Ekonomi RI Kuat Bertahan di Tengah Ancaman Resesi Global
Pemerintah memastikan Indonesia tidak akan mengalami krisis ekonomi pasca pandemi Covid-19. Sebab, sejak sebelum pandemi terjadi, pemerintah sangat disiplin dalam mengelola standar kebijakan fiskal.
Pemerintah memastikan Indonesia tidak akan mengalami krisis ekonomi pasca pandemi Covid-19. Sebab, sejak sebelum pandemi terjadi, pemerintah sangat disiplin dalam mengelola standar kebijakan fiskal.
Ini membuat Indonesia menjadi negara yang berdaya tahan (resilien) dalam menghadapi krisis pandemi dan gejolak global.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Bagaimana hilirisasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah? Contoh tiga wilayah yang menjadi pusat industri hilirisasi SDA khususnya mineral dan logam, yaitu Sulawesi, Maluku dan Papua, serta Kalimantan, mengalami pertumbuhan ekonomi positif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai wilayah Sulawesi yakni 6,64% (yoy), disusul Maluku dan Papua yakni 6,35% (yoy), dan Kalimantan yaitu 5,56% (yoy).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
"Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter ini sejak lama prudent dan konservatif. Kebijakan fiskal kita disiplin, defisit kita di bawah 3 persen dari PDB dan utang kita di bawah 30 persen dari PDB," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Di sisi lain, tingkat inflasi Indonesia dalam 5 tahun terakhir masih di bawah 5 persen. Neraca berjalan juga mengalami surplus. Belum lagi Indonesia tengah menikmati keuntungan dari kenaikan harga komoditas. Mulai dari ekspor nikel, batubara, CPO dan yang lainnya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 3,50 persen pada Juli 2022. Selain suku bunga acuan, bank sentral pun kembali menahan suku bunga deposite facility tetap sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap di level 4,25 persen.
Aktivitas ekonomi di Tanah Air terlihat semakin pulih seiring dengan Covid-19 yang terkendali dan kekebalan imunitas yang meningkat.
Tangguhnya ekonomi RI juga tercermin dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang tetap terjaga, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Kinerja NPI pada triwulan-II 2022 diprakirakan mencatat surplus, didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global.
Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap terjaga didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Sementara itu, investasi portofolio pada triwulan II 2022 mencatat net inflow sebesar USD 200 juta. Namun demikian, memasuki triwulan III 2022 (hingga 19 Juli 2022), investasi portofolio mencatat net outflow sebesar USD 2,0 miliar, sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD 136,4 miliar setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Kinerja NPI pada 2022 diperkirakan akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,3 persen sampai dengan defisit 0,5 persen dari PDB terutama ditopang oleh harga komoditas global yang tetap tinggi. Kinerja NPI tersebut juga didukung neraca transaksi modal dan finansial terutama dalam bentuk PMA sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang terjaga.
Kondisi Pasar Modal Sampai Semester I-2022
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat IHSG sudah kembali ke titik normal usai setelah titik terendah pada Maret 2020 imbas pandemi Covid-19. Selama periode 2017 hingga 28 Juni 2022, IHSG tumbuh 10,08 persen di tengah tekanan pandemi COVID-19. IHSG sempat sentuh posisi 6.355,65 pada 2017, kini pernah sentuh posisi 6.996,46 pada 28 Juni 2022.
Pertumbuhan IHSG juga diikuti oleh pertumbuhan positif kapitalisasi pasar dan NAB reksa dana. Jumlah emiten yang listing di bursa juga tumbuh sejalan dengan pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang naik signifikan selama 4-5 tahun terakhir.
Tercatat jumlah investor tanah air naik signifikan mencapai 9,09 juta investor pada 28 Juni 2022, atau meningkat lebih dari delapan kali lipat sejak 2017. Pada 2017, investor tercatat 1.122.668 menjadi 9.097.355 investor pada 28 Juni 2022. Ada kenaikan 710,3 persen untuk jumlah investor di pasar modal dalam lima tahun periode 2017-2022.
Selain itu, pertumbuhan positif di sektor pasar modal domestik telah mendorong kapitalisasi pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 9.128,54 triliun pada 28 Juni 2022. Kapitalisasi pasar bursa tersebut mencapai 54 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021 yang sebesar Rp 16.970 triliun.
Kapitalisasi pasar naik 29,4 persen dari 2017 tercatat Rp 7.052,39 triliun menjadi Rp 9.128,5 triliun pada 28 Juni 2022.
OJK juga mencatat penghimpunan dana di pasar modal terus meningkat. Bahkan penghimpunan dana di pasar modal sentuh posisi tertinggi sepanjang sejarah. Penghimpunan dana di pasar modal menyentuh Rp 363,3 triliun pada 2021.
"Kinerja cemerlang pasar modal Indonesia selama lima tahun terakhir didorong oleh pengaturan dan pengawasan yang solid, sinergi bersama pemerintah dan stakeholders terkait, serta terkendalinya pandemi sehingga meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan mendorong pertumbuhan perekonomian nasional,” demikian mengutip keterangan OJK.
(mdk/azz)