Bangga, Produk Anak Bangsa Ini Bantu Penanganan Covid-19 di RI
Pandemi covid-19 membuat berbagai negara berlomba untuk menghadirkan inovasi untuk menangani covid-19, tak terkecuali Indonesia. Meski sebelumnya pemerintah kerap mengimpor beberapa barang untuk penanganan covid-19, namun kini Indonesia sudah bisa membuat sendiri alat penanganan covid-19.
Pandemi covid-19 membuat berbagai negara berlomba untuk menghadirkan inovasi untuk menangani covid-19, tak terkecuali Indonesia. Meski sebelumnya pemerintah kerap mengimpor beberapa barang untuk penanganan covid-19, namun kini Indonesia sudah bisa membuat sendiri alat penanganan covid-19.
Tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan produk-produk riset, teknologi, dan inovasi untuk percepatan penanganan virus corona (Covid-19). Jokowi mengatakan, produk-produk tersebut merupakan buatan dalam negeri.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Mengapa sulit untuk meneliti mengapa beberapa orang terlindungi dari COVID-19? Mengapa beberapa orang lebih terlindungi daripada yang lain belum jelas, dengan penelitian lapangan yang terhambat oleh kesulitan dalam menentukan momen paparan dengan tepat.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Siapa yang dinyatakan positif Covid-19 pertama di Indonesia? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bagaimana cara kerja alat deteksi gempa yang dikembangkan oleh UGM? Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
"Kita patut berbangga karena dari tangan-tangan anak bangsa, dari tangan tangan kita sendiri kita mampu menghasilkan karya-karya yang sangat dibutuhkan," kata Jokowi melalui video conference, Rabu (20/5/2020).
Setidaknya, ada sembilan produk buatan dalam negeri yang diluncurkan Jokowi. Mulai dari, Rapid Test Kit, PCR Test Kit, Emergency Ventilator, Imunomodulator Herbal, Plasma Convalesence, Mobile Lab Bio Safety Level (BSL) 2, sistem Artificial Intelligence (AI) untuk mendeteksi Covid-19. Kemudian, Autonomous UVC Mobile Robot, hingga Powered Air Purifying.
Dengan adanya produksi dalam negeri, Jokowi yakin dapat mengurangi beban pemerintah mengimpor alat-alat kesehatan untuk menangani pandemi Corona. Sebab, Indonesia selama ini kerap mengimpor alat tes PCR Corona dari negara-negara lain.
Berikut beberapa alat penanganan covid-19 buat anak bangsa yang sudah digunakan di Indonesia.
GeNose C19
GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Alat ini mendeteksi virus berdasarkan pada embusan napas. Menko Luhut memuji keakuratan GeNose yang di atas 90 persen. Dia pun mengimbau GeNose akan digunakan di banyak area publik. GeNose pun sudah mendapatkan emergency use of authorization.
GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang disimpan di dalam sebuah kantung. Napas yang diambil adalah napas ketiga untuk mendapatkan hasil mendekati keadaan sebenarnya. Setelah itu, kantung napas akan diletakkan atau dihubungkan ke alat GeNose yang didukung kecerdasan buatan. Kemudian alat deteksi tersebut akan mengeluarkan hasil tes dalam waktu 50 detik.
Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100.000 kali. Alat ini bisa menjadi alternatif pilihan pengganti tes antigen atau serologi, tapi bukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
GLP HFNC-01
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan PT Gerlink menciptakan alat terapi oksigen beraliran tinggi atau High Flow Nasal Cannula (HFNC) untuk mencegah pasien Covid-19 gagal bernapas lantaran serangan Virus Corona dan penyakit paru-paru kronis. Alat tersebut sempat mendapat keraguan dari Rumah Sakit (RS) baik dokter maupun perawat.
Direktur Utama PT Gerlink, Ghozalfan Basarah mengatakan, pihaknya mendapat banyak tantangan ketika berupaya mengenalkan alat bantu napas yang diberi nama GLP HFNC-01. Diproduksi sejak awal pandemi, alat ini mendapat berbagai penolakan dari berbagai RS karena dinilai tidak bisa menyamai kualitas produk impor.
"Alat kita di situ sudah lama didiamkan, bahkan harus di uji lagi. Saya tungguin aman atau tidak, kepanasan atau tidak. Itu pun belum diterima dokter, ada saja alasan dokter sehingga alat kita tidak digunakan," ujar Basarah dalam diskusi secara daring, Jakarta, Selasa (30/3).
Basarah mengatakan, pihaknya tak putus asa dengan penolakan-penolakan yang ada. Terlebih, saat awal pandemi kebutuhan alat bantu napas sangat tinggi. Kegigihan tersebut pun mendatangkan keberhasilan. RS kemudian mau mencoba GLP HFNC-01 karena sudah tidak ada pilihan lain.
Kini alat bantu nafas tersebut sudah banyak dipesan RS. Jumlah yang diproduksi oleh Gerlink hingga kini mencapai 1.140 buah. Padahal awal produksi hanya ditargetkan sebanyak 100 alat.
Vaksin Merah Putih
Vaksin menjadi salah satu hal penting yang harus dalam penanganan covid-19. Indonesia, saat ini tengah mengembangkan vaksin covid-19 bernama Vaksin Merah Putih.
Percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih saat ini mayoritas sudah pada tahapan penelitian berskala laboratorium atau lab skill research dan tahapan faktor ekspresi. Dalam tahapan pengembangannya terus dimonitor oleh Kementerian Riset Teknologi / Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN).
Pemerintah sudah mempersiapkan pengadaan vaksin hingga tahapan industrialnya demi terjaminnya produksi vaksin dalam jumlah besar. Dan pemerintah pun membuka peluang kerjasama dengan pihak industri swasta nasional untuk turut serta menyukseskan percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih yang menjadi modal bangsa dalam penanganan pandemi Covid-19 jangka panjang.
Dengan memproduksi vaksin milik sendiri, maka akan menjamin terpenuhinya kebutuhan vaksinasi. Dan juga Indonesia dapat menjadi potensi Indonesia di masa mendatang dengan berperan aktif mencapai ketahanan kesehatan global.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek, Ali Ghufron Mukti memastikan Universitas Airlangga (Unair) masih mengembangkan vaksin Covid-19 Merah Putih. Dia memperkirakan uji klinis vaksin Merah Putih Unair selesai akhir 2021.
"Untuk Unair targetnya akhir 2021 sudah selesai uji klinis dan sudah mendapatkan semacam perizinan atau ermergency use authorization (EUA) dari BPOM dan sudah bisa produksi meskipun belum terlalu banyak," kata Ali Ghufron dalam diskusi virtual, Selasa (9/2).
Sementara itu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga tengah mengembangkan vaksin Merah Putih. Khusus Eijkman, kata Ali Ghufron, pengembangan kandidat vaksin Merah Putih baru rampung akhir Maret 2021. "Maret 2021 sit vaksin akan diserahkan ke Bio Farma, paling lambat April. Tapi target Maret untuk kemudian bisa diproses selanjutnya untuk uji pra klinisnya, uji klinis fase 1, 2, 3 dan proses untuk perizinan," ujar dia.
RI-GHA Covid-19
Pemerintah Indonesia akhirnya berhasil membuat alat rapid test buatan dalam negeri dengan nama RI-GHA Covid-19. Rapid test ini siap dijual dengan harga Rp75 ribu per kit. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan, rapid test RI-GHA Covid-19 akan diproduksi sebanyak satu juta unit perbulan pada tahap finalnya.
Dia menjelaskan, produk rapid test ini merupakan kolaborasi dari hasil pengembangan BPPT, UGM Yogyakarta, Unair Surabaya dan PT Hepatika Mataram yang secara resmi diluncurkan pada 20 Mei lalu.
"Dan berdasarkan uji validasinya, kita sudah menguji di hampir 10 ribu pasien atau pun kepada orang-orang yang memerlukan rapid test. Dari situ kita dapatkan sensitivitasnya 98,4 persen untuk IgG dan IgM 74 persen," terangnya.
Sedangkan untuk spesifisitas IgM mencapai 98 persen dan IgG 100 persen. Dan sudah memiliki izin edar oleh Kementerian Kesehatan melalui NIE: Kemenkes RI AKD 20303020697.
"Spesifitasnya artinya untuk non reakrifnya itu yang dari hasil test. Mencapai 98 persen dan IgGnya 100 persen dan sudah ada izin edarnya. Jadi saya bangga dengan alat ini, karena langsung di uji dengan virus yang ada di Indonesia," tutur Hamman.
PCR Kit
Selain rapid test, Hammam juga menyebutkan pihaknya telah menyiapkan alat PCR kit yang merupakan hasil kolaborasi dari BBPT, PT Biofarma dan Nusantics serta divalidasi oleh Balitbangkes dan Eijkman. PCR buatan dalam negeri yang dinamai Biocov-19 akan dilakukan registrasi oleh PT Biofarma sekaligus produksi hingga distribusi.
"Ini sampai hasil, karena tes kit ini di gunakan digunakan pada hasil spesimen jadi ini merupakan kita sebut reagen. Yang kemudian dipakai dengan alat uji PCR dan ada hasilnya," tutupnya.
Untuk harga Biocov-19 dibandrol Rp9,75 Juta oer box dengan isi (30 kit/unit) dan jika dibandrol per unit sekitar Rp325 ribu per unit.
(mdk/azz)