Bos GMF sudah daftar ke OJK untuk melantai di bursa saham
"Kami sudah daftar ke OJK tanggal 31 kemarin, nanti OJK kasih izin atau tidak untuk go public dan pasti nantinya memberi catatan apa saja yang belum lengkap atau harus dipenuhi."
Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF), Iwan Juniarto telah mendaftarkan perusahaan yang dia pimpin ke Otoritas Jasa Keuangan terkait rencana penawaran saham perdana kepada publik (IPO) pada September 2017.
"Kami sudah daftar ke OJK tanggal 31 kemarin, nanti OJK kasih izin atau tidak untuk go public dan pasti nantinya memberi catatan apa saja yang belum lengkap atau harus dipenuhi," kata Iwan seperti dikutip Antara di Jakarta, Selasa (1/8).
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Siapa saja yang memegang saham PT Berau Coal Energy Tbk? Saat ini, PT Berau Coal Energy Tbk menguasai 90 persen saham perusahaan dan 10 persen dimiliki oleh Sojitz Coorporation.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
Sejauh ini, Iwan mengaku sudah menyiapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan tidak menemukan kendala. Salah satu persiapannya yaitu dari sisi sumber daya manusia (SDM), sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat (MRO) terbesar di dunia. "Dalam IPO nanti GMF dapat dana dari publik, karena itu bagaimana ekspansi ke depan apabila tidak ditopang oleh SDM," katanya.
Salah satu fokus perusahaan yaitu pada SDM atau 'human centric' dengan melakukan komunikasi dan peningkatan kualitas tiap tahunnya. Iwan kembali menegaskan bahwa GMF melantai di bursa saham untuk menyokong ekspansi bisnis yang lebih besar, di antaranya pembukaan cabang di Batam, Timur Tengah, Korea Selatan dan Australia.
Untuk pengembangan empat cabang tersebut, perusahaan butuh dana investasi sekitar USD 200 juta. Rencana tersebut merupakan dalam jangka waktu hingga 2021 dan akan dimulai pada 2018 di Batam untuk meraih target pendapatan USD 1 miliar.
Selain itu, GMF juga menargetkan bisa merangkul sejumlah perusahaan di bidang baik penerbangan maupun di luar penerbangan dalam usaha patungan (joint venture) minimal 10 usaha patungan. "Ini untuk pengembangan kapabilitas kita, 'joint venture' dengan misalnya OEM (perusahaan suku cadang) karena selama ini banyak pasar domestik yang terserap di luar negeri," katanya.
Iwan menjelaskan, potensi pasar domestik juga masih sangat besar, yaitu sebanyak 49 persen baru dimanfaatkan oleh perusahaan MRO dalam negeri, 32 persennya oleh GMF sisanya oleh Batam Aero Technic, anak perusahaan Lion Air Group. "Artinya, masih ada 51 persen lagi yang belum dimanfaatkan dan itu sangat besar," katanya.
Untuk tahun ini saja, Iwan menargetkan dapat meraup pendapatan USD 424 juta atau meningkat dari tahun lalu USD 176 juta. "Target kita ingin menjadi Top 10 MRO di dunia," katanya.
Baca juga:
Mantan pejabat Garuda Indonesia diangkat jadi bos baru GMF AeroAsia
GMF Power Service kejar pendapatan USD 6,7 juta
Potensi pasar gede, Garuda ambil alih perawatan KRL
GMF resmi jadi pusat perawatan pesawat R80 rancangan BJ Habibie
KAI serahkan perawatan KRL pada Garuda