Kekurangan Protein pada Anak Bisa Timbulkan Masalah Gangguan Perkembangan
Kurangnya asupan protein pada anak bisa menjadi penyebab munculnya masalah gangguan tumbuh kembang.
Kekurangan protein pada anak merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Dr. Luciana B. Sutanto, seorang dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa kekurangan protein bisa berdampak buruk pada kesehatan anak, termasuk menghambat tumbuh kembang dan menyebabkan gangguan serius seperti stunting.
"Dampak kekurangan protein yaitu gangguan kesehatan, hambatan tumbuh kembang hingga stunting," ungkap Luciana dilansir dari Antara. Stunting, sebuah kondisi di mana anak-anak memiliki tinggi badan yang jauh lebih rendah dibandingkan usia mereka, sering kali dikaitkan dengan kekurangan nutrisi esensial, terutama protein.
-
Mengapa penting memenuhi kebutuhan protein anak? Pemenuhan kebutuhan nutrisi, terutama protein hewani, pada anak menjadi aspek krusial dalam memastikan pertumbuhan yang optimal dan mencegah stunting, kondisi serius akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi yang kurang.
-
Mengapa penting untuk memberikan anak asupan protein berkualitas? Protein adalah komponen penting dalam pembentukan dan pertumbuhan otot serta jaringan tubuh lainnya. Berikan anak makanan yang kaya protein seperti daging tanpa lemak, telur, ikan, dan kacang-kacangan.
-
Kenapa anak susah makan bisa berpengaruh buruk untuk pertumbuhannya? Apalagi jika diiringi dengan berat badan si kecil yang tidak bertambah akibat susah makan. Bila tetap dibiarkan, si kecil bisa kekurangan nutrisi, mengalami hambatan pertumbuhan hingga gangguan psikologis.
-
Kenapa nutrisi penting untuk perkembangan anak? Nutrisi yang tepat juga diperlukan untuk mendukung sistem kekebalan tubuh mereka, yang membantu melindungi mereka dari penyakit dan infeksi.
-
Kenapa anak yang kekurangan nutrisi bisa berdampak buruk pada otak? Kekurangan nutrisi dapat memengaruhi ukuran otak. Terdapat beragam cara untuk meningkatkan kecerdasan anak. Selain kegiatan stimulasi, nutrisi yang tepat memainkan peran penting.
-
Apa dampak malnutrisi pada anak? Malnutrisi, khususnya stunting, berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi optimal.
Dampak Serius Kekurangan Protein
Protein merupakan salah satu komponen penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain memengaruhi perkembangan fisik, kekurangan protein juga dapat berdampak pada perkembangan otak.
"Selain bisa menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, kekurangan protein bisa mengganggu imunitas anak, membuat anak menjadi lebih rentan sakit," tambah Luciana.
Anak-anak yang tidak mendapatkan asupan protein yang cukup sering kali lebih mudah terkena penyakit karena sistem imunitas mereka tidak bekerja dengan optimal. Protein membantu dalam pembentukan sel-sel baru dan pemulihan jaringan yang rusak, serta berperan penting dalam fungsi sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, kekurangan protein tidak hanya menghambat tumbuh kembang anak, tetapi juga meningkatkan risiko mereka untuk terserang infeksi atau penyakit.
Asupan Protein yang Tepat untuk Anak
Untuk mengatasi masalah ini, Luciana mengingatkan pentingnya memberikan asupan protein sesuai kebutuhan anak, baik dari sumber protein hewani maupun nabati. Pada usia batita, sekitar 10 persen dari isi piring harus terdiri dari protein nabati, sedangkan pada balita, sekitar 35 persen dari asupan harus berupa protein, yang terdiri dari kombinasi protein hewani dan nabati.
Luciana juga menegaskan pentingnya keseimbangan antara protein hewani dan nabati dalam pola makan anak. Protein hewani, seperti daging, ikan, dan telur, umumnya memiliki kualitas protein yang lebih baik karena mengandung asam amino esensial lengkap. Sementara itu, protein nabati, yang bisa diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran tertentu, juga penting untuk memberikan serat dan nutrisi lainnya.
Program Pemerintah dan Tantangan Konsumsi Protein
Salah satu solusi yang diharapkan untuk mengatasi kekurangan protein pada anak adalah melalui program makan siang gratis yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Luciana mengemukakan bahwa program ini harus memperhatikan kebutuhan gizi anak, terutama dalam hal pemenuhan asupan protein.
Namun, konsumsi protein penduduk Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada Maret 2023, rata-rata konsumsi protein hewani dan nabati penduduk Indonesia adalah 62,3 gram per kapita per hari. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan Kamboja (63,3 gram), Thailand (66,5 gram), Filipina (73,1 gram), Myanmar (78,3 gram), Malaysia (89,1 gram), dan Vietnam (94,4 gram).
Rendahnya konsumsi protein ini menyoroti pentingnya intervensi lebih lanjut dari pemerintah, serta kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi protein dalam pola makan sehari-hari. Protein bukan hanya sekadar salah satu komponen nutrisi, tetapi juga fondasi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Gangguan perkembangan yang disebabkan oleh kekurangan protein bisa berdampak jangka panjang pada kualitas hidup anak. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan asupan protein yang cukup sesuai dengan kebutuhan usia mereka. Selain itu, dukungan pemerintah dalam menyediakan program gizi yang tepat sasaran, seperti makan siang gratis di sekolah, dapat membantu memperbaiki masalah konsumsi protein di Indonesia.