Begini Langkah Diambil Indonesia-Taiwan Majukan Industri Medis, Termasuk Digitalisasi Layanan Kesehatan
Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperkuat digitalisasi layanan kesehatan secara keseluruhan.
NTUH juga sedang mengembangkan aplikasi yang mirip dengan Chat GPT, namun khusus digunakan untuk keperluan medis.
Begini Langkah Diambil Indonesia-Taiwan Majukan Industri Medis, Termasuk Digitalisasi Layanan Kesehatan
Begini Langkah Diambil Indonesia-Taiwan Majukan Industri Medis, Termasuk Digitalisasi Layanan Kesehatan
- Digitalisasi Bisa Dorong Indonesia Jadi Negara Maju, Begini Caranya
- Kini Ada Aplikasi End-to-End Operaional Rumah Sakit, Bisa Cek Keaslian Dokumen Hingga Pelaporan dan Penagihan
- Cegah Penyajian Laporan Keuangan Palsu, Kemendagri Wajibkan Pemda Belanja Gunakan KKPD
- Luhut Dapat Mandat dari Jokowi, Percepat Digitalisasi Kementerian Lembaga
Indonesia dan Taiwan bersepekat untuk saling memajukan industri medis. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperkuat digitalisasi layanan kesehatan secara keseluruhan.
Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dua rumah sakit dari Taiwan, National Taiwan University Hospital (NTUH) dan Far Eastern Memorial Hospital (FEMH) menggelar '2024 Taiwan Indonesia Smart Healthcare Conference' yang berlokasi di Hotel JW Marriott, Jakarta.
Acara ini secara khusus mendiskusikan perkembangan aplikasi Rekam Medis Elektronik (EMR) nasional yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2023 dan rencana integrasinya dengan platform Satu Sehat, yang diharapkan dapat menghemat waktu dalam pengelolaan data medis.
Deputy Director of the Center of Intelligent Healthcare, NTUH, Dr. Lu-Cheng Kuo mengungkapkan bahwa sejak pendirian Pusat Perawatan Kesehatan Cerdas di NTUH, berbagai perkembangan signifikan telah dicapai.
Salah satu pendekatan utama adalah penelitian dan pengembangan alat baru yang kemudian diintegrasikan ke dalam aplikasi yang digunakan oleh rumah sakit.
"Idenya adalah dokter rumah sakit mengajukan kebutuhan alat atau aplikasi kepada pusat ini, lalu tim kami mengembangkanaplikasi yang dibutuhkan", jelasnya. Setelah alat tersebut diuji dan terbukti efektif, aplikasi tersebut diinstal ke dalam sistem NTUH untuk digunakan di seluruh rumah sakit.
Tidak hanya itu, NTUH juga sedang mengembangkan aplikasi yang mirip dengan Chat GPT, namun khusus digunakan untuk keperluan medis.
"Produk ini dirancang untuk membantu dokterdalam membuat diagnosis yang lebih cepat dan praktis," tambahnya.
Salah satu alat yang mendapat feedback positif adalah perangkat pemindaian retina untuk analisis diabetes.
"AI ini membantu dokter penyakit dalam yang kurang berpengalaman untuk denganmudah melihat koneksi antara gambar retina dan diabetes," ungkap Dr. Lu-Cheng Kuo.
Sementara itu, Prof. Chih-Hung Chang (Vice President of FEMH) mengatakan bahwa dengan kemajuan teknologi, Taiwan dan Indonesia terus berinovasi dalam bedah tulang belakang minimal invasif.
Teknik bedah tulang belakang minimal invasif yang digunakan Taiwan saat ini melibatkan infus saline dan sistem endoskopi melalui dua insisi kecil, memungkinkan identifikasi lesiyang lebih akurat, meningkatkan keamanan prosedur operasi, dan mengurangi risiko bagi pasien,
Dia juga menjelaskan bahwa FEMH memiliki empat fokus utama untuk memajukan pelayanan kesehatan melalui teknologi. Pertama adalah penggunaan AI untuk membantu membuat diagnosis presisi.
Kedua, pengobatan presisi yang melibatkan teknik-teknik baru untuk pengobatan kanker seperti bioship. Ketiga, navigasi yang ditingkatkan untuk kualitas operasi yang lebih baik. Dan keempat, regenerative medicine dengan teknik-teknik baru seperti stem cell, yang memungkinkan penyembuhantanpa operasi.
Untuk memastikan keselamatan dan kepuasan pasien, FEMH mengintegrasikan teknologi untuk mengurangi kesalahan manusia dan meningkatkan efektivitas serta kualitas layanan.
"Dengan bantuan teknologi, kesalahan data dapat diminimalisir denganadanya integrasi sistem yang baik," jelas Prof. Chang.