Begini Strategi Dirut Bank Mandiri Hadapi Fenomena Strong Dolar dan Ketidakpastian EkonomI Global
Bank Mandiri akan terus fokus pada dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi membongkar strategi dan langkah mitigasi perbankan dalam menghadapi tren suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI), serta dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
Menurut Junaidi, dalam beberapa waktu terakhir, pasar global mengalami ketidakpastian yang signifikan, terutama terkait dengan nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
"Kami melihat dalam beberapa waktu terakhir terjadi market jittery yang menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD, yang di antaranya disebabkan oleh fenomena strong dolar" kata Darmawan dalam konferensi pers, Rabu (31/7).
Darmawan menyampaikan fenomena ini disebabkan oleh kekuatan dolar yang dipicu oleh ketidakpastian mengenai waktu penurunan Fed Fund Rate, serta dinamika politik dan pemilu di Amerika Serikat yang meningkatkan volatilitas pasar keuangan global.
Di tingkat domestik, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,25 persen untuk mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Darmawan menyebut Office of Chief Economist Bank Mandiri memproyeksikan adanya penurunan Fed Fund Rate dan BI Rate masing-masing sekitar 25 basis poin pada kuartal keempat tahun ini.
"Selain suku bunga acuan, hal lain yang berdampak pada kinerja perbankan adalah likuiditas di pasar yang mempengaruhi pada biaya dana," jelas Darmawan.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, likuiditas pasar dan biaya dana menjadi fokus utama. Saat ini, tingkat biaya dana industri perbankan berada pada level rata-rata 2,83 persen, meningkat 50 basis poin dibandingkan tahun lalu. Namun, Perseroan berhasil menjaga biaya dananya di bawah rata-rata industri, dengan cost of fund sebesar 2,08 persen.
Untuk menjaga profitabilitas di tengah tantangan ini, Bank Mandiri mengoptimalkan strategi pengelolaan biaya dana dengan mendorong pertumbuhan CASA (Current Account Saving Account) transaksional melalui platform Livin dan Kopra. Hal ini untuk memastikan Net Interest Margin (NIM) Bank Mandiri tetap terjaga pada level optimal hingga semester pertama tahun ini.
Darmawan menjelaskan, untuk menghadapi kemungkinan penurunan suku bunga acuan ke depannya, pihaknya akan mengoptimalkan komposisi portofolio dengan mendorong pertumbuhan di segmen-segmen yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
"Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga acuan, kami juga akan mengoptimalkan komposisi portfolio agar profitabilitas tetap terjaga, diantaranya dengan mendorong pertumbuhan pada higher yield segments," papar dia.
Dari sisi strategi pertumbuhan, Bank Mandiri akan terus fokus pada dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale, serta memanfaatkan pertumbuhan berbasis ekosistem dan sektor unggulan di wilayah untuk segmen retail, guna menghasilkan portofolio yang lebih berkualitas.
"Dari sisi growth strategi, kami tetap melanjutkan strategi yang telah dilakukan, yaitu fokus untuk meningkatkan dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale," tandasnya.