Dalam sebulan, saham BTN turun 15,72 persen
Dari data BEI, tercatat hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (25/11) saham perseroan berada di level Rp 1.635 atau anjlok 15,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya, (25/10) di posisi Rp 1.940.
Saham PT Bank Tabungan negara Tbk (BBTN) dalam sebulan terakhir tercatat mengalami penurunan 15,72 persen.
Dari data BEI, tercatat hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (25/11) saham perseroan berada di level Rp 1.635 atau anjlok 15,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya, (25/10) di posisi Rp 1.940
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
Koreksi ini dipicu pelemahan nilai tukar Rupiah di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan the Fed Rate yang mendorong aksi jual signifikan oleh investor domestik dan asing terhadap saham-saham emiten di Bursa Efek Indonesia. Ini juga seiring aksi jual cukup besar dilakukan terhadap saham-saham sektor perbankan.
Siang ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Senin (28/11). Rupiah dibuka di level Rp 13.450 per USD lalu melemah tajam ke Rp 13.526 per USD.
Di samping sentimen eksternal, investor juga mengkhawatirkan dampak sejumlah isu domestik terhadap stabilitas politik, ekonomi dan keamanan domestik dalam beberapa pekan ke depan.
Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) menilai adanya rencana aksi demonstrasi pada 2 Desember 2016 akan membuat penjualan bisnis properti di Jakarta mengalami penurunan.
Ketua Umum REI, Eddy Hussy mengatakan, aksi demonstrasi yang berlangsung di Jakarta sedikit banyak berdampak negatif ke industri properti, terlihat dari penjualan yang mengalami penurunan dibandingkan Oktober 2016.
"Penjualan turun karena kepastian keamanan maupun politik menjadi sentimen negatif bagi pembeli terhadap properti," terangnya.
Eddy menambahkan pembeli properti di Jakarta rata-rata berinvestasi jangka menengah dan panjang, sehingga jika situasi tidak kondusif maka masyarakat akan menunda atau batal membeli properti.
"Ini mau ada lagi rencana demonstrasi, sudah pembeli hati-hati dulu melihat kondisi keamanan," terangnya.
Eddy berharap, pemerintah dapat mengatasi berbagai kondisi yang terjadi dengan cepat, sehingga keamanan dan kenyamanan berinvestasi di Jakarta tetap terjaga dengan baik.
Baca juga:
PP Properti siapkan belanja modal Rp 2 triliun untuk 2017
Elnusa anggarkan belanja modal Rp 1 T tahun depan
Pencaplokan Blok Mahakam oleh Pertamina gerus pendapatan Elnusa
Adhi Karya target raup nilai kontrak Rp 44 T pada 2017
Ditjen Pajak: Tunggakan pajak emiten di bursa capai Rp 94 triliun