BPS Catat Inflasi 0,08 Persen di Juli 2021, Dipicu Kenaikan Harga Ikan Kembung
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Juli 2021 terhadap Desember 2020 sebesar 0,81 persen. Secara tahunan (year on year) dibanding Juli 2029, tingkat inflasi sebesar 1,52 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,54 pada Juli 2021. Peningkatan ini terjadi saat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diterapkan pada bulan itu.
"Berdasarkan pemantauan BPS di 90 kota, terjadi inflasi 0,08 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 106,46 pada Juni menjadi 106,54 pada Juli 2021," jelas Kepala BPS Margo Yuwono dalam sesi teleconference, Senin (2/8).
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Kenapa BSI fokus untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia? Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi dalam acara tersebut mengatakan bahwa BSI sebagai bank syariah terbesar dan perusahaan milik pemerintah tentunya akan terus melakukan inovasi-inovasi kreatif untuk meningkatkan partisipasi perseroan dalam kemajuan ekonomi Indonesia. “Hal ini tentunya menjadi perhatian utama kami, bahwa sebagai perusahaan kami tidak hanya berbicara mengenai profit atau business only, tapi kami juga harus memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat,” kata Dewi.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Juli 2021 terhadap Desember 2020 sebesar 0,81 persen. Secara tahunan (year on year) dibanding Juli 2029, tingkat inflasi sebesar 1,52 persen.
Dilihat dari faktor penyumbangnya, kenaikan harga ikan kembung menyumbang inflasi hingga 0,52 persen. Begitu juga kenaikan harga cabai ikut menyumbang kenaikan inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,51 persen. Penyumbang inflasi disebabkan adanya kenaikan harga komoditas seperti ikan kembung, cabai rawit, dan ikan tongkol.
Sedangkan dilihat dari angka deflasi, Manokwari jadi yang tertinggi selama pemberlakuan PPKM di Juli 2021 pada kisaran -0,60 persen.
"Penyebabnya adanya penurunan harga kangkung dan juga adanya penurunan harga untuk komoditas tomat," ujar Margo Yuwono.
Kelompok Penyumbang Inflasi
Yuwono menjelaskan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Kelompok ini pada Juli 2021 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,04 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu cabai rawit sebesar 0,03 persen. Tomat, cabai merah, bawang merah, sawi putih/pecay/pitsai, tahu mentah, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen. Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu daging ayam ras sebesar 0,04 persen, telur ayam ras dan beras masing-masing sebesar 0,01 persen.
Begitu juga dengan kelompok kesehatan yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen. Terjadi kenaikan indeks dari 108,60 pada Juni 2021 menjadi 108,86 pada Juli 2021. Dari 4 subkelompok pada kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi.
Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,47 persen. Sedangkan terendah yaitu subkelompok jasa rawat jalan sebesar 0,06 persen. Kelompok ini pada Juli 2021 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,01 persen.
Lalu ada kelompok pakaian dan alas kaki yang mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Seluruh subkelompok pada kelompok ini mengalami inflasi, seperti subkelompok pakaian sebesar 0,09 persen dan subkelompok alas kaki sebesar 0,02 persen. Namun Kelompok ini pada Juli 2021 tidak memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi nasional.
Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,05 persen. Terjadi kenaikan indeks dari 103,12 pada Juni 2021 menjadi 103,17 pada Juli 2021. Dari 4 subkelompok pada kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi.
Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu subkelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan sebesar 0,18 persen. Sedangkan yang terendah yaitu subkelompok penyediaan air dan layanan perumahan lainnya sebesar 0,01 persen. Kelompok ini pada Juli 2021 memberikan andil/ sumbangan inflasi sebesar 0,01 persen.
Sementaraa itu,kelompok-kelompok pengeluaran lainnya yang juga mengalami inflasi antara lain perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,11 persen. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen. kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05 persen. Kelompok pendidikan sebesar 0,18 persen dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,05 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,01 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07 persen.
(mdk/idr)