Ekonom: Faktanya, Subsidi BBM 2022 Tidak Sampai Rp502 Triliun
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menyinggung soal anggaran subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) yang terus membengkak hingga Rp502 triliun. Ini terjadi karena mahalnya harga energi dunia dan nilai tukar Rupiah yang melemah atau tidak seperti yang direncanakan pemerintah dalam APBN 2022.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menyinggung soal anggaran subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) yang terus membengkak hingga Rp502 triliun. Ini terjadi karena mahalnya harga energi dunia dan nilai tukar Rupiah yang melemah atau tidak seperti yang direncanakan pemerintah dalam APBN 2022.
"Perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah terlalu besar dari Rp 170 (triliun) sekarang sudah Rp 502 triliun, negara mana pun tidak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu, tapi alhamdulilah kita sampai saat ini masih kuat ini yang perlu kita syukuri," kata Jokowi beberapa waktu lalu.
-
Siapa yang mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM subsidi? Dilansir dari Antara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM bersubsidi.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Apa yang ingin dicapai dengan mengalihkan subsidi BBM? Jadi yang teman-teman pantas membutuhkan subsidi ini kita tentunya akan jaga. Jadi masyarakat yang ekonominya rentan pasti akan terus berikan, kita tidak mau naikan harganya," tegasnya di Jakarta, Senin (5/8)."Tapi mungkin ada teman-teman juga yang ke depannya sebenarnya harusnya sudah enggak butuh lagi subsidinya, itu bisa diarahkan untuk tidak menggunakan," kata Rachmat.
-
Kenapa pemerintah mau mengalihkan anggaran subsidi BBM? Melalui opsi tersebut, pemerintah bakal mengalihkan anggaran subsidi untuk membiayai kenaikan kualitas BBM melalui pembatasan subsidi bagi sebagian jenis kendaraan.
-
Bagaimana cara Pertamina memastikan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran? ia menambahkan, Pertamina Patra Niaga terus mendukung upaya pemerintah agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Dengan cara melakukan pendataan pengguna BBM Subsidi melalui pendaftaran QR Code pada laman www.subsiditepat.mypertamina.id.
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
Menanggapi hal ini, Pengamat Ekonomi Fahmi Radhi mengatakan, subsidi BBM tak membengkak hingga Rp502 triliun. Sebab menurutnya, realisasi hingga Juli 2022 hanya Rp88 triliun untuk BBM, elpiji, dan listrik.
"Saya menggunakan data yang cukup valid. Subsidi itu membengkak Rp 502 triliun itu tidak benar. Karena itu merupakan anggaran subsidi dan kompensasi," ucap Fahmi kepada Merdeka.com, Jakarta, Senin (29/8).
Fahmi merincikan realisasi subsidi hingga per Juli 2022 sebesar Rp 88,7 triliun, sedangkan untuk subsidi BBM saja sebesar Rp 66,2 triliun hingga Juli 2022. "Saya tidak tahu untuk kompensasi datanya, yang saya tahu hanya untuk subsidi. Jadi kalau dikatakan subdisnya membengkak jadi Rp 502 itu tidak benar," tugasnya.
Dia juga menanggapi ungkapan Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati yang mengatakan BBM di Indonesia itu termasuk yang termurah di dunia dan untuk itu pemerintah mensubsidikan luar biasa besar. Subsidi Pertamina dan Petronas jauh lebih murah dibandingkan dengan pertamina.
Tetapi Bambang Haryo Sukartono terbang ke Malaysia untuk survei harga BBM di Malaysia. Dia mengungkapkan bahwa memang harga BBM di Malaysia jauh lebih murah dibandingkan Indonesia. Namun demikian dia menyatakan bahwa subsidi di Malaysia tidak besar.
Fahmi mengatakan harga BBM Indonesia dibandingkan dengan negara Singapura, Thailand, Filipina, Eropa, dan lainnya memang benar harga BBM Indonesia sangat murah. Walaupun begitu, harga BBM Malaysia khususnya Pertamax hanya Rp6.500 sedangkan di Indonesia Rp 12.500.
"Kalau dibandingkan dengan Malaysia memang lebih murah, artinya subsidi yang diberikan pemerintah Malaysia itu memang lebih besar tapi itu hanya dengan Malaysia," terang Fahmi.
Pemberian subsidi Malaysia, dikarenakan pendapatan negaranya jauh lebih besar dibandingkan dengan Indonesia dan jumlah penduduk yang tidak terlalu besar.
"Singapura, Vietnam, Thailand dan beberapa negara lainnya menganut kapitalisme, semua komoditas disesuaikan dengan harga pasar tanpa memberikan subsidi tetapi kalau Malaysia dan indonesia tidak pure kapitalisme sehingga harus ada subsidinya. Jadi saya setuju saja," tambahnya.
Subsidi dan Kompensasi Energi Capai Rp502 T di 2022
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo mencatat bahwa jumlah total subsidi dan kompensasi sektor energi tahun 2022 mencapai Rp502,4 triliun. Jumlah ini cukup tinggi karena Pertamina dan PLN sebagai perusahaan yang bidang energi di dalam negeri tak bisa menjual sesuai harga keekonomian. Maka pemerintah perlu menggelontorkan dana untuk menutup selisih dari harga tersebut.
Yustinus menyebut, di 2022 pemerintah dan DPR Ri telah menyepakati adanya tambahan subsidi energi dari alokasi awal sebesar Rp152 triliun. Ada tambahan sekitar Rp74,9 triliun yang dibagi pada subsidi BBM Rp71,8 triliun dan subsidi listrik Rp3,1 triliun.
"Sebagian besar adalah kompensasi karena Pertamina dan PLN tak bisa menjual pada harga pasar, tetapi harus menjual pada harga yang ditentukan, tidak pada harga keekonomian, maka diberikan kompensasi yang cukup besar," katanya dalam Webinar Sukse3s, Rabu (29/6).
Dia merinci, kompensasi BBM pada 2022 di antaranya tambahan kompensasi tahun 2022 sebesar Rp216,1 triliun. Ini dibagi kepada BBM sebesar Rp194,7 triliun dan kompensasi listrik Rp21,4 triliun. Lalu, ada kurang bayar kompensasi sampai 2021 sebesar Rp108,4 triliun. Dengan pembagian kepada BBM Rp83,8 triliun, dan listrik Rp24,6 triliun.
Sementara itu, pemerintah berencana melakukan pembayaran kompensasi tahun 2022 sebesar Rp275 triliun. Dengan pembagian untuk BBM Rp234 triliun dan listrik Rp41 triliun. Dengan begitu, total kompensasi tahun 2022, menurut data yang ditampilkannya menjadi Rp293,5 triliun dengan rincian BBM Rp252,5 triliun dan listrik Rp 41 triliun.
(mdk/azz)