BI perlu antisipasi perkembangan fintech
Sedangkan di Indonesia, BI harus bisa mengantisipasi perkembangan fintech.
Pimpinan Fintech Office Bank Indonesia (BI) Yosamartha mengatakan, ke depan fungsi bank secara universal bakal diagregrasi oleh fintech. Dengan begitu, pembayaran, simpan dan pinjam dan lainnya akan diganti dengan fintech.
"Dan hal itu sudah terjadi saat ini. Ada fintech yang fokus sebagai agregator dan lainnya. Nah, bisa saja dalam lima sampai 10tahun ke depan, seluruh fungsi fintech bisa melebur menjadi satu dan fungsi bank universal bisa menjadi fintech universal," katanya.
Dia menambahkan, di Jerman setiap fintech harus tunduk pada aturan mereka, maka di Inggris bisa diakomodir. Sedangkan di Indonesia, BI harus bisa mengantisipasi perkembangan fintech.
"Kita bisa diskusi dengan pebisnis fintech karena layanan kami one stop.service. Lalu asssestment, kami mencoba menciptakan model bisnis fintech. serta koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder, mengingat fintech itu masih multiotoritas. Kami juga ada regulator sandbox. Saat ini sekitar 99% model bisnis fintech sudah kita okein kecuali startup makanya kami membuka diskusi," terangnya.
Sedangkan Geert Warlop, Deputy Director TrueMoney International menyebut, pihaknya tertarik berbisnis di Indonesia karena potensinya yang besar. Masih ada sekitar 64% penduduk yang belum bankable dengan jumlah penduduk yang besar.
TrueMoney sendiri sudah ada di Indonesia sejak tahun lalu dengan mengandalkan 400 karyawan. Yang menarik, TrueMoney memanfaatkan jasa agen untuk mengembangkan layanan. Saat ini TrueMoney memiliki sekitar 16.000 agen.
"Kami masih mengandalkan agen, karena kami ingim menjangkau orang yang belum bankable," jelasnya.
Untuk mengembangkan bisnis ini TrueMoney juga membuka kesempatan kerjasama dengan pihak lain di fintech, seperti yang sudah dilakukan dengan Coca Cola. Kerjasama ini juga bisa sampai di seluruh jaringan TrueMoney. Saat ini TrueMoney sudah ada di enam negara Asia Tenggara.