Chatib Basri yakin perbaikan harga komoditas kerek pertumbuhan 2018 ke 5,4 persen
Selain itu, Chatib Basri mengatakan kenaikan harga komoditas juga akan mendorong peningkatan konsumsi. Sebab, ada perbaikan pendapatan. Dia memprediksi bahwa perbaikan atau peningkatan konsumsi masyarakat akan terjadi pada pertengahan tahun ini.
Ekonom Universitas Indonesia sekaligus mantan menteri keuangan, Chatib Basri, optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik di 2018, yakni bisa mencapai 5,4 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, kata dia, akan didukung oleh kenaikan harga komoditas, seperti batubara dan minyak kelapa sawit.
"Dapat lah kalau 5 persen dapat. Masa tidak dapat. Kenapa pesimis? Perkiraan saya itu sekitar, 5,2 persen sampai 5,4 persen tahun ini," ungkapnya ketika ditemui di The Energy Building, Jakarta, Kamis (29/3).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana Indonesia berencana untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Bangladesh? Dalam bidang energi dan infrastruktur, disampaikan pula terkait kesiapan Indonesia dalam berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Bangladesh melalui konsorsium proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
"Ekonomi kita itu sangat tergantung pada komoditi. Coal pricenya bagus. CPO bagus. Lihat tuh penerimaan pajak naik gara-gara coal price tuh. Kalau coal price sama palm oil price naik, company-nya jalan, orang yang hidup di sekitar tambang mulai dapat uang, konsumsi mulai naik, investment mulai pick up," lanjut dia.
Melihat kondisi perekonomian yang kondusif, terutama harga komoditas yang tengah naik, maka dia yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih tinggi dari tahun kemarin. "Jadi mestinya tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Makanya saya bilang kalau tahun lalu bisa 5,07 masa tahun ini kurang dari lima persen," imbuhnya.
Selain itu, dia mengatakan kenaikan harga komoditas juga akan mendorong peningkatan konsumsi. Sebab, ada perbaikan pendapatan. "Kalau income naik konsumsi naik. Begitu sekarang komoditi naik, yang pertama dia lakukan dia tidak bisa konsumsi, dia bayar utang dulu. Setelah bayar utang, dia bisa expand konsumsi," imbuhnya.
Dia memprediksi bahwa perbaikan atau peningkatan konsumsi masyarakat akan terjadi pada pertengahan tahun ini. "Saya expect kalau dilakukan tahun lalu, pertengahan tahun ini konsumsi mulai pick up," tandas dia.
Baca juga:
Bos BI ke pengusaha: Kalau wait and see terus, Anda akan ketinggalan
Kejar pertumbuhan 5,3 persen, ini tantangan harus dihadapi RI versi Bank Dunia
Industri manufaktur masih jadi penyokong pertumbuhan ekonomi tahun ini
Menko Darmin prediksi pertumbuhan kuartal I tak lebih dari 5 persen
INDEF nilai utang Indonesia belum tunjukkan produktivitas
Kenaikan utang asing saat Rupiah melemah buat beban pembayaran makin berat
Bos Bekraf: Kalau dibandingkan dengan bank, sektor ekonomi kreatif itu sebesar BRI