Ekonomi sulit, generasi muda AS menyerah untuk menjadi kaya
Sebanyak 47 persen generasi muda AS pesimistis bisa hidup lebih baik ketimbang orang tua mereka.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat perlahan beranjak menguat belakangan ini. Selain paket kebijakan ekonomi dikeluarkan pemerintah, faktor eksternal berupa data penyerapan tenaga kejar di Negara Paman Sam yang tak sesuai ekspektasi pelaku pasar juga menjadi pendorong.
Ini menguatkan fakta bahwa tren dunia ketenagakerjaan di negara adidaya itu belum menjanjikan. Kebanyakan pekerja muda di sana depresi lantaran mengetahui bekal pensiun mereka sangat kecil.
-
Siapa orang terkaya di Amerika Serikat? Amerika Serikat - Total miliarder mencapai 735 orang, masih sama dibanding tahun 2022. - Total kekayaan mencapai USD4,5 triliun, turun USD200 miliar dari tahun sebelumnya - Orang terkaya adalah Elon Musk dengan kekayaan USD180 miliar.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
-
Siapa saja orang terkaya di Indonesia? Memiliki kekayaan gabungan sebanyak US$ 48 miliar (Rp 744 triliun), Robert Budi dan Michael Hartono bertahan di posisi pertama.
-
Apa yang membuat orang terkaya Indonesia berpengaruh? Selain kesuksesan finansial, tokoh-tokoh berpengaruh ini juga berdampak pada bisnis dan masyarakat.
-
Bagaimana Prajogo Pangestu menjadi orang terkaya di Indonesia? Forbes menuliskan, kekayaan mantan sopir Angkot itu bersumber dari usaha di sektor Petrokimia. Selain itu, kekayaan orang nomor satu di Indonesia tersebut juga berasal dari bisnis di sektor pertambangan.
-
Bagaimana Robert Budi Hartono menjadi orang terkaya di Indonesia? Data terbaru dari Forbes Real Time Billionaires pada 5 Oktober 2023 mengungkapkan bahwa kekayaannya mencapai US$25,2 miliar atau setara dengan Rp393,67 triliun.
Sebanyak 47 persen generasi muda AS pesimistis bisa hidup lebih baik ketimbang orang tua mereka. Selain utang, upah stagnan, dan perlambatan ekonomi, mereka juga belum menemukan jalan menuju sejahtera.
Itu didasarkan pada polling Bloomberg terhadap generasi milenial AS yang berada pada rentang usia 18-35 tahun.
Berdasarkan data biro sensus AS, sebanyak 15 persen pemuda berusia 25-34 tahun masih hidup satu atap dengan orang tua, tahun lalu. Itu naik ketimbang 30 tahun lalu yang hanya 10 persen.
Penyebabnya apalagi kalau bukan lonjakan harga dan ketatnya aturan kredit rumah di sana.
"Berada di rumah atau tinggal jauh dari rumah tapi masih tergantung pada orang tua, membuat banyak orang muda sulit belajar mengatur keuangan sendiri," kata Vicki Bogan, Associate Professor Cornell University’s Dyson School of Applied Economics and Management, seperti dikutip Bloomberg, beberapa waktu lalu. Tak ada dorongan yang memaksa mereka menjadi melek finansial.
Sejalan dengan itu, banyak orang muda AS tak berani memanfaatkan kredit pelajar (student loans). Seperti halnya Jessica Xydias, 25 tahun.
"Suami saya melakukannya. Itu membuat saya melihat akun kami setiap hari," katanya. "Utang melumpuhkan daya kami untuk menabung. Sangat sulit, kalau tak mau dibilang mustahil, bisa menyimpang uang di rekening Roth (simpanan pensiun)."
Untuk membangkitkan optimisme, generasi milenial AS disarankan untuk menengok kehidupan masa lalu orang tua mereka yang belum tentu sebaik sekarang. Adapun gaji dan aset mereka yang terus meningkat hingga saat ini, semata-mata lantaran dorongan inflasi.
Ekspansi ekonomi yang moderat saat ini yang melebihi pertumbuhan populasi dinilai menjadi modal positif buat generasi milineal.
"Itu lebih dari cukup untuk mendukung peningkatan standar hidup dari anak-anak kita dari waktu ke waktu," kata Gus Faucher, Senior Macroeconomist PNC Financial Services.
(mdk/yud)