Genjot daya saing industri, Indef dorong penurunan harga BBM
Ketika kita mengambil suatu solusi dari masalah atau kebijakan ini kan harus disertakan apa kondisi melatarbelakangi."
Ekonom mendorong pemerintah menyediakan energi murah. Dengan begitu industri nasional bisa meningkatkan daya saing.
"Kalau harga energi nggak murah, kita gak bisa diandalkan komoditas," kata Direktur Eksekutif Institute of Development for Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati dalam "Diskusi Kita" dihelat merdeka.com, RRI, IJTI, IKN, DML dan Sewatama, Jakarta, Minggu (24/1).
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Kenapa harga BBM di Singapura tinggi? Penerapan tarif pajak yang lebih tinggi telah menaikkan harga minyak di negara kecil tersebut.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Mengapa Pertamina menyesuaikan harga BBM? Pertamina menyesuaikan harga BBM untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga jual BBM non subsidi? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
Atas dasar itu, Enny mendorong pemerintah untuk kembali menurunkan harga bahan bakar minyak tanpa harus menunggu evaluasi per tiga bulan. Ini menyusul kemerosotan harga minyak dunia yang kini menyentuh USD 30 per barel.
"Yang kami butuhkan pemerintah jangan lagi menggunakan asumsi business as usual," katanya.
"Ketika kita mengambil suatu solusi dari masalah atau kebijakan ini kan harus disertakan apa kondisi melatarbelakangi."
Menurutnya, saat ini, dunia sedang mengalami perubahan paradigma. Dimana, minyak perlahan tak lagi menjadi komoditas terpenting.
"Tadinya harga minyak dan komoditas itu tinggi, justru sekarang semuanya anjlok.Yang namanya shale gas dan oil membuat peta kondisi demand dan supply berubah total. Amerika yg dulunya net importir justru sekarang menjadi net eksportir," katanya.
"Kalau kami lihat, dewan energi AS menyatakan cadangan energi mereka aman hingga seratus tahun kedepan, baik gas maupun oil."
(mdk/yud)