BPR dan BPRS dituntut genjot layanan digital agar bisnis terus berkembang
Ketua Perbarindo, Djoko Suyanto mengatakan, BPR dan BPRS dituntut untuk dapat meningkatkan layanan digital agar dapat bersaing dan juga menunjang pengembangan bisnis ke depan.
Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mendorong Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) untuk terus meningkatkan layanan digital. Sebagai anggota perhimpunan, BPR dan BPRS harus siap menghadapi tantangan era digital saat ini.
Ketua Perbarindo, Djoko Suyanto mengatakan, BPR dan BPRS dituntut untuk dapat meningkatkan layanan digital agar dapat bersaing dan juga menunjang pengembangan bisnis ke depan.
-
Apa yang dicapai BRI dalam digitalisasi perbankan sehingga meraih penghargaan spesial? BRI pun berhasil membuktikan transformasi digitalnya yang mendapatkan apresiasi penghargaan spesial sebagai bank dengan Transformasi Digital kategori Sustainability oleh IDX Channel Anugerah Inovasi Indonesia (ICAII) 2023 di Mainhall Bursa Efek Indonesia, Jakarta (20/9).
-
Kapan BRI memulai transformasi digitalnya? BRI telah mengupayakan transformasi digital yang berkelanjutan sejak 3-4 tahun terakhir.
-
Apa yang ingin didalami DPR dari Bank Sentral Spanyol terkait mata uang digital? Puteri juga menyampaikan perkembangan terkini terkait pengembangan rupiah digital di Indonesia. “Awal Maret kemarin, Bank Indonesia juga masih dalam tahap memilih teknologi yang akan digunakan untuk implementasi rupiah digital dan memfinalisasi proof of concept tahap pertama. Selain itu, Bank Indonesia juga masih melakukan piloting dan simulasi terhadap penerapan rupiah digital secara internal. Untuk itu, kami harap terjalin kerjasama antar bank sentral dalam mengkaji kelayakan penerapan mata uang digital,” ucap Puteri.
-
Mengapa DPR mendorong kerja sama mata uang digital dengan Bank Sentral Spanyol? Hal ini disampaikannya menyusul kunjungan Kerja Komisi XI bersama LPS ke Bank Sentral Spanyol, Selasa (7/5).Untuk informasi, Bank Sentral Spanyol sedang melakukan uji coba (pilot project) pengembangan mata uang euro digital. Sejak awal tahun ini, Bank Sentral Spanyol diketahui tengah melakukan simulasi dengan melibatkan Cecabank, Abanca, dan Adhara Blockchain untuk menggali manfaat dan kelayakan euro digital di sektor perbankan.
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Apa yang dilakukan BRI untuk mendukung digitalisasi UMKM? Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai salah satu bank milik pemerintah terbesar, terus berupaya mendorong inovasi dan digitalisasi UMKM agar sektor ini dapat berkembang. Salah satu dukungan BRI terhadap digitalisasi UMKM adalah melalui pengembangan web pasar bernama Pasar.id.
"Sejumlah tantangan dan peluang di era digital tersebut akan kami bahas dalam Musyawarah Nasional (Munas) X Perbarindo," kata Djoko dalam Munas Perbarindo dikutip keterangannya di Jakarta, Senin (22/10).
Sejumlah langkah yang telah dilakukan Perbarindo untuk menghadapi era digital yaitu dengan menginisiasi dan merealisasikan pengembangan Mobile Point Of Sales (MPOS) BPR. MPOS adalah Pembaca KTP-elektronik terintegrasi EDC, sehingga memiliki fungsi yang lebih dari sekedar pembaca e-KTP reader.
Dalam Munas Perbarindo tersebut, juga turut digelar seminar nasional yang bertema 'Peran BPR-BPRS Sebagai Mitra UMKM Dalam Memperluas Akses Layanan Perbankan Bagi Masyarakat Indonesia'.
"MPOS bisa digunakan untuk aktivitas perbankan seperti, setor tunai, tarik tunai, cek saldo, cek mutasi, pemindahan buku, pembukaan rekening atau pendaftaran dan layanan multi biller. Pengembangan MPOS sudah selesai, dalam acara Munas ini MPOS sudah bisa di release dan dapat digunakan pada seluruh BPR – BPRS di Indonesia," paparnya.
Munas kali ini turut dihadiri oleh Para Pengurus dari 24 DPD, Pengurus dari 48 DPK, Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi BPR–BPRS Anggota Perbarindo seluruh Indonesia. Industri BPR–BPRS merupakan Bank Milik Anak Negeri dengan dukungan kantor terdiri dari 6.664 unit, terdiri dari Kantor Pusat 1.770 unit, Kantor Cabang 1.943 unit dan Kantor Kas 2.951 unit.
Kantor tersebut tersebar dari Aceh sampai dengan Papua. Sedangkan jumlah karyawan yang berperan aktif membesarkan Industri BPR – BPRS mencapai 145 ribu orang dan seluruhnya adalah putra – putri Indonesia. Peran dan fungsi intermediasi telah dilakukan dengan baik oleh industri BPR - BPRS.
Untuk perkembangan jumlah kredit yang disalurkan pada Juli 2018 mencapai Rp 95 triliun atau tumbuh sebesar 8,59 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, jumlah tabungan pada Juli 2018 mencapai Rp 28 triliun, jumlahnya naik 14,23 persen dibandingkan posisi setahun sebelumnya.
Hal yang sama juga pada sisi deposito, tumbuh mencapai 8,99 persen, menjadi Rp 60 triliun pada Juli 2018. Keberhasilan dalam menghimpun dana pihak ketiga mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat semakin meningkat dan produk yang dimiliki lebih menguntungkan.
Selain itu, Industri BPR - BPRS telah melayani masyarakat Indonesia sebanyak 17 juta nasabah yang terdiri dari debitur sebanyak 4 juta rekening dengan rata-rata pinjaman Rp 27 juta, deposan sebanyak 600 ribu rekening dengan rata-rata deposito sebesar Rp 102 juta dan penabung sebanyak 12,4 juta rekening dengan rata-rata tabungan sebesar Rp 2 juta.
"Sangat jelas, bahwa Industri BPR - BPRS berada di grassroot dan garda terdepan dalam melakukan literasi serta edukasi terhadap masyarakat."
Baca juga:
OJK ungkap kasus penggelapan dana BPR Multi Artha Mas Sejahtera di Bekasi
Tanpa inovasi teknologi, BPR terancam hilang tergantikan fintech
Resmi, OJK cabut izin usaha BPR Mega Karsa Mandiri
Maret 2018, aset industri BPR tembus Rp 127 triliun
Dirut BPR KS BAS Bali ditangkap gelapkan dana Rp 24,2 M lewat kredit fiktif
OJK cabut izin usaha PT BPR KS Bali Agung Sedana