Demi kemandirian bangsa, Indonesia harus terlepas dari jeratan utang
"Utang luar negeri perlahan porsinya perlu diturunkan sehingga benar-benar tercipta kemandirian."
Rasio utang Indonesia hingga akhir 2015 sudah mencapai 27 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Total utang tercatat mencapai Rp 3.089 triliun atau setara USD 223,2 miliar.
Anggota Badan Anggaran DPR, Eka Sastra menilai, Indonesia harus secara bertahap melepaskan diri dari lilitan utang, terutama utang luar negeri (ULN). Hal ini untuk mendorong kemandirian bangsa.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan pajak anjing diterapkan di Indonesia? Aturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
"Utang luar negeri perlahan porsinya perlu diturunkan sehingga benar-benar tercipta kemandirian, dengan buyback untuk surat-surat berharga yang dimiliki asing, misalnya," kata Eka di Jakarta, Sabtu (30/1).
Cara lain adalah dengan mendorong peningkatan kemampuan dan daya beli masyarakat agar bisa menabung. Dananya, lanjut Eka, bisa digunakan pemerintah untuk mendorong program-program pembangunan.
"Kita harus mengurangi porsi utang luar negeri, yang dari dalam negeri itu bisa dari saving dan investment," ucap Eka.
Diakui Eka bahwa dirinya tidak menganut paham anti utang, namun perlu alasan kuat bagi pemerintah berutang. Sebab, ada beban bunga yang harus dipikirkan secara matang ketika pemerintah memutuskan berutang. Selain itu, dana utang juga harus digunakan untuk kepentingan mendasar dan mendesak.
"Utang bukan najis, utang sangat kita butuhkan, problemnya adalah bagaimana kita mengelola utang itu, ketika kita tidak bisa bayar utang, jangan coba-coba berutang," ujar Eka.
"Untuk apa berutang? Untuk sisi produktif. Kemudian dari sisi bunga harus dipertimbangkan," tegas Eka.
(mdk/idr)