ESDM hati-hati buka keran impor gas di 2019
Impor gas baru akan dibuka jika seluruh LNG yang diproduksi di dalam negeri sudah terserap habis.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membuka keran impor gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) pada 2019 mendatang. Namun, langkah tersebut akan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan beberapa catatan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, impor gas baru akan dibuka jika seluruh LNG yang diproduksi di dalam negeri sudah terserap habis.
-
Apa saja yang menjadi fokus pengawalan Kejaksaan RI dalam pembangunan Terminal LPG Bima dan Kupang? Peran Kejaksaan RI menurut Katarina, akan fokus di pemantauan dan membantu meniadakan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang berpotensi timbul dalam proses penyelesaian pembangunan Terminal LPG Bima dan Kupang.
-
Dimana lokasi semburan gas tersebut? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Dimana Terminal LPG Bima dan Kupang dibangun? PT Pertamina Patra Niaga menandatangani Pakta Integritas dengan Kejaksaan Agung khususnya Pengamanan Pembangunan Strategis (PPS) untuk mengawal proses pembangunan Terminal LPG di Bima, Nusa Tenggara Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.
-
Kapan semburan gas itu terjadi? Disampaikan jika kejadian tersebut berlangsung pada Rabu (11/10) sore hari setelah aktivitas kegiatan penggalian dihentikan.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Bagaimana Pertamina menerapkan CCUS di Lapangan Sukowati? Penerapan teknologi CCUS ini diharapkan meningkatkan produksi lapangan melalui penerapan CO2 Enhanced Oil Recovery (EOR).
"Selama LNG di dalam negeri belum terserap semua, kita tidak buka impor LNG," ujar Wiratmaja dalam acara IPA di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (25/5).
Wiratmaja menegaskan catatan tersebut dilakukan untuk melindungi industri di hulu migas. ESDM tidak ingin keran impor LNG dibuka dalam jumlah besar, sebab industri dalam negeri tidak akan bisa bersaing karena harganya lebih mahal.
"Apakah kita mau gas yang murah dari luar kita beli terus gas dari dalam negeri kita bakar? Kita nggak mau industri hulu migas di dalam negeri kita mati," kata dia.
Namun demikian, Kementerian ESDM akan terus melakukan pemantauan kebutuhan gas dalam negeri apakah nantinya impor perlu dilakukan.
Untuk itu, kata Wirat, pihaknya akan melakukan pembangunan sejumlah infrastruktur, salah satunya adalah Floating Storage and Regasification Unit (FSRU). Langkah ini dilakukan untuk sebagai persiapan impor LNG pada 2019.
"Sudah ada rencana pembangunan FSRU di Cilegon, Bali, dan beberapa lokasi lain. Juga ada terminal LNG juga. Kalau sudah setengah terbangun akan saya sampaikan," pungkas dia.
Baca juga:
ESDM: Indonesia mulai impor gas pada 2019
Anak usaha Pertamina resmi kelola Blok East Ambalat
Pemerintah Jokowi bakal pangkas izin sektor migas dari 104 jadi 3
Sudirman Said akui pemberian insentif investasi migas masih minim
Menko Darmin: Investasi migas merosot 2 tahun karena kebijakan kita
Kesepakatan 3 kontrak gas bumi tambah penerimaan negara Rp 7,4 T