Gencar akuisisi, strategi Bank Mandiri jadi 3 besar di ASEAN
Bank Mandiri telah menyiapkan dana Rp 12 triliun untuk memuluskan strategi akuisisi ini.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan terus mengejar ambisinya masuk dalam kelompok 3 besar bank di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Caranya dengan meningkatkan dari sisi aset, yang per Maret 2014, telah mencapai Rp 729,5 triliun.
"Market cap kita saat ini kurang lebih Rp 230 triliun, di ASEAN kita masih ke 6-7 di ASEAN, pengennya top 3. Kita bukan hanya mengejar aset tapi nilai perusahaan yang akan kita bangun," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N. Mansury di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (28/4).
Pahala mengaku menjadi bank terbesar adalah salah satu langkah perseroan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN untuk sektor keuangan pada 2020 mendatang. Untuk itu, butuh aksi korporasi yang besar, salah satunya adalah bertumbuh secara anorganik melalui akuisisi perusahaan.
"Ini juga dalam menghadapi MEA untuk memiliki bank-bank skala ASEAN, untuk bersaing perlu invest di IT, promotion, branding, kalau tidak, kita tidak bisa berkembang. Sebelum pasar dibuka, kita harus persiapan dulu, semua harus disiapin dari sekarang, kalau terjadi konsolidasi, itu yang kita harapkan untuk lebih kompetitif," ucap Pahala.
Sayangnya, Pahala masih enggan berkomentar lebih jauh terkait hubungan antara rencana mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan upaya peningkatan aset perseroan.
"Terus terang kita masih belum tahu, nanti kita akan umumkan per tanggal 5 Mei 2014, RUPSLB tanggal 21 Mei nanti akan ada pemanggilan. Agenda lain juga nanti tanggal 5 Mei ya," ujar Pahala.
Pahala menegaskan bahwa perseroan bakal mengikuti aturan pemerintah terkait rencana akuisisi BTN. Meski demikian, Bank Mandiri telah menyiapkan dana untuk pengembangan bisnis anorganik perseroan tahun ini sekitar Rp 11 triliun-Rp 12 triliun.
"Kita masih terlalu awal untuk bicara, pertumbuhan non organik, bagaimana melihat hal ini kita lihat pemerintah atau Kementerian BUMN, tentunya kita akan turut pada keputusan pemerintah, kita akan ikuti yang jadi keputusan pemerintah," tutur Pahala.
Sebelumnya, rencana BMRI mengakuisisi lebih dari 60 persen saham BBTN yang dimiliki pemerintah terganjal Surat Edaran Nomor SE-05/Seskab/IV/2014 yang dikeluarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) perihal mencegah kebijakan yang berpotensi menimbulkan kontroversi.