Dapat Perintah dari Luhut, Konversi LPG ke Kompor Induksi Listrik Kembali Dilanjutkan Tahun Ini
Dapat Perintah dari Luhut, Konversi LPG ke Kompor Induksi Listrik Kembali Dilanjutkan Tahun Ini
Program kompor listrik saat ini telah diganti dengan program pemberian alat masak berbasis listrik berupa penanak nasi (rice cooker) sebanyak 500 ribu unit.
Dapat Perintah dari Luhut, Konversi LPG ke Kompor Induksi Listrik Kembali Dilanjutkan Tahun Ini
Dapat Perintah dari Luhut, Konversi LPG ke Kompor Induksi Listrik Kembali Dilanjutkan Tahun Ini
- Tekan Impor LPG, Begini Langkah Diambil Pemerintah
- Mendag Kunjungi SPBE LPG 3 Kg di Cimahi: Pertamina Awasi Ketat, Bersihkan Tabung Sebelum Diisi Ulang
- Dorong Transisi Energi, DEN Usul Penggunaan Kompor Listrik Dimulai dari Orang Kaya
- Pendaftaran KTP untuk Beli Gas LPG 3 Kg Diperpanjang Sampai Bulan Mei, Ini Alasannya
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menyebut program konversi LPG ke kompor induksi listrik akan kembali digalakkan dan dilanjutkan setelah dibatalkan pada 2022 silam.
"Kemarin Pak Luhut (Menko Marves) memimpin rapat, saya juga hadir, (menyampaikan) untuk dimulai lagi kompor induksi. Jadi yang kemarin sempat dihentikan, tolong dikaji, dimulai lagi dan mulai yang bisa kita laksanakan," katanya dikutip dari Antara, Rabu (17/1).
Djoko menjelaskan bahwa program kompor listrik saat ini telah diganti dengan program pemberian alat masak berbasis listrik berupa penanak nasi (rice cooker) sebanyak 500 ribu unit, di mana yang terealisasi pada 2023 mencapai 342 ribu unit.
"Mudah-mudahan nanti kompor induksi bisa dimulai lagi dan sementara ini terus berjalan, pemerintah mengganti kompor induksi dengan rice cooker," katanya.
Menurut Djoko, program konversi LPG ke kompor listrik sebenarnya bisa berjalan efektif namun kalah dengan opini masyarakat yang kala itu khawatir akan tagihan listrik.
Padahal, PLN memiliki teknologi yang bisa membedakan tarif listrik biasa dengan tarif listrik kompor induksi sehingga konsumen cukup membayar sekitar Rp10.000 per bulan untuk tagihan listrik untuk kompor tersebut.
Di sisi lain, Djoko juga menilai pengalihan ke kompor listrik memang sebaiknya dimulai dari kalangan menengah ke atas yang telah mampu membeli kompor listrik.
"Kompor induksi juga harusnya dimulai dari masyarakat yang mampu. Kalau dimulai dari masyarakat yang miskin, ya tidak mulai-mulai transisi seperti sekarang. Jadi kompor induksi terus digalakkan, tidak diberhentikan, namun dimulai dari menengah ke atas," kata Djoko.