BPH Migas: Jika Tak Dibatasi, Solar Subsidi Habis di Oktober 2022
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan, dengan tingkat realisasi tersebut, penyaluran sudah lebih di atas perencanaan. Sehingga, diperlukan pembatasan konsumsi ke depannya.
Badan Pengendalian Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat bahwa penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi jenis Solar dan Pertalite telah lebih dari 50 persen dari kuota keseluruhan sepanjang tahun.
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan, dengan tingkat realisasi tersebut, penyaluran sudah lebih di atas perencanaan. Sehingga, diperlukan pembatasan konsumsi ke depannya.
-
Kapan Pertamina Patra Niaga menjalankan program Subsidi Tepat untuk JBT Solar? Subsidi Tepat JBT Solar sudah diuji coba sejak tahun 2022 dan berjalan secara nasional di 514 Kota dan Kabupaten untuk penggunaan QR Code pada Bulan Juli 2023 lalu. Sepanjang tahun 2023, hampir 14 juta KL transaksi Solar sudah tercatat secara digital.
-
Siapa yang akan menentukan kriteria pengguna BBM Pertalite dan Solar Subsidi? Rencananya, kriteria pengguna BBM Pertalite dan Solar Subsidi akan ditentukan berdasarkan Cubicle Centimeter (CC).
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
-
Di mana Pertamina menyalurkan Pertalite? Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah.
-
Apa yang sedang dilakukan Pertamina untuk menghemat anggaran di BBM dan LPG Subsidi? Bekerjasama dengan lintas instansi, upaya tersebut berhasil membantu Pertamina dapat melakukan penghematan sebesar 1,3 Juta kilo liter (KL) untuk Solar Subsidi dan 1,7 Juta KL untuk Pertalite.
"Hingga 2022 ini, bulan Juni, kalau kita lihat konsumsi solar sudah di atas 50 persen sampai 20 Juni, konsumsi rata-rata harian dan bulanan ini sudah over di atas antara 100 persen ke atas," katanya dalam Webinar Sukse2s, Rabu (29/6).
Menurut data yang ditampilkannya, besaran realisasi Solar mencapai 51,24 persen dari total kuota yang ditetapkan pemerintah sebesar 15,1 juta kilo liter (KL).
"Ini tentu jika tidak kita lakukan pengendalian maka kita akan menghadapi subsidi kita habis antara Oktober atau November," katanya.
Hal yang sama juga terjadi untuk bahan bakar kategori Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yakni Pertalite. Konsumsinya disebut telah melampaui 50 persen dari kuota yang disediakan pemerintah. Hingga 20 Juni 2022, konsumsi Pertalite telah mencapai 57,54 persen. Secara angka, jumlahnya mencapai 13.266.431 kilo liter.
"JBKP juga begitu, kalau kita lihat serapan JBKP itu sudah di atas 50 persen juga, sehingga jika tak dilakukan pengendalian kita bisa prognosakan di akhir 2022 ini sudah di atas kuota, sehingga sekali lagi perlu pengendalian konsumsi kepada yang betul-betul penerimanya," ujar dia.
Kuota BBM Subsidi
Saleh membeberkan mengenai jumlah kuota yang disiapkan pemeritah untuk bahan bakar JBT dan JBKP yakni solar, minyak tanah, dan pertalite. Untuk solar subsidi, jumlahnya lebih rendah ketimbang yang disediakan pada 2021 lalu.
Rinciannya, di 2022, kuota solar ditetapkan sebanyak 15,8 juta kiloliter, sedangkan minyak tanah sebanyak 0,48 jutakilo liter, dan Pertalite sebanyak 23,05 juta kiloliter.
"Khusus untuk solar ini tahun 2021 itu kuota kita 15,8 pada saat itu kita hadapi pandemi, dan sekarang ekonomi kita tumbuh. Konsumsi sPlar ini meningkat demikian juga pertalite," paparnya.
Perlu diketahui, dalam rangka melakukan pembatasan penyaluran agar tepat sasaran, pemerintah akan memulai uji coba pembelian Pertalite dan Solar melalui pendaftaran lebih dulu ke situs MyPertamina. Nantinya, data yang diberikan konsumen akan diverifikasi oleh pemerintah untuk menentukan kelayakan beli bahan bakar jenis tersebut.
Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) akan melakukan uji coba pembelian BBM subsidi pertalite melalui sistem Mypertamina di 5 provinsi mulai 1 Juli 2022.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengatakan, saat ini Pertamina Patra Niaga terus memperkuat infrastruktur serta kesisteman untuk mendukung program penyaluran Pertalite dan Solar secara tepat sasaran ini.
"Direncanakan, uji coba awal akan dilakukan di beberapa kota/kabupaten yang tersebar di 5 provinsi antara lain Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta," jelas dia melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (27/6).
Penyaluran Diatur
Dia mengatakan bahwa penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi, merupakan salah satu amanah yang diberikan kepada Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) dalam rangka memenuhi kebutuhan energi yang terjangkau bagi masyarakat.
"Dalam menyalurkan BBM subsidi ada aturannya, baik dari sisi kuota atau jumlah maupun dari sisi segmentasi penggunanya. Saat ini, segmen pengguna Solar subsidi ini sudah diatur, sedangkan Pertalite segmentasi penggunanya masih terlalu luas. Sebagai badan usaha yang menjual Pertalite dan Solar, kami harus patuh, tepat sasaran dan tepat kuota dalam menyalurkan BBM yang disubsidi pemerintah," jelas dia.
Sebagai BBM bersubsidi, penyaluran Solar dan Pertalite penugasan ini diatur oleh regulasi, antara lain Peraturan Presiden No. 191/2014 dan Surat Keputusan (SK) BPH Migas No. 4/2020.
"Kami menyiapkan website MyPertamina, yakni https://subsiditepat.mypertamina.id/ yang dibuka pada 1 Juli 2022. Masyarakat yang merasa berhak menggunakan Pertalite dan Solar dapat mendaftarkan datanya melalui website ini, untuk kemudian menunggu apakah kendaraan dan identitasnya terkonfirmasi sebagai pengguna yang terdaftar. Sistem MyPertamina ini akan membantu kami dalam mencocokkan data pengguna," lanjut Alfian.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)