BPS Catat Konsumsi Rumah Tangga Minus 2,63 Persen di 2020
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 3,61 persen di kuartal IV-2020. Secara akumulatif 2020, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 2,63 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 3,61 persen di kuartal IV-2020. Secara akumulatif 2020, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 2,63 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan hampir terjadi di seluruh penjualan barang konsumsi. Di antaranya terlihat pada penggunaan kartu kredit dan juga penjualan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Bagaimana Mina Bendungan meningkatkan perekonomian warga? Untuk operasional kolam sehari-hari, Erwin beserta para pemilik kolam memberi mandat pada tiga warga lainnya. Saat panen ikan, para pemelihara kolam mendapat porsi bagi hasil sebesar 60 persen dari keuntungan bersih pada setiap kolam yang mereka urus, sementara pemilik kolam hanya 40 persen.
-
Bagaimana BSI menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan perekonomian Aceh? Posisi September 2023, secara tahunan aset BSI di Aceh tumbuh 10,99% menjadi Rp19,40 triliun. Pembiayaan tumbuh 16,32% menjadi Rp18,86 triliun dengan 44,30% porsinya diserap sektor UMKM. Pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 2,57% menjadi Rp15,30 triliun. Sedangkan pencapaian laba sebesar Rp474 miliar.
"Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit terkontraksi. Volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh melambat," ujar Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2).
Suhariyanto melanjutkan, penurunan konsumsi juga dipicu lemahnya permintaan konsumen pada sektor penjualan eceran. Di mana penjualan eceran mengalami kontraksi pada seluruh kelompok pengeluaran.
"Antara lain pada penjualan makanan, minuman, dan tembakau. Kemudian, sandang, suku cadang dan aksesoris, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi, barang budaya dan rekreasi serta barang lainnya," katanya.
Sementara itu, penurunan konsumsi turut terjadi pada sektor lainnya yaitu jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara terkontraksi. Lalu, PNBP berupa pendapatan pendidikan tumbuh menguat, sementara PNBP berupa pendapatan kesehatan terkontraksi.
Baca juga:
Gerakan Wakaf Uang Dinilai akan Turunkan Konsumsi Masyarakat
Kelas Menengah Ogah Belanja, Khawatir Terpapar Covid-19 Saat Bepergian
Daya Beli Turun Jadi Salah Satu Penyebab Harga Cabai Merah Mahal
Konsumsi Masih Rendah, LPS Sebut DPK Perbankan Tumbuh di Awal 2021
Sepi Pembeli, Harga Telur Ayam Anjlok
Survei: Minat Masyarakat Beli Rumah Relatif Tinggi di Tengah Pandemi