Gara-gara perang dagang, semua negara sibuk kerja sama bilateral
Sri Mulyani mengatakan, langkah Amerika Serikat mengenakan tarif bea masuk barang impor kepada beberapa negara telah memicu kekhawatiran secara global. Padahal selama ini dunia bersepakat kalau ada persengketaan akan dilakukan pembahasan dalam konteks multilateral.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru saja kembali dari pertemuan tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada 21 dan 22 Juli 2018 di Argentina. Pertemuan tersebut menjadi wadah bagi anggota G20 untuk mendiskusikan kondisi ekonomi global saat ini.
Sri Mulyani mengatakan, langkah Amerika Serikat mengenakan tarif bea masuk barang impor kepada beberapa negara telah memicu kekhawatiran secara global. Padahal selama ini dunia bersepakat kalau ada persengketaan akan dilakukan pembahasan dalam konteks multilateral.
-
Di mana kerja sama ini ditandatangani? Penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi dengan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, disaksikan oleh Nokia Asia Paific Enterprise Lead, Stuart Hendry di Mobile World Congress, Barcelona, hari ini.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani dan Retno Marsudi saat rapat bersama? "Saya dan @retno_marsudi seperti dua anak sekolah bandel ya…" Sri Mulyani
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Bagaimana cara Indonesia dan Malaysia memperkuat kerja sama bilateral mereka? Kunjungan tersebut merupakan pertemuan yang sukses, dan kedua Kepala Negara menyetujui untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, serta berkomitmen untuk menyelesaikan beberapa masalah perbatasan kedua negara.
"Suasana yang terjadi akibat retorika dan langkah AS untuk memberikan tarif kepada beberapa negara dan beberapa komoditas telah mengubah harga komoditas yang terjadi. Itu berarti terjadi dalam langkah yang bersifat unilateral, dilakukan satu negara terhadap negara lain," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (26/7).
"Padahal selama ini dunia bersepakat kalau ada persengketaan akan dilakukan pembahasan dalam konteks multilateral. Sehingga yang disebut adil dan tidak fair itu dilihat dari definisi definisi yang disepakati bersama bukan hanya satu negara," sambungnya.
Langkah AS ini membuat negara-negara seluruh dunia menimbang panjang terlebih dahulu dan hati-hati sebelum mengambil langkah untuk menggerakkan roda ekonomi. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bergerak terus menjalankan kebijakan perekonomiannya.
"Trump bergerak terus, hari ini mengumumkan terhadap Eropa mereka akan cooling down. Di saat bersamaan retorikanya tidak berbeda dengan yang disampaikan di G20, mereka ingin tarif subsidi dan berbagai hambatan nontarif dihiangkan. Eropa di sisi lain, menteri keuangannya dari Prancis mengatakan tidak akan bernegosiasi kalau ada pistol di kepala. Ini adalah retorika yang menunjukkan bahwa tidak ada keinginan adanya mekanisme apabila ada perbedaan harusnya membicarakannya seperti apa, bagaimana, dan di mana, itu saja tidak ada. Maka yang terjadi adalah kunjungan bilateral. sekarang EU datang PM Jepang datang. Semua akan sibuk traveling untuk diskusi seperti ini," jelas Sri Mulyani.
Secara global hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Tantangannya adalah dinamika ini akan menimbulkan implikasi dalam jangka menengah kalau semua negara melakukan dalam bentuk inward looking (kepentingan sendiri) yang berdampak pada target pertumbuhan ekonomi dunia 3,9 persen.
"Akan mengalami risiko pada semester kedua dan kalau growth dunia menurun. Padahal kita berharap ini bisa jadi salah satu mesin dari pertumbuhan ekonomi tidak hanya dunia tapi negara bisa mengandalkan investasi dan ekspor. Nah sekarang kita waspada ekspor akan terhalangi dari outlook global ekonomi yang melemah, itu satu yang harus kita waspadai, karena negara-negara tujuan ekspor menjadi memunculkan barikade lebih tinggi entah dari tarif maupun non tarif," tandasnya.
Baca juga:
Indonesia dan Malaysia siapkan formula penyelesaian wilayah perbatasan
Malaysia akan fasilitasi pendirian Sekolah Indonesia di Sabah
Ini cara kekinian yang dilakukan Menlu Indonesia dan Malaysia jaga hubungan bilateral
Bertemu Menlu Malaysia, Menlu Retno bahas perlindungan WNI hingga kelapa sawit
Menteri Retno terima kunjungan Menlu Malaysia di Gedung Pancasila