BI kembali naikkan suku bunga acuan 50 bps menjadi 5,25 persen
Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50 persen dan Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00 persen berlaku 29 Juni 2018. Menurut Perry, kebijakan tersebut merupakan langkah lanjutan BI untuk secara preventif dalam rangka menjaga daya saing pasar keuangan domestik.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk kembali menaikkan Bank Indonesia (BI) 7-Days Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50 persen dan Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00 persen berlaku 29 Juni 2018.
"Keputusan ini berlaku efektif hari ini 29 Juni 2018," jelas Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Gedung Bank Indonesia, Jumat (29/6).
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Siapa yang memberikan rekomendasi BUY untuk saham BBRI dengan target harga Rp6.150? Sementara itu, PT Verdhana Sekuritas dalam laporannya juga memproyeksikan harga BBRI mencapai Rp 6,150 dan merekomendasikan BUY. Proyeksi itu didapatkan berdasarkan metodologi DuPont, dengan tingkat bebas risiko sebesar 6,5%, biaya ekuitas sebesar 7,8%, beta 0,8x, dan ROA yang disesuaikan dengan CAR sebesar 18,0%.
-
Apa penghargaan yang diraih oleh BRI? Berkomitmen tinggi pada penerapan keuangan berkelanjutan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil meraih penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) Award 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI).
-
Kapan Bank Garansi QLola by BRI diluncurkan? Kehadirzn layanan Bank Garansi di QLola by BRI kini kian memudahkan para pelaku usaha.
-
Bagaimana UBS Sekuritas Indonesia menentukan target harga saham BBRI? "Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," jelas PT UBS Sekuritas Indonesia.
Menurut Perry, kebijakan tersebut merupakan langkah lanjutan BI untuk secara preventif dalam rangka menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar kuangan global yang masih tinggi.
Kebijakan tersebut tetap ditopang dengan kebijakan intervensi ganda di pasar valas dan surat berharga negara (SBN) serta operasi moneter untuk menjaga likuiditas terutama rupiah dan pasar swap antarbank.
"BI meyakini sejumlah kebijakan yang ditempuh tersebut dapat memperkuat stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.
Dia menuturkan, BI akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian domestik maupun global untuk memperkuat respons bauran kebijakan yang perlu ditempuh.
BI menilai perekonomian global ditandai likuiditas global yang mengetat dan ketidakpastian pasar keuangan teta tinggi. Ini terjadi di tengah kenaikan pertumbuhan ekonomi global 2018 yang diperkirakan terus berlanjut.
Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan tetap mencapai 3,9 persen. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 3,8 persen. Ini didorong berlanjutnua akselerasi ekonomi Amerika Serikat, masih kautnya pertumbuhan ekonomi Eropa serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi China.
Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik meningkatkan volume perdagangan dunia yang kemudian berdampak pada harga komoditas yang tetap kuat.
Namun pada saat yang sama, kondisi likuiditas global mengetat dan ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi dipicu oleh perkiraan kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve yang lebih agresif usai pertemuan bank sentral AS pada Juni 2018 dan volatilitas imbal hasil surat utang AS yang masih tinggi.
Selain itu, nilai tukar rupiah pada Juni 2018 mendapat tekanan terutama sejak pertengahan bulan dipicu penguatan dolar AS yang terjadi salah skala global.
Nilai tukar Rupiah sempat berada dalam tren menguat hingga pertengahan Juni 2018. Bahkan sempat tercatat Rp 13.853 per USD pada 6 Juni 2018 sebagai respons atas kebijakan pre-emptive, front loading dan ahead of the curve Bank Indonesia pada akhir Mei 2018.
Namun, perubahan stance kebijakan the Federal Reserve pada pertemuan bank sentral AS pertengahan Juni 2018 yang lebih agresif, respons kebijakan bank sentral lain yang berubah terutama bank sentral Eropa dan China.
Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang kembali meningkat memicu pelemahan hampir seluruh mata uang dunia tidak terkecuali Rupiah.
Pada 28 Juni 2018, Rupiah tercatat Rp 14.390 per USD, melemah 3,44 persen dibandingkan akhir Mei 2018. Sementara dibandingkan akhir Desember 2017, Rupiah melemah 5,72 persen year to date (ytd) lebih rendah dibandingkan pelemahan mata uang negara berkembang lainnya yaitu Filipina, India, Afrika Selatan, Brazil dan Turki.
"Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya pengembangan pasar keuangan," kata Perry.
BI telah menaikkan suku bunga dua kali pada Mei 2018. BI masih memberi sinyal untuk kembali menaikkan suku bunga ke depan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kenaikan suku bunga ini tentu saja akan memengaruhi banyak hal, salah satunya adalah investasi di sektor riil.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan pelemahan Rupiah disebabkan oleh tekanan global setelah ancaman perang dagang AS-China terus berlanjut. Selain itu, rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed juga turut menghempas nilai tukar Rupiah.
"Rupiah melemah karena besarnya tekanan global setelah perang dagang AS China berlanjut, ekspektasi kenaikan Fed rate 4 kali tahun ini dan kenaikan harga minyak karena Trump serukan boikot impor minyak dari Iran. USD index langsung loncat ke 95. Artinya dolar AS menguat terhadap mata uang dominan lainnya," ujar Bhima di Jakarta, Kamis (28/6).
Kondisi ini pun diperparah oleh data-data ekonomi dalam negeri yang tidak menunjukkan perbaikan dari bulan-bulan sebelumnya. Salah satunya defisit neraca perdagangan pada Mei 2018 sebesar USD 1,52 miliar.
"Sayangnya dari dalam negeri data-data ekonomi dibawah ekspektasi. Misalnya neraca perdagangan Mei kembali defisit di USD 1,52 miliar, defisit transaksi berjalan melebar dan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 beberapa lembaga dikoreksi turun sulit tembus 5,4 persen," jelasnya.
Hal ini kemudian membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham dan pasar surat utang. Untuk itu, dia merekomendasikan kenaikan kembali suku acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin untuk menahan dana keluar.
"Itu yang membuat pelaku pasar melakukan net sales atau aksi jual di bursa saham dan pasar surat utang. Jadi efek kenaikan bunga acuan besok pun sangat kecil dampaknya dan lebih temporer kecuali ada surprise naiknya 50 bps mungkin dana asing akan tertahan," jelas Bhima.
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Sumber: Liputan6
Baca juga:
Bank Indonesia beri sinyal kembali naikkan suku bunga acuan akhir Juni
Antisipasi kebijakan The Fed, Kadin proyeksi suku bunga acuan BI lewati 5 persen
Dampak kenaikan suku bunga acuan BI baru terasa dalam 1 tahun
LPS prediksi BI kembali naikkan suku bunga acuan menyesuaikan kebijakan The Fed
Bos LPS sebut bunga kredit yang pertama menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan BI
Ekonom prediksi Bank Indonesia kembali naikkan suku bunga acuan 25 basis poin
Bos OJK beberkan tips agar perbankan kuat di tengah guncangan kondisi global