Anak down syndrome ini raup jutaan dolar lewat bisnis kaus kaki
John Cronin, penyandang down syndrome berusia 22 tahun ini telah sukses mendirikan bisnis kaus kaki bernama Crazy Socks dengan pendapatan mencapai jutaan dolar. Bahkan, John mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang.
Sukses bisa menjadi milik siapa saja, tanpa terkecuali. Bahkan seorang anak penyandang autis pun bisa sukses mendirikan sebuah bisnis dan menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Seperti John Cronin, penyandang autis (down syndrome) berusia 22 tahun ini telah sukses mendirikan bisnis kaus kaki bernama Crazy Socks dengan pendapatan mencapai jutaan dolar. Bahkan, John mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang.
-
Bagaimana kata-kata inspiratif pengusaha muda membantu dalam membangun bisnis? "Memulai perlu keberanian, membesarkan perlu ilmu. Itulah kuncinya dalam berbisnis."
-
Apa yang menginspirasi dari kisah bisnis pempek ini? Kisah bisnis istri polisi ini seketika menuai beragam tanggapan dari publik. Banyak apresiasi hingga dukungan yang dilayangkan bagi keduanya.
-
Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh kata-kata inspiratif pengusaha muda? "Alasanku menjadi pebisnis karena mau membuka banyak lapangan kerja dan banyak bermanfaat buat orang lain."
-
Apa yang dikatakan oleh kata-kata motivasi bisnis tentang keberhasilan? Kesuksesan datang dari rasa ingin tahu, konsentrasi, ketekunan, dan kritik diri.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Bagaimana cara mendapatkan inspirasi? Salah satu cara menemukan inspirasi yang paling mudah adalah bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang. Saling berbagi dan bertukar pikiran tentu akan membuka wawasan dan juga ide-ide yang unik.
Bisnis ini bermula saat John mencari kesibukan usai lulus sekalah pada tahun 2016. Kondisinya yang terbatas membuat dirinya kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang dilakukan teman-temannya.
Dia bersama ayahnya, Mark Cronin, pun berencana untuk membuat bisnis food truck. Sayangnya, mereka tidak bisa memasak sehingga harus mencari ide bisnis lain. Akhirnya, di hari World Down Syndrome Day yang jatuh pada tanggal 21 Maret, John menemukan idenya.
John Cronin anak down syndrom ©REUTERS/Shannon Stapleton
Secara tradisional orang merayakannya dengan mengenakan kaus kaki dengan pola dan warna yang menyenangkan. Mark pun mulai mencari kaus kaki untuk merayakan hari tersebut, sayangnya mereka tidak menemukannya.
"Ide saya adalah, saya ingin membuat kaus kaki itu," kata John dilansir CNBC Make It.
John pun mulai mendesain kaus kakinya, berwarna ungu dengan gambar hati, dan logo "3-21" yang menandakan hari down syndrome. Pada saat yang sama, Mark tengah mencari pekerjaan setelah bisnis keluarga telah ditutup.
"Ketika John datang dan berkata kami harus menjual kaus kaki, nampaknya itu ide yang layak untuk dicoba. Dan itulah yang kami lakukan. Kami tidak menyiapkan rencana bisnis. Kami tidak melakukan banyak penelitian. Hanya mencari tahu bagaimana orang-orang merespons," kata Mark.
Mereka pun mulai melakukan langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk memulai bisnis kecil. Mulai dari mendaftarkan produk hingga membuka rekening bank.
Satu-satunya pemasaran yang mereka miliki adalah halaman Facebook yang menampilkan video promosi dari John tentang kaus kakinya. Sementara investasi awal dalam bisnis hanya beberapa ribu dolar.
Situs web The John Crazy Socks secara resmi diluncurkan pada bulan Desember 2016, tetapi tidak berjalan tanpa hambatan. Mark dan John memiliki open store online pukul 10 pagi, tetapi rencana itu dengan cepat terhenti ketika situs web itu tiba-tiba crash.
Meski banyak rintangan, namun mereka bisa menerima 42 pesanan kaus kaki di hari pertama mereka. Semua pesanan berasal dari Huntington, New York. Tetapi, John memiliki ide untuk pengiriman barangnya.
John membungkus setiap pesanan kaus kaki dengan kertas tisu dan dikemas dalam kotak merah dengan ucapan terima kasih dan permen. Kemudian John mengantarkan pesanannya langsung ke rumah pelanggan.
"Aku mendatangi rumah mereka dan mereka menyukainya. Mereka bahkan berfoto denganku, membawa video bersamaku. Luar biasa."
John Cronin anak down syndrom ©REUTERS/Shannon Stapleton
Dari situ lah bisnis John mulai dikenal banyak orang. Antusiasme John untuk bisnisnya yang sedang berkembang, dan penekanannya pada layanan pelanggan dan memberikan pengalaman yang berkualitas, tidak luput dari perhatian.
Video dan foto-foto pengiriman rumah John mulai menyebar di media sosial, dan penjualan mulai meroket. Pada bulan pertama, mereka mengirim 452 pesanan dan menghasilkan sekitar USD 13.000.
Dengan tujuan menjadi toko serba ada untuk semua kaus kaki, John Crazy Socks membawa kaus kaki dari lebih dari 20 pemasok yang berbeda, dengan kaus kaki dalam 2.000 gaya yang berbeda.
Menurut Mark, kaus kaki yang mereka desain sendiri adalah yang paling sukses. Dua dolar dari setiap penjualan kaus kaki tersebut disumbangkan ke mitra amal perusahaan dan John Crazy Socks juga menyumbangkan 5 persen dari pendapatannya ke Olimpiade Khusus.
John Crazy Socks juga mempekerjakan orang dengan kemampuan yang berbeda, mulai dari individu yang telah didiagnosis dengan autisme hingga down syndrome. Sejauh ini, John Crazy Socks telah menciptakan 35 pekerjaan, 18 di antaranya dipegang oleh orang-orang dengan kemampuan berbeda.
"Kami membutuhkan orang yang bekerja di gudang kami. Saya tidak membutuhkan mereka untuk menunjukkan kepada saya semua keterampilan lainnya. Hanya, bisakah Anda melakukan pekerjaan di gudang? Dan saya pikir jika majikan mendekati pekerjaan dengan cara itu, fokus pada apa yang Anda butuhkan dan pada apa yang dapat dilakukan seseorang, Anda akan menemukan kesuksesan," kata Mark.
John Cronin anak down syndrom ©REUTERS/Shannon Stapleton
Mark menilai, mempekerjakan orang dengan kemampuan berbeda tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan karyawan, namun juga bisa meningkatkan bisnis karena memiliki keunggulan dalam persaingan dunia usaha.
"Sebagian besar karyawan kami bekerja paruh waktu karena mereka menghadapi pilihan. Mereka harus memilih antara bekerja dan terapi mereka. Jika mereka bekerja terlalu lama, mereka kehilangan waktu terapi," jelasnya.
Bisnis kaus kaki ini pun langsung memuncak di tahun 2017, dengan total pengiriman kaus kaki mencapai 42.000 pesanan senilai USD 1,7 juta Rp 25,84 miliar. Tahun ini, mereka menargetkan pengiriman pesanan mencapai 160.000-180.000 pesanan dan total pendapatan mencapai USD 6 juta atau Rp 91,2 miliar.
Dengan semua kesuksesan tersebut, John tetap tidak melupakan tradisinya. Mengirim pesanan langsung dengan pesanan kaus kaki yang dibungkus rapi di dalam kotak merah.
Baca juga:
Jokowi dorong kabupaten dan kota ramah penyandang disabilitas
Mengenal Anggiasari Puji Aryatie, caleg difabel diusung Partai NasDem
Kaum difabel Solo bikin aplikasi dan website untuk permudah pemasaran produk
Pamit taklukkan Gunung Elbrus, pendaki difabel seret ban mobil ke Balai Kota Solo
Kisah inspiratif Heredia, tukang cukur tanpa tangan asal Argentina
Ikuti Piala Dunia sepak bola Amputee di Meksiko, timnas Nigeria semangat latihan
Asa baru bocah berkaki kaleng asal Suriah