Fakta unik di balik anjloknya Rupiah mendekati Rp 14.000 per USD
Rupiah mulai menunjukkan penguatannya. Rupiah dibuka di level Rp 13.880 per USD pada Rabu (25/4), menguat tipis dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 13.889 per USD. Namun, Rupiah kembali melemah dan ditutup di level Rp 13.921 per USD.
Nilai tukar Rupiah tengah menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia. Sebab, saat ini Rupiah sudah mendekati Rp 14.000 per USD. Angka ini jauh dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 di mana Rupiah ditargetkan sebesar Rp 13.400 per USD.
Meski demikian, Rupiah mulai menunjukkan penguatannya. Rupiah dibuka di level Rp 13.880 per USD pada Rabu (25/4), menguat tipis dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 13.889 per USD. Namun, Rupiah kembali melemah dan ditutup di level Rp 13.921 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Tekanan terhadap mata uang Garuda ini berdampak pada pembengkakan nilai outstanding utang pemerintah mencapai Rp 10,9 triliun. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total outstanding utang pemerintah sampai dengan Maret 2018 sebesar Rp 4.136,39 triliun. Dari jumlah itu, utang pemerintah dalam valuta asing (valas) sebesar USD 109 miliar.
Padahal di periode Maret, pemerintah menghitung total outstanding utang dengan kurs rupiah 13.750 per dolar AS. Itu artinya ada kenaikan signifikan yang berimbas pada jumlah utang pemerintah. Jika ditelisik lebih dalam, patokan kurs rupiah di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 13.400 per dolar AS.
Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Erwin Ginting, menjelaskan, pelaporan posisi utang pemerintah RI di akhir periode tertentu menggunakan nilai tukar pada saat itu.
"Jadi untuk outstanding per akhir Maret 2018 yang sebesar Rp 4.136 triliun dengan komponen utang valas USD 109 miliar, sudah menggunakan kurs sekitar Rp 13.750 per dolar AS," ujarnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu (25/4).
Meski begitu, terdapat beberapa fakta unik di balik lemahnya nilai tukar Rupiah.
Melemah akibat cuitan Trump
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan sebetulnya nilai tukar sudah mulai relatif tenang hari pada Kamis yang lalu. Namun, situasi dunia memang masih belum tenang, ditambah lagi cuitan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Twitter.
"Tapi kemudian, Presiden Trump biasalah pakai Twitter mulai bilang, itu Jepang manipulasi nilai tukar, itu Korea juga begitu dulu, China juga begitu. Biasalah kalau Presiden Trump mulai bicara orang mulai grogi. Karena biasanya kalau di Twitter bisa juga dilaksanakan, walaupun mungkin belum tentu juga," ucapnya saat menghadiri Konferensi International On Oil Palm and the Environment (ICOPE) di Nusa Dua, Badung, Bali. Rabu (25/4).
Menurut, Darmin hal itu bukan sesuatu yang baru dan cukup kuat untuk membuat nilai tukar Rupiah terus melemah. Meski demikian, dia meyakini dalam beberapa hari Rupiah akan lebih tenang.
"Iya bergoyanglah kursnya, jadi ini bukan sesuatu yang basic dan cukup kuat untuk begoyang terus dan dalam beberapa hari mesti tenang kembali. Jadi jangan terlalu khawatir," singkatnya.
Bikin pengusaha galau
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani mengatakan nilai tukar Rupiah yang tidak menentu membuat para pengusaha kesulitan. Sebab, pengusaha sulit membuat perencanaan di tengah ketidakpastian.
"Kalau saya ngobrol dengan teman-teman pengusaha dan asosiasi sih, sebenarnya mereka berharap mata uang kita bisa lebih stabil. Kalau fluktuasi kan kita dari segi planning jadi susah," ungkapnya.
Namun, tidak dipungkiri, pelemahan Rupiah juga membuat sejumlah pengusaha bahagia. Seperti pengusaha batubara. Di mana, biaya produksi mereka menggunakan Rupiah, namun hasil penjualan berbentuk Dolar.
Hal sebaliknya terjadi untuk sektor industri lainnya semisal farmasi serta makanan dan minuman. Di mana, Rosan mengatakan bahwa para pelakunya akan menjerit bila Rupiah masih terus tinggi.
Ada sisi positif
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjelaskan nilai tukar (kurs) mata uang selalu memiliki efek positif dan negatif. Dari sisi negatif akan berdampak pada barang impor dan positifnya kata JK akan berdampak ke ekspor.
"Jadi juga itu positif untuk turis masuk. Negatif untuk siapa yang ingin belanja keluar negeri. Jadi efeknya seperti itu. Jadi balance saja," lanjut JK.
Menurutnya, pelemahan rupiah tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor yang nantinya dapat menambah cadangan devisa. Dia juga menjelaskan pemerintah sudah berusaha untuk mendompleng ekspor dengan cara memperluas perdagangan dengan pasar-pasar potensial salah satunya Afrika.
Untuk itu, pemerintah tengah berunding terkait perjanjian perdagangan bebas dengan Australia dan Uni Eropa, guna menambah cadangan devisa. "Kita mempercepat membuka pasar lebih bagus dengan cara hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara-negara lain," tutur JK.
Meski demikian, pemerintah sampai saat ini belum bisa memprediksi sampai kapan pelemahan Rupiah ini akan berlangsung. Mengingat, kondisi global masih bergejolak, seperti kritikan yang menyerang Presiden AS Donald Trump, perekonomian AS justru semakin berkembang.
(mdk/azz)