Di Subang, Pertamina sulap sampah plastik jadi bahan bakar
"Pertamina jadi perusahaan pertama penghasil BBA dari sampah."
PT Pertamina EP mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Alternatif (BBA) setara premium dan solar. Produksi setiap bulan mencapai 20 liter.
"Program Corporate Social Responsibility ini membuat Pertamina jadi perusahaan pertama penghasil BBA dari sampah," ujar Field Manager Pertamina EP Subang Armand Mel Hukom, Kamis (4/8).
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Apa yang dilakukan Pertamina di Lapangan Sukowati? Setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Jatibarang, PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan lainnya yaitu di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
-
Mengapa Pertamina ingin meningkatkan kualitas BBM Subsidi? Pertamina pernah menjalankan Program Langit Biru dengan menaikkan (kadar oktan) BBM Subsidi dari RON 88 ke RON 90.
-
Kapan Pertamina memulai program SEB? Sekolah Energi Berdikari (SEB) yang diinisiasi Pertamina sejak Juni 2023 telah berhasil memberikan edukasi kepada 4.685 siswa untuk mengenal energi bersih.
-
Apa yang sedang dilakukan Pertamina untuk menghemat anggaran di BBM dan LPG Subsidi? Bekerjasama dengan lintas instansi, upaya tersebut berhasil membantu Pertamina dapat melakukan penghematan sebesar 1,3 Juta kilo liter (KL) untuk Solar Subsidi dan 1,7 Juta KL untuk Pertalite.
Hanya saja, BBA baru bisa digunakan untuk kendaraan roda tiga.
"Karena untuk kendaraan yang lain musti ada pengembangan terlebih dahulu. Energi yang dihasilkan pun masih kurang pas untuk kendaraan lain," katanya.
Armand mengungkapkan program ini muncul untuk menyelesaikan persoalan sampah di Subang. Masyarakat di sana terbiasa membuang sampah sembarangan.
"Sampah menjadi masalah di sini. Entah dibakar atau apapun bakal menimbulkan permasalahan sosial," katanya.
"Untuk itu, kami membuat program ini. Masyarakat bisa buang sampah di sini dan bisa bawa pulang uang dari sampahnya."
Pertamina, kata Armand membeli sampah dari warga seharga Rp 4.200 per kilogram untuk gelas plastik dan Rp 2.500 per kilogram untuk botol plastik.
Kemudian, sampah tersebut dimasukkan ke dalam mesin pengolah BBA seharga Rp 3 juta.
"Nantinya, kami akan sebar alat ini di setiap kelurahan di Subang. Sehingga, masalah sampah bisa teratasi."
(mdk/yud)