Bawa Pesan Perdamaian, Paus Fransiskus Pilih Indonesia sebagai Contoh Miniatur Keberagaman
Romo Ulun menjelaskan, meski kunjungan ini sempat tertunda akibat pandemi COVID-19 pada 2020 lalu
Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, Rm. Thomas Ulun Ismoyo, Pr. mengatakan, Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan nilai-nilai universal lintas agama, ras, dan bangsa. Oleh karena itu, kehadirannya di Indonesia, sebuah negara yang dikenal dengan keragaman budaya dan agama, menjadi momen yang sangat penting dalam membawa pesan perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan.
“Pesannya menyapa umat, menguatkan, dan menyampaikan pesan perdamaian di manapun berada,” ujar Romo Ulun dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema ‘Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama’, Senin (26/8).
Dia menjelaskan, meski kunjungan ini sempat tertunda akibat pandemi COVID-19 pada 2020 lalu, namun Paus Fransiskus tetap memilih Indonesia sebagai salah satu dari empat negara lainnya yang dikunjungi pada bulan September setelah melalui berbagai proses diplomasi yang panjang.
“Indonesia tetap dipilih dengan alasan sebagai miniatur keberagaman yang senantiasa tumbuh terlepas dari letupan-letupan kecil yang terjadi,” ujarnya.
Kunjungan Paus Fransiskus ini dijadwalkan akan berlangsung pada 3-6 September 2024. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta pada 3 September sore, Paus Fransiskus akan beristirahat lebih dulu sebelum esoknya melakoni sejumlah agenda di Jakarta.
Pada 4 September pagi, Paus Fransiskus diagendakan akan bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, dilanjutkan dengan pertemuan pribadi dengan para imam Serikat Yesus di Gereja Katedral Jakarta dan menemui kelompok pemuda para religius di belakang Katedral.
Salah satu agenda penting lainnya dalam lawatan ini, yakni pertemuan Paus Fransiskus dengan para pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal. Pertemuan ini memiliki peran penting karena menjadi simbol persatuan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Romo Ulun menambahkan, dari Istiqlal, Paus Fransiskus akan melanjutkan agendanya, yakni memimpin Misa Kudus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan Stadion Madya, Senayan, yang diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 86.000 umat Katolik.
“Misa ini akan menjadi momen yang sangat istimewa, di mana Paus akan menyapa dan menguatkan serta menyampaikan kasih Allah kepada seluruh umat yang hadir,” ucapnya.
Ia menyadari, lokasi tersebut tak dapat menampung seluruh umat Katolik di Indonesia. Karenanya, panitia kunjungan telah menyiapkan berbagai fasilitas agar umat Katolik yang tak dapat hadir langsung tetap bisa mengikuti Misa Kudus secara virtual.
“Kita akan menyediakan kanal online. Di Jakarta, gereja-gereja yang sama akan mengadakan Misa online. Dan itu juga dilakukan di gereja-gereja di seluruh Indonesia. Jangan kecewa bagi yang tidak dapat hadir,” tegasnya.
Ulun menambahkan, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia juga akan menjadi ajang untuk menegaskan kembali pentingnya hidup dalam harmoni dan persatuan di tengah keragaman.
Penekanan pada keberagaman dan persaudaraan lintas agama juga menjadi salah satu sorotan dalam kunjungan ini. Contoh nyata dari semangat keberagaman ini adalah Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta.
“Di negara lain membangun tembok pemisah, di negara kita membangun terowongan yang menghubungkan,” tambahnya.
Dengan tema besar yang diusung, yaitu kemanusiaan, persaudaraan, dan lingkungan alam semesta, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya umat Katolik, tetapi juga semua orang yang mencintai perdamaian dan harmoni.
“Mari kita sambut Paus Fransiskus sebagai pribadi yang memiliki pemikiran istimewa tentang kemanusiaan. Pemikiran Paus mengenai kemanusiaan dapat terus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peristiwa ini bukan hanya menjadi selebrasi menyambut satu orang, tetapi selebrasi menyambut kisah Tuhan yang harus kita wartakan,” tutupnya.