Bertemu Presiden Korsel, Jokowi Tagih lnvestasi Kendaraan Listrik USD 9,8 Miliar
Jokowi pun turut mengapresiasi dukungan Republik Korea dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai kota pintar atau smart city.
Presiden Jokowi berharap agar semuanya dapat dimulai tahun ini.
Bertemu Presiden Korsel, Jokowi Tagih lnvestasi Kendaraan Listrik USD 9,8 Miliar
Bertemu Presiden Korsel, Jokowi Tagih lnvestasi Kendaraan Listrik USD 9,8 Miliar
Presiden Joko Widodo atau Jokowi optimis kerja sama investasi antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik mengalami peningkatan. Jokowi berharap grand package investasi dari perusahaan Korea senilai USD 9,8 miliar dapat terealisasi tahun ini.
"Bapak Presiden juga menyambut baik komitmen LG dengan mitra-mitranya di Indonesia untuk mempercepat realisasi grand package investasi senilai USD 9,8 miliar dan untuk konstruksi pabrik katoda di Batam," kata Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (8/9).
"Bapak Presiden mengharapkan agar semuanya dapat dimulai tahun ini yang melibatkan BUMN Indonesia dan pengusaha daerah," sambung Retno.
Selain itu, Jokowi juga mendorong peningkatan kerja sama di bidang pertanian dan ekonomi hijau. Jokowi berharap agar produksi pertanian Indonesia dapat memiliki akses yang lebih besar di pasar Korea.
"Bapak Presiden juga mengharapkan peningkatan kapasitas dan teknologi agar produk pertanian dapat memenuhi standar di Korea Selatan," jelas Retno.
Tidak hanya itu, kata dia, Jokowi juga berharap agar kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan di bidang pengembangan infrastruktur transportasi dan kesehatan dapat segera terlaksana.
Jokowi pun turut mengapresiasi dukungan Republik Korea dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai kota pintar atau smart city.
"Bapak Presiden juga mengapresiasi dukungan pemerintah Korea Selatan untuk pembangun IKN sebagai smart city dan mengharapkan dukungan Korea Selatan untuk sektor SDM (sumber daya manusia) dan digitalisasi birokrasi khususnya untuk mempercepat transformasi birokrasi," tutur Retno.
Isu terakhir yang dibahas oleh Jokowi dan Presiden Yoon yaitu mengenai pekerja migran Indonesia (PMI). Jokowi menyampaikan apresiasi atas peningkatan kuota PMI yang dapat bekerja secara profesional di Republik Korea.
"(Presiden) memohon penguatan pelindungan dan juga mengharapkan agar penguatan pelindungan ini sesuai dengan apa yang sudah disepakati di IK-CEPA (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement) dan kita akan dapat mulai melakukan pengiriman pekerja profesional," pungkas Retno.