Begini Asal Mula Ditemukannya Protein dari Susu Ikan
Program ini bertujuan membangun generasi Indonesia yang tangguh, kuat, dan cerdas dengan memastikan pemenuhan asupan protein.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistyo membeberkan langkah strategis pemerintah untuk memerangi stunting dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program ini bertujuan membangun generasi Indonesia yang tangguh, kuat, dan cerdas dengan memastikan pemenuhan asupan protein.
- Kekurangan Protein pada Anak Bisa Timbulkan Masalah Gangguan Perkembangan
- Heboh Susu Ikan Dianggap Kurang Bergizi, Produsen Beri Penjelasan
- Tak Hanya Susu dan Ikan, Pemerintah Cari Sumber Protein Lain untuk Program Makan Bergizi Gratis
- 8 Makanan Tinggi Protein untuk Buka Puasa, Bantu Kembalikan Energi
"Nah nilai strategis dari program ini adalah bagaimana pemerintah hadir memastikan pemenuhan gizi dan asupan protein masyarakat, untuk memerangi stunting, kemudian kita akan membangun generasi yang tangguh, kuat dan cerdas ke depan," kata Budi dalam konferensi pers, Selasa (17/9).
Dia menerangkan, salah satu inovasi penting dalam program ini adalah pengenalan susu ikan, sebuah hasil dari fortifikasi protein ikan. Budi menerangkan susu ikan merupakan hasil penelitian yang dimulai pada tahun 2017, ketika para peneliti berhasil mengembangkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) ekstrak protein ikan.
Penelitian ini berlanjut hingga tahun 2021, dan susu ikan berhasil diperkenalkan kepada publik pada tahun 2023 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
"Pada tahun 2017, teman-teman para peneliti itu telah berhasil menemukan HPI, yang menjadi ekstrak protein ikan, dan kemudian penelitiannya dilanjutkan, di tahun 2021 sudah berhasil mensajikan dari HPI ini menjadi susu ikan. Dan di tahun 2023 susu ikan ini sudah dikenalkan oleh MenKP bersama MenkopUKM," ungkapnya.
Menurutnya, susu ikan bertujuan untuk meningkatkan asupan protein masyarakat dan memberikan alternatif bagi konsumsi ikan segar. Produk ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja melalui pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan hilirisasi hasil perikanan.
"Jadi kami memandang sangat positif bahwa program MBG merupakan revolusi tata kelola kesejahteraan masyarakat di mana generasi indonesia itu disiapkan asupan-asupan gizi proteinnya, sehingga ke depan menjadi satu generasi yang naik kelas," papar Budi.
Diintegrasikan dalam Produk Tepung dan Sagu
Dengan mengintegrasikan protein ikan ke dalam produk seperti tepung dan sagu, pemerintah berharap dapat mempercepat peningkatan gizi masyarakat.
Selain susu ikan, masyarakat juga dapat memilih berbagai produk olahan ikan seperti sosis, bakso, dan makanan berbasis ikan lainnya. Pemerintah menetapkan standar agar makanan olahan ikan mengandung setidaknya 30 persen ikan.
"Ketika susu ikan dikenalkan, protein ikan dikenalkan, ini adalah salah satu pilihan, kita memberikan pilihan kepada masyarakat, bisa mengonsumsi langsung ikan yang segar untuk diolah sebagai makanan, atau mengonsumsi hasil olahan seperti sosis, bakso ikan, ataupun makanan lainnya yang berbasis ikan. Kami menstandarkan makanan olahan ikan 30 persen- nya mengandung ikan," jelasnya.
Lebih lanjut, fortifikasi protein ikan melalui susu ikan dan produk olahan lainnya merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyediakan pilihan gizi yang lebih baik dan mendorong pengembangan ekonomi nasional.
"Ini adalah salah satu upaya kita semua bahwa berbagai macam cara, berbagai macam metode, hingga hilirisasi untuk meningkatkan asupan protein masyarakat," pungkasnya.