Bentuk Tim Khusus, Mendag Cari WNA Jadi Bandar Pemasok Produk Impor Ilegal ke Mangga Dua dan Tanah Abang
Menurut Mendag Zulkifli, tim tersebut bekerja sama dengan lembaga terpercaya, yang melakukan penyelidikan secara diam-diam.
Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan membentuk tim khusus untuk mencari bandar dari warga negara asing (WNA) yang memasok barang impor ilegal di pusat-pusat grosir besar seperti Tanah Abang dan Mangga Dua, Jakarta.
Menurut Mendag Zulkifli, tim tersebut bekerja sama dengan lembaga terpercaya, yang melakukan penyelidikan secara diam-diam.
"Kami bekerja dengan lembaga yang bisa dipercaya secara diam-diam. Kita survei secara mendalam kemudian juga di pusat-pusat grosir, di berbagai tempat kita akan survei, kita riset bagaimana warga negara asing bisa menjadi bandar di tempat-tempat mal besar itu," kata Zulkifli di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (6/8).
Zulkifli mengatakan, berdasarkan temuan Satuan Tugas (satgas) Pengawasan Terhadap Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga Impor dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Kawasan Pantai Indah Kapuk, pada Juli lalu, importir barang ilegal merupakan WNA.
WNA tersebut mengambil barang dari luar negeri dan dijual melalui perdagangan digital serta dipasok ke distributor besar di pusat-pusat perbelanjaan.
Menurut Zulkifli, hal ini membuat peredaran barang impor ilegal semakin marak dan mengalahkan produk-produk dalam negeri.
"Saya kira banyak sekali warga negara luar yang beroperasi, berusaha atau berdagang di distributor-distributor besar di mal-mal besar, di pusat-pusat grosir besar seperti Tanah Abang atau Mangga Dua," ujar Zulkifli.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga sedang melakukan riset terkait peredaran barang impor di Indonesia. Hal ini terkait dengan cara masuk barang, pendistribusian hingga penjualan.
"Kalau dari Bareskrim orang akan langsung tahu, tapi yang kita riset pelan-pelan sehingga secara ilmiah tergambar dengan baik. Kita riset berapa banyak yang tidak memenuhi ketentuan dan ini kita akan mendapat gambaran yang lebih jelas," katanya.
Temuan Mendag: Tanah Abang dan Mangga Dua Banyak Produk Impor Ilegal, Penjualnya Warga Asing
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebut bahwa saat ini marak praktik impor ilegal dan penjualan barang oleh warga asing.
Mendag menyebut fenomena ini semakin mencolok, terutama di pusat-pusat perdagangan besar seperti Kapuk, Tanah Abang, dan Mangga Dua di Jakarta.
"Itu yang menarik waktu di Kapuk itu barangnya dari negara tertentu, yang mengimpor juga orang asing dan yang jual di sini juga orang asing. Jadi impor orang asing, yang jualan juga orang asing, jadi ini yang kami lihat mulai marak ya," kata Zulhas dalam acara Konferensi Pers dan Pemusnahan Pakaian Bekas (Balpres), Cikarang, Jawa Barat, Selasa (6/8).
Zulhas menyoroti masalah ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di berbagai provinsi lainnya, di mana banyak warehouse yang menyimpan barang-barang impor tanpa dokumen sah dan dijual secara online.
"Banyak warehouse juga yang menampung barang-barang impor itu yang tidak dilengkapi dokumen yang sah dan juga dilakukan penjualan secara online," jelas dia.
Zulhas bilang banyak industri lokal, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, keramik, kosmetik, dan elektronik, terancam gulung tikar akibat persaingan tidak sehat yang ditimbulkan oleh barang-barang ilegal tersebut.
"Oleh karena itu kita meminta seluruh pihak untuk bekerja sama agar ini bisa kita tertibkan, sehingga sekali lagi keluhan yang betubi-tubi datang kepada kami, Kementerian Perindustrian banyak industri tekstil pakaian jadi, alas kaki, keramik, kosmetik, elektronik itu terancam gulung tikar karena yang kami temukan di lapangan ini nampaknya sudah mulai melanggar tapi kok jadi gejala umum," tegasnya.
Oleh sebab itu, Zulhas menekankan pentingnya upaya kolektif untuk mengatasi masalah ini, agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dapat tercapai.
Menurutnya, jika pemerintah terus gencar membereskan industri ini, perekonomian Indonesia akan tumbuh pesat, khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"Nah ini memag harus menjadi perhatian kita serius agar industri kita tidak, keinginan kita apalagi nnti pemerintahan baru ya ingin tumbuh 8 persen. Kalau ini kita tidak bereskan tentu tidak mudah mencapai 8 persen itu," tambah dia.