Bank Indonesia Catat Uang Beredar per November Tumbuh 7,1 Persen
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), posisi uang beredar pada November 2019 tercatat Rp6.072,7 triliun atau tumbuh 7,1 persen (yoy). Peningkatan M2 pada November 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih hingga ekspansi operasi keuangan pemerintah.
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat meningkat pada November 2019. Peningkatan terjadi dari periode yang sama pada tahun lalu atau year on year (yoy) maupun dari bulan sebelumnya.
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), posisi uang beredar pada November 2019 tercatat Rp6.072,7 triliun atau tumbuh 7,1 persen (yoy).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Apa saja fungsi utama bank pemerintah di Indonesia? Bank pemerintah memiliki sejumlah fungsi penting dalam mengelola keuangan negara dan menyelenggarakan sistem keuangan. Berikut adalah beberapa fungsi utama bank pemerintah: 1. Manajemen Keuangan Publik Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat. 2. Penyediaan Layanan Perbankan untuk Pemerintah Bank pemerintah menyediakan layanan perbankan khusus untuk pemerintah. Ini termasuk penempatan dana pemerintah, pembiayaan proyek-proyek pembangunan, dan pelaksanaan transaksi keuangan pemerintah secara efisien. 3. Pelaksanaan Kebijakan Moneter Bank pemerintah seringkali menjadi pelaksana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengaturan suku bunga, kontrol uang beredar, dan kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan stabilitas ekonomi. 4. Pembiayaan Pembangunan. Salah satu peran kunci bank pemerintah adalah memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek pembangunan nasional. Mereka dapat memberikan pinjaman jangka panjang untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi, dan industri. 5. Dukungan terhadap Sektor-sektor Kunci. Bank pemerintah dapat memberikan dukungan finansial khusus untuk sektor-sektor yang dianggap strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat mencakup sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan. 6. Penyelenggaraan Program Pemerintah. Bank pemerintah dapat menjadi penyelenggara program-program pemerintah, seperti program bantuan sosial atau program kredit bagi sektor-sektor tertentu. 7. Pengelolaan Risiko Keuangan. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga keuangan yang besar, bank pemerintah juga berperan dalam mengelola risiko keuangan. Hal ini mencakup pemantauan dan penilaian risiko, serta penerapan strategi untuk mengurangi dampak risiko keuangan yang mungkin timbul. 8. Mendukung Kestabilan Sistem Keuangan. Bank pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Mereka memiliki peran penting dalam menangani krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial guna mencegah dampak yang lebih besar pada perekonomian.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
"Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,3 persen (yoy)," tulis BI, Selasa (31/12).
Dijelaskan bahwa akselerasi pertumbuhan uang beredar berasal dari peningkatan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1). Uang beredar dalam arti sempit (M1) menunjukkan peningkatan, dari 6,6 persen (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 10,5 persen (yoy) pada November 2019.
Sumber berasal dari peningkatan uang kartal dan giro Rupiah. Sementara itu, komponen uang kuasi dan surat berharga selain saham tumbuh melambat.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada November 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih, ekspansi operasi keuangan pemerintah, serta akselerasi penyaluran kredit.
Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat meningkat, dari 2,0 persen (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 4,6 persen (yoy).
Operasi keuangan pemerintah juga tercatat ekspansi sebesar 2,4 persen (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -10,0 persen (yoy).
"Ekspansi tersebut sejalan dengan peningkatan tagihan sistem moneter kepada Pemerintah Pusat yang diikuti dengan perlambatan kewajiban terhadap Pemerintah Pusat."
Selain itu, penyaluran kredit yang tumbuh meningkat, sebesar 7,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,6 persen (yoy), turut mendorong peningkatan uang beredar.
LPS Beberkan Alasan Uang Beredar di Indonesia Terus Melambat
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Juni 2019. Posisi M2 pada Juni 2019 tercatat Rp5.911,2 triliun atau tumbuh 6,8 persen secara year or year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,8 persen (yoy).
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), Halim Alamsyah mengungkapkan lambatnya pertumbuhan uang beredar sudah terjadi sejak tiga atau empat tahun terakhir. Hal utama yang menyebabkannya adalah faktor pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.
"Secara relatif pertumbuhan ekonomi kita yang tetap sekitar lima persen, karena pertumbuhan ekonomi peran besarnya adalah sektor konsumsi sekitar 60 persen-70 persen," kata dia, di kantornya, Rabu (31/7).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh lima persen, sehingga membuat penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun. Alhasil, uang beredar juga tidak mampu tumbuh secara signifikan.
"Kalau sekarang lima persen maka konsumsi ini lama-lama akan memakan tabungan, sehingga menyebabkan DPK yang merupakan tabungan di masyarakat kita tidak cukup tumbuh dengan cepat," ujarnya.
Selain itu, kian maraknya penggunaan uang elektronik dan dompet digital semakin membuat uang beredar tumbuh melambat. "Uang kertas sebetulnya tidak banyak berubah relatif stabil jarang ada penurunan karena orang tidak banyak gunakan transaksi. Uang elektronik menurunkan uang kertas dan akan juga menurunkan uang beredar," ujarnya.
Sementara itu, Halim menyebut pada kuartal dua 2019 peredaran uang giral yang dimiliki perusahaan besar cenderung mengalami peningkatan. Diharapkan melalui peredaran uang giral ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya.
"Kuartal dua 2019 uang giral yang dimiliki perusahaan besar seperti di Industri Keuangan Non Bank (IKNB), BUMN atau swasta cenderung naik. Kita melihat beberapa bulan sebelumnya, uang giral perusahaan besar ini menurun tapi setelah lebaran naik lagi," tutupnya.
(mdk/bim)