Banyak Modus Penipuan Buat Masyarakat Tak Percaya dengan Bisnis Asuransi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Aspek penipuan menjadi salah satu yang jadi perhatian.
Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia atau IndonesiaRe, Benny Waworuntu mengungkap beragam modus penipuan atau fraud di sektor industri asuransi. Hal ini kemudian dinilai menjadi tantangan penetrasi asuransi di masyarakat.
Benny mengatakan, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Aspek penipuan menjadi salah satu yang jadi perhatian.
"Hal menyedihkan lainnya adalah penipuan asuransi masih menjadi masalah yang tersebar luas di Indonesia, yang merugikan bisnis, asuransi, dan pelanggan hingga miliaran rupiah setiap tahunnya," tegas Benny dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Rabu (24/7).
Dia mengatakan, penipuan itu terjadi mulai dari proses asuransi, pembelian polis, hingga pembayaran klaim kepada nasabah. Di sisi lain, ditemukan modus penipuan di sektor medis hingga asuransi jiwa.
"Asuransi kesehatan, khususnya penipuan medis, merupakan salah satu penipuan yang paling memberatkan secara finansial, diikuti oleh asuransi jiwa dan penipuan properti dan korban jiwa," ucap dia.
"Dampak penipuan asuransi tidak hanya berdampak pada bisnis dan asuransi saja. Hal ini juga dapat mengakibatkan premi yang lebih tinggi bagi nasabah," sambung Benny.
Dia mengatakan, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat ini membuat pasar asuransi terbilang sempit. Padahal, ada 75 perusahaan asuransi umum dan 55 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia.
"Sekarang kita mempunyai sekitar 8 sampai 9 perusahaan reasuransi yang bersaing memperebutkan perusahaan-perusahaan asuransi yang bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar yang kecil. Hal ini menimbulkan persaingan tidak sehat antar perusahaan reasuransi, terutama dalam hal penetapan harga," bebernya.
Benny berharap adanya dukungan dalam mengenjot pemanfaatan reasuransi dalam industri penjaminan tersebut. Menyusul, harapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar reasuransi mengambil peran.
"Ya, itu kita memang kita dukung ya, dan memang itu yang kita harapkan. Artinya reasuransi ini itu kenapa kita lakukan juga acara pada hari ini. Kita perlu didukung. Karena reasuransi ini kan backbone daripada industri, tulang punggung," jelasnya.
Dia menjelaskan, orientasi bisnis reasuransi bukan sebatas mencari keuntungan. Lebih dari itu, tujuannya untuk memperkuat ekonomi nasio al.
"Cari profit pasti. Tapi bukan dulu itu kan. Bagaimana kita bisa memuatkan ekonomi Indonesia. Makanya perlu dukungan termasuk dari regulator, OJK, pemerintah, serta pemain semua," pungkasnya.