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," pungkasnya.