BI Catat Uang Beredar Pada Mei 2021 Rp 6.994,9 Triliun
Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2021 tetap tumbuh terjaga. Total uang beredar hingga Mei 2021 sebesar Rp 6.994,9 triliun.
Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2021 tetap tumbuh terjaga. Total uang beredar hingga Mei 2021 sebesar Rp 6.994,9 triliun.
"Posisi M2 pada Mei 2021 sebesar Rp6.994,9 triliun atau tumbuh 8,1 persen, (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Erwin Haryono, Jakarta, Selasa (22/6).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
Erwin mengatakan pertumbuhan ini sedikit menurun dari yang sebelumnya tumbuh 11,5 persen pada April 2021 menjadi 8,1 persen pada Mei 2021. Perlambatan terjadi pada mayoritas komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi.
Pertumbuhan M1 pada Mei 2021 sebesar 12,6 persen (yoy). Lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan April 2021 sebesar 17,4 persen (yoy). Pertumbuhan uang kuasi juga melambat, dari sebesar 9,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,8 persen (yoy) pada Mei 2021.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan M2 pada Mei 2021 terutama dipengaruhi oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih. Faktor aktiva luar negeri bersih tumbuh 6,4 persen (yoy), melambat dibandingkan 10,7 persen (yoy) pada April 2021.
Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh 61,4 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 45 persen (yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit[1] tercatat -1,3 persen (yoy), meskipun terus menunjukkan perbaikan dibandingkan pertumbuhan Maret dan April 2021 masing-masing sebesar -3,7 persen (yoy) dan -2,4 persen (yoy).
Baca juga:
Dorong Ekonomi Halal, Pemerintah Fokus Kembangkan Sektor Makanan dan Fesyen
BI Soal Ekonomi Syariah: Kalau Tak Punya Strategi, RI Bisa Jadi Korban Kapitalisasi
Bos BI: Pembangunan Ekosistem Ekonomi Halal Dimulai dari Pemberdayaan Pesantren
Bos BI Sebut Indonesia Harus Mempercepat Sertifikasi Produk Halal
BI Beberkan 4 Hal Penting Pengembangan Rantai Ekosistem Ekonomi Halal
Survei BI: Minggu Ketiga Juni 2021 Masih Deflasi 0,11 Persen