Duet Malaysia-RI di balik kemudi AirAsia Indonesia
AirAsia Indonesia mampu bertahan terbang selama 10 tahun di langit Indonesia.
Awal Desember 2014, sebuah buku bertajuk 'Ten Awesome Years' diluncurkan ke publik. Sebuah buku yang berisi kiprah maskapai penerbangan AirAsia Indonesia yang mampu bertahan terbang selama 10 tahun di langit Indonesia.
Satu dasawarsa bukan waktu sebentar untuk bisa bertahan di tengah makin ketatnya persaingan bisnis sektor penerbangan tanah air. Beberapa maskapai penerbangan nasional sudah terlebih dulu tumbang. Sebut saja Adam Air, Batavia Air, Mandala Airlines, hingga yang terakhir Merpati Nusantara Airlines.
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.
Karena itu Presiden Direktur atau Chief Executive Officer (CEO) AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko begitu bangga dengan kinerja perusahaan yang dipimpinnya. Sunu pernah menyatakan keyakinannya bakal meraup untung besar dari bisnis sektor transportasi. Sebab, pesawat menjadi masa depan transportasi di Indonesia.
Salah satunya karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Didukung tingginya daya beli masyarakat Indonesia dan makin besarnya kelompok kelas menengah.
Berbekal taglien "Now Everybody Can Fly", pertumbuhan maskapai milik Tony Fernandes ini tergolong cukup cepat. Tony Fernandes cukup rajin menyambangi Indonesia. Dia juga terlihat hadir kemarin, Senin (29/12), memberikan ungkapan duka sekaligus memberikan keterangan terkait hilangnya pesawat AirAsia Indonesia nomor penerbangan QZ 8501 pada Minggu (28/12).
Pesawat rute Surabaya-Singapura yang mengangkut 155 orang penumpang itu hilang kontak di sekitar perairan Belitung. Ini merupakan tragedi kecelakaan terbesar yang pernah dialami AirAsia Indonesia. Sebab, selama ini bisa dikatakan maskapai ini zero accident. Kalaupun mengalami kecelakaan, kategorinya ringan.
Merdeka.com mengajak pembaca menelusuri di balik kemudi maskapai penerbangan AirAsia Indonesia. Berikut paparannya.
Duet RI-Malaysia
Awalnya, AirAsia adalah maskapai penerbangan milik pemerintah Malaysia. Maskapai ini dibeli Tony Fernandes pada Desember 2001 dengan harga simbolik RM 1.
Di bawah komando Tony, AirAsia mengukuhkan diri dengan layanan penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC).
Pada 2004, AirAsia melebarkan sayap dengan ekspansi ke Indonesia. AirAsia mencaplok saham PT Air Wagon Internasional (AWAIR) yang sudah hanya sanggup terbang selama setahun (1999-2000), kemudian bangkrut. Proses akuisisi juga melibatkan perusahaan lokal.
Setelah proses akuisisi Indonesia AirAsia resmi mengudara pada Desember 2005. Sahamnya, 49 persen dimiliki oleh AirAsia International Limited. Sisanya atau 51 persen dimiliki Pin Harris 20 persen, Sendjaja Widjaja 21 persen dan PT Fersindo Nusaperkasa 10 persen.
Kekuatan armada
Presiden Direktur atau Chief Executive Officer (CEO) AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko menceritakan, pada 2004-2005, AirAsia Indonesia hanya memiliki 2 pesawat dan hanya melayani rute Bandung-Kuala Lumpur.
Setelah 10 tahun, AirAsia memiliki 30 pesawat Airbus A320 dengan melayani 22 rute internasional dan 11 rute domestik.
Sunu mengakui, pencapaian itu juga dibantu dukungan stakeholder dan pemerintah. Dengan pelbagai inovasi, AirAsia Indonesia berambisi menjadi raja di udara.
"Ini juga mencatat harapan kisah AirAsia dalam mendedikasikan inovasi. Tanpa dukungan dari pemerintah dan semuanya, kita tidak akan menjadi seperti in. Saya harap, kita terus berjaya dalam udara di Indonesia," ucapnya.
6 kali dinobatkan maskapai murah terbaik
Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati menyatakan, maskapai penerbangan milik Tony Fernandes ini cukup diakui di industri penerbangan internasional. Rekam jejak penerbangan AirAsia pun bisa dibilang cukup baik.
"Record penerbangan di Indonesia dalam 1 dekade ini aman saja, tidak ada yang fatal sih. Sebenarnya track record maskapai AirAsia termasuk bagus selama ini karena mendapat the best LCC dari Skytrax selama 6 kali berturut-turut dan maintenancenya bagus," jelas dia.
Saingan Lion Air
AirAsia Indonesia menyandang predikat sebagai maskapai layanan penerbangan murah atau Low Cost Carrier. Di tanah air, persaingan penerbangan murah semakin ketat.
AirAsia Indonesia membunyikan genderang perang dengan Lion Air, yang sama-sama berambisi menguasai pasar penerbangan murah tanah air. Genderang perang antara Lion Air dan AirAsia Indonesia terus dibunyikan.
Salah satunya keluar dari bos AirAsia Tony Fernandes. "Kita akan menjadi kompetitif, saya akan menjadi mimpi buruk bagi Lion Air di Indonesia," tegas CEO AirAsia Tony Fernandes saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, persaingan harus sehat. Meski bersaing, pihaknya juga tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan Lion Air.
(mdk/noe)