Faisal Basri: Surplus Beras Terjadi karena Konsumsi Masyarakat Turun
Faisal Basri mengungkapkan, turunnya konsumsi beras nasional sendiri diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, kesuksesan pemerintah menerapkan program diversifikasi pangan beras.
Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri mengamini jika saat ini stok beras nasional Indonesia dalam posisi surplus. Namun, surplus ini dinilai lebih disebabkan akibat turunnya konsumsi beras di dalam negeri.
"Dari informasi yang saya miliki produksi beras sama ada kecenderungan naik terus walaupun naiknya landai. Kemudian konsumsinya juga turun terus," ujar dia dalam webinar bertajuk Reformulasi Kebijakan Perberasan, Senin (22/3).
-
Di mana Faisal Basri dimakamkan? Sebagai informasi, nantinya pemakaman almarhum Faisal Basri akan dilakukan sekitar Ba’da Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Kapan Faisal Basri wafat? Diketahui, almarhum wafat pada pagi dini hari, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.
-
Siapa yang menyatakan duka atas wafatnya Faisal Basri? Guru Besar Hukum Tata Negara Mahfud MD, mengaku berduka atas berpulangnya salah satu tokoh ekonom bangsa, Faisal Basri.
-
Apa yang terjadi pada Faisal Basri sebelum meninggal? Jadi mau dikateter, tapi gak stabil gula maupun ginjal. Jadi masuk icu dulu deh biar stabil senin siang. Lalu masuklah ICU. Semalam itu seharusnya sudah mulai membaik sudah mulai stabil," tambahnya.
-
Bagaimana kondisi Faisal Basri sebelum meninggal? "Terus pulang hari Sabtu (31/8) sudah lemas tapi enggak mau ke dokter, abang saya agak malas kalau ke dokter kalau nggak sakit sekali,” kata Ramdan.
Faisal Basri mengungkapkan, turunnya konsumsi beras nasional sendiri diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, kesuksesan pemerintah menerapkan program diversifikasi pangan beras.
"Saya dapat kiriman dari Menteri Pertanian pangan non beras. Itu yang lebih sehat tapi harganya lebih mahal. Tapi saya bersedia membeli lebih mahal untuk produk yang lebih aman dan lebih ramah lingkungan," bebernya.
Kedua, terus bertumbuhnya jumlah kelompok middle class. Menurutnya, ini mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi sumber pangan dengan kandungan karbohidrat yang lebih sehat.
"Sehingga middle class itu tidak banyak lagi mengonsumsi pangan atau pengeluaran berasnya relatif kecil. Ini sudah tren dari kelas menengah," bebernya.
Maka dari itu, dia bilang, penurunan tren konsumsi beras ini turut berkontribusi dalam penciptaan surplus beras saat ini. "Jadi, kita sebetulnya potensi surplus dan ini hasil dari kebijakan yang disampaikan oleh pak Anang (Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas)," tutupnya.
Mentan Pastikan Beras Surplus 12 Juta Ton
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memprediksi, ketersediaan pangan menjelang bulan puasa dan hari raya idulfitri 2021 dalam keadaan cukup. Bahkan, untuk komoditas beras diperkirakan surplus hingga 12 juta ton.
"Perkiraan produksi dalam negeri perkiraan impor dan kebutuhan pangan masyarakat yang ada. Prognosa neraca pangan pokok sampai Mei 2021 diperkirakan dalam keadaan cukup, beras diperkirakan surplusnya di atas kurang lebih 12 juta ton," kata Menteri Pertanian dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI membahas Persiapan dan Ketersediaan Pangan menghadapi Bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan, Kamis (18/3).
Begitu juga untuk komoditas jagung diperkirakan mengalami surplus sebanyak 2,4 juta ton. Menteri Syahrul menjabarkan, untuk komoditas beras yang surplus dikarenakan pada Maret-April 2021 memasuki panen raya.
"Sampai dengan perhitungan minggu ke II Maret 2021 menunjukkan stok beras yang tersimpan di berbagai tempat seperti Bulog, penggilingan, pedagang, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan lainnya total stok mencapai kurang lebih 6 juta ton," ujarnya.
(mdk/idr)