Cinema 21 Indonesia buka layar Dolby Atmos ke-50 di Banjarmasin
"Pembukaan layar Dolby Atmos kami yang ke-50 di Indonesia lebih dari sekadar tonggak sejarah. Ini wujud dari dedikasi kami, agar penonton memiliki pengalaman luar biasa ketika menonton bioskop."
Grup bioskop terbesar di Indonesia, Cinema 21 Indonesia membuka layar Dolby Atmos ke-50 di Indonesia. Layar Dolby Atmos ke-50 tersebut berlokasi di Duta Mall, Kota Banjarmasin, yang merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Kalimantan Selatan
"Cinema 21 berkomitmen untuk memberikan pengalaman menonton bioskop kelas dunia kepada masyarakat Indonesia. Untuk itu, pembukaan layar Dolby Atmos kami yang ke-50 di Indonesia lebih dari sekadar tonggak sejarah. Ini wujud dari dedikasi kami, agar penonton memiliki pengalaman luar biasa ketika menonton bioskop," kata Corporate Communication Cinema 21, Catherine Keng di Jakarta, Senin (1/10).
-
Siapa yang meresmikan Gedung Kesenian Jakarta sebagai bioskop? Gedung Kesenian Jakarta lantas diresmikan sebagai gedung bioskop Diana yang amat populer ketika itu.
-
Bagaimana bioskop di Medan berlomba untuk menayangkan film bicara? Dengan berakhirnya era film bisu, bioskop-bioskop yang ada di Medan pun berlomba untuk menayangkan film bicara.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Kapan film Budi Pekerti tayang di bioskop? Film Budi Pekerti memasuki layar bioskop pada Kamis, 2 November.
-
Di mana Museum Bioskop Jambi berada? Museum yang berada di dalam kawasan Pasar Hongkong Jambi ini bisa dikunjungi siapapun.
-
Kenapa Museum Bioskop Jambi penting bagi Indonesia? Tempoa Art Gallery atau yang dikenal dengan Museum Bioskop Jambi merupakan aset penting bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia.
Menurutnya, teknologi audio Dolby Atmos yang luar biasa memang membawa penonton ke dalam cerita dengan audio bergerak yang memenuhi ruang pertunjukan dan mengalir di sekitar penonton. Suara yang dihasilkan sangat luar biasa sehingga penonton merasa seperti sedang berada dalam film yang dilihat.
"Hal ini terjadi, karena suara manusia, tempat, benda-benda, dan musik seperti yang sebenarnya terjadi. Penonton seperti berada di dalam film itu, karena teknologi Dolby Atmos sangat luar biasa, mempesona dan bergerak di seluruh ruang bioskop," lanjut Catherine.
Michael Archer, Vice President Worldwide Cinema Sales Dolby Laboratories mengatakan, pembukaan layar Dolby Atmos ke-50 merupakan peristiwa sangat penting.
"Dolby dan Cinema 21 memadukan hasrat bersama untuk memberikan pengalaman hiburan paling berkelas dan tak terlupakan. Perkembangan kami terbentuk karena respon yang luar biasa dari para penonton, studio dan pembuat film, kata Michael.
Dolby Atmos sendiri, menurut Michael, memang menjadi pilihan yang disukai generasi mendatang di bioskop. Teknologi tersebut telah dipergunakan studio-studio besar, sutradara, dan peserta pameran di seluruh dunia. Saat ini lebih dari 1.000 fitur film yang telah dirilis atau diumumkan menggunakan Dolby Atmos.
Michael menambahkan, Dolby Laboratories (NYSE:DLB) berbasis di San Fransisco dengan kantor yang tersebar di 20 negara. Dolby mentransformasi ilmu penglihatan dan suara menjadi pengalaman spektakuler. Melalui penelitian dan rekayasa inovatif, lanjut Michael, pihaknya menciptakan pengalaman terobosan untuk masyarakat di seluruh dunia melalui ekosistem yang kolaboratif dengan melibatkan seniman, pebisnis dan konsumen.
Pengalaman yang dimiliki masyarakat dalam Dolby Vision, Dolby Atmos, Dolby Cinema, Dolby Voice, dan Dolby Audio merevolusi hiburan dan komunikasi di dalam bioskop, dalam perjalanan, di dalam rumah, dan di tempat kerja.
Dolby, Dolby Atmos, Dolby Audio, Dolby Cinema, Dolby Vision, Dolby Voice, dan simbol double-D, lanjut Michael, antara lain adalah merek dagang yang terdaftar maupun tidak terdaftar dari Dolby Laboratories, Inc. di Amerika Serikat dan/atau negara lain. Merek dagang lainnya masih milik masing-masing pemilik.
Ketua badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf tengah mendorong berkembangnya investasi di bidang pengelolaan bioskop. Menurutnya, bioskop merupakan salah satu sektor yang diminati masyarakat, sehingga bila dilakukan investasi dan pengembangan yang baik, akan memberi sumbangan bagi ekonomi Indonesia.
"Kami baru membuka kemungkinan investasi untuk membuka bioskop untuk memutar film nasional," ungkapnya dalam Indonesia'Indonesia's Biggest Business Expo 2017, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (8/9).
Triawan mengakui, perkembangan bisnis bioskop di Indonesia saat ini masih belum memuaskan. Bahkan, Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain.
"Di India pesat sekali perkembangannya (bioskop). Indonesia, kita hanya punya 1.250 layar. Di India Selatan 4.000 itu satu perusahaan. Di China 90.000 layar," jelas dia.
Adapun dalam mengembangkan bisnis bioskop ini, Bekraf akan bekerja sama dengan Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI).
"Dengan WALI ini kita kembangkan frenchies untuk kembangkan bioskop. Tentu akan ada satu primadona baru," pungkasnya.
Baca juga:
Pelukis poster sinema terakhir di Banyumas
Sandiaga Uno ingin bikin bioskop rakyat di pasar tradisional
Bioskop tua roboh di Argentina, 1 orang tewas
Fakta mengejutkan dari perilaku foto dan rekam adegan film di XXI
Warga Saudi bisa nonton ke bioskop mulai 18 April, ini film pertama bakal diputar
Nostalgia manis Sang Proyeksionis